Wawancara kerja adalah sebuah proses menegangkan yang mau tak mau harus dijalani oleh seseorang yang telah melamar dan terpilih untuk diinterview. Saat di Indonesia, aku pun pernah kerja beberapa kali sehingga prosesi wawancara (meskipun selalu menegangkan), tapi bisa diatasi karena wawancaranya juga menggunakan bahasa yang sudah mengakar, yakni bahasa Indonesia. Begitu lulus kuliah dan ingin ke Jerman, aku pun sempat menjalani proses wawancara dengan host family, yang kemudian wawancara lagi di Kedubes Jerman di Jakarta. Saat itu, wawancara dilakukan dengan Bahasa Inggris. Setelah tinggal di Jerman, aku pun mencoba peruntungan dengan bekerja sebagai sukarelawan yang juga perlu menjalani proses wawancara kerja dalam Bahasa Jerman. Tentang interview kerja di Jerman untuk menjadi FSJ, akan aku bahas di artikel berikutnya.

Berikut ini akan aku bagikan bagaimana prosesi wawancara au pair lewat Video Call dan wawancara di Kedubes saat itu: 

Apa saja yang ditanyakan:

Wawancara lewat video call bersama host family bisa kubilang casual banget, sinyal modem yang nyendat-nyendat saat itu membuatku sedikit khawatir karena takut mereka tak bisa memahami apa yang aku katakan. Mereka hanya menunjukkan si kembar yang saat itu masih berusia 5bulan di pangkuan masing-masing. Lalu bertanya padaku apa yang aku kerjakan saat itu (maksudnya apa aku masih kuliah, kerja, ataukah nganggur), aku jawab aq masih menyelesaikan skripsi. Mereka bertanya aku kuliah jurusan apa, apa aku punya saudara, mengapa ingin ke Jerman, mengapa ingin jadi Au Pair di Jerman, 
Meski sempat tersendat-sendat karena sinyal, aku masih bisa menjawab pertanyaan mereka. Lalu mereka ingin aku bertanya, tak banyak yang ingin aku tanyakan saat itu saking tegangnya. Tapi seharusnya aku banyak tanya. Orang Jerman senang kalau kita banyak tanya dan menjelaskan segala sesuatu dengan rinci biar nggak ada salah paham. 
Aku hanya tanya mengapa ingin au pair dari Indonesia, yang dijawab karena dengar-dengar orang Indo lebih telaten dan sabar, lalu mereka juga ingin suatu saat pergi ke Indo untuk liburan, mengenal budaya Indo, dan lain sebagainya. 
Tips saat skype sama host family: 
Jangan seperti aku yang terlampau tegang lalu takut untuk bertanya. Sebaliknya, tanyakan saja yang ingin kalian tanyakan. Hal-hal penting yang seharusnya ditanyakan saat wawancara Au Pair: 
Jam kerja. Banyak sekali au pair yang kerjanya overtime yakni lebih dari 30 jam perminggu. Tanyakan jam berapa sampai jam berapa kalian akan kerja. 
Kursus Bahasa. Ini kesalahanku, karena terlalu ingin cepat-cepat ke Eropa, apapun yang host family putuskan, aku manut saja. Padahal host family senang kalau mendiskusikan sesuatu, harusnya dulu aku tanya bagaimana kursus bahasa Jermanku nanti, mereka memang membayarkannya satu kali full, tapi 11 bulan sisanya, mereka nggak mau tau. Padahal hak au pair, dapat jatah 50€ per bulan untuk tambahan les. Kalau 50€ itu nggak dibuat les, harusnya aku tagih, tapi karena aku nggak ngeh dapat tambahan itu, 50€ kali 11bulan itu pun lewat. 
Tiket kereta dan transportasi umum. Tiket bulanan kendaraan umum di Jerman terutama di kota besar sangatlah mahal, alangkah lebih baiknya kalau kalian tanyakan berapa tiket ke kota, dan apakah host family mau membantu beli. Kalau kalian kursus bahasa tiap hari yang mengharuskan untuk beli tiket terus-terusan? Bisa bangkrut kalau nggak dibantu. 
Hari Libur. Ini juga satu hal yang aku tekankan bahkan sebelum aku berangkat ke Jerman. Aku ingin ada jatah libur satu bulan penuh untuk keliling Eropa. Kalau kalian ada rencana seperti aku, tanyakan dulu, jangan sampai kalian sudah di Eropa tapi hari libur yang dikasih host family dicicil (nggak sekaligus 30 hari). Tapi kalau kalian nggak punya rencana serupa, perlu juga tanya apa bisa ngambil cuti 30 hari itu sekaligus, apa di tanggal tanggal merah kita bisa dapat libur? Apakah sabtu minggu kita bisa dapat libur? 
Kerja sambilan. Sebagai au pair, kita memang tidak boleh bekerja sambilan diluar host family. Tapi ada beberapa kenalan au pair yang memberanikan diri bertanya dan boleh. Nggak ada salahnya juga mencoba. Atau bilang, kalau aku kerja lebih di keluarga ini, apakah aku akan dapat gaji sedikit lebih banyak? Bisa nggak dihitung perjam? Atau kalau aku mau bantu bersih-bersih dan setrika, bisa nggak ditambahin uang sakunya. Banyak juga kok host family yang mau nambahin. 
Yang nggak boleh didiskusikan saat video call
Meskipun kamu ingin tinggal lebih lama di Jerman, mau lanjut FSJ setelah au pair atau pengen kuliah, simpan uneg-uneg itu sendiri sambil berdoa. Setelah berada di Jerman dan bertemu keluarga tersebut, kamu boleh bilang, curhat, berkeluh kesah( paling nggak sudah 3 bulan tinggal di sana). Kalau kamu langsung bilang mau kuliah di Jerman, bisa nggak jadi penjamin nantinya? Bisa-bisa kabur host family nya. Karena jadi penjamin itu nggak mudah. Meskipun demikian, aku dan beberapa rekan au pair juga dijamin oleh host family kuliah. Jadi, bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan. Aku harus bilang kalau orang Jerman itu sangat teliti dan perhitungan masalah uang. Mereka nggak bakal mau bantu kalau nggak ada imbal baliknya. 
Aku menolak untuk dijamin host family karena aku malas berhutang budi dan melihat serta mendengar keluhan teman-teman yang dijamin host family mereka, kebanyakan dari mereka merasa tertekan karena harus terus membantu saat liburan,
Lanjut ke wawancara di Kedubes Jerman, apa saja yang harus dipersiapkan. Semua dokumen sudah di tangan dan latihan berbahasa Jerman pun sudah dilakukan berkali-kali, kini saatnya menghadapi sesi paling menentukan, yakni ngurus Visa dan wawancara. 
Apa saja yang ditanyakan oleh pihak Kedubes?
Hampir-hampir mirip dengan yang ditanyakan host family: sebelum mau berangkat ke Jerman ngapain di Indonesia? Kalau belajar, belajar apa? Kalau kerja, kerja apa? 
Mengapa ingin ke Jerman? Jawaban yang paling diinginkan adalah karena ingin memperlancar bahasa Jerman lalu mempelajari budaya Jerman, tukar budaya dengan host family dan orang-orang yang ditemui di Jerman. Jawaban ini adalah jawaban yang sesuai dengan program au pair, yakni pertukaran bahasa&budaya. 
Setelah ke Jerman mau ngapain? Dilarang keras menjawab: mau Kuliah, mau lanjut FSJ, apalagi mau menetap di Jerman. Meskipun ada keinginan seperti itu, lagi-lagi kita harus menyembunyikannya, karena hal ini tidak sesuai dengan program yang dicanangkan pemerintah. Bilang saja, ingin kembali ke Indonesia, lalu mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari di Jerman, mungkin mau jadi guru bahasa Jerman atau tour guide orang Jerman di kota saya. 
Info dan Tips: saat wawancara di kedubes dulu, terus terang, aku merasa gagal total, karena tidak memakai bahasa Jerman, tapi bahasa Inggris. Lalu aku menangkap hikmah bahwa, nggak penting bahasa apa yang aku sampaikan saat itu, yang penting jawaban yang aku lontarkan tepat. Alangkah lebih baiknya kalau kalian memakai Bahasa Jerman, meskipun terbata-bata, sangat wajar, justru itu lebih baik, karena kalau dirasa sudah cukup pintar dan terlalu mendekati sempurna bahasa Jermannya, ngapain juga ke Jerman jadi Au Pair. 
Baca juga:  
Viele Grüße

Comments

  1. Detil banget ya pertanyaannya Mbak. Hihihi wajar kalau tegang ya, sampai gatau musti tanya apa. Kalau aku ngebayangin bahasanya juga udah ribet. Tapi salut buatmu Mbak. Bisa sekalian melanglang buana, kerja kuliah juga keliling dunia. Mupeng deh hehehe

  2. Iya wajar ah kalau tegang, apalagi menggunakan bahasa mereka juga ya, haha… Kayak buku yang Mba Icha tulis, salah satu keunggulan dari ikut Au Pair adalah kita bisa dapat fasilitas les dibayarin sama host family ya. Sayang saya kendala umur (waktu itu taunya udah lewat 25), jadi nggak bisa daftar, huhuhu…

  3. Ga terlalu penting bahasa apa yang digunakan yg penting maksud yang disampaikan sepemikiran dengan mereka, boleh juga ya,, tapi lebih utama bahasa jerman.. Wah apakai bahasa jerman, harus sering nontong timnas jerman main bola nih.
    Mesut Oeziel, Thomas Muller, Lukas podolski..,
    heheee..

  4. Waktu kursus integrasi dulu thn 2012 ada temanku yg asal Polandia jadi aupair di Jerman. Kursusnya gratis ko sampai B1, bahkan biaya transportasi gratis juga. Dia ngurus di ausländerbehörde tempat tinggalnya. Entahlah klo misal aturannya berubah skrg ya hehe, ga ada salahnya sih nanya ke ausländerbehörde.

  5. Makasih infonya kak. Ini samgat membantu saya juga berniat untuk menjadi au pair. Walupun sebenrnya saya ingin kuliah di Jerman. Hehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *