Brosur dan Majalah WWF

Beberapa bulan yang lalu, seorang gadis berpakaian setelan hitam putih menghampiriku. Rupanya dia adalah agen WWF yang menawariku untuk berdonasi tiap bulan demi menjaga dan melindungi hutan serta satwa di seluruh dunia.

Gadis tinggi berambut pirang tersebut terlihat sangat antusias setelah mengetahui bahwa aku berasal dari Indonesia. Katanya, “Oh, kebetulan sekali proyek WWF ini juga sangat banyak dilakukan di Indonesia, terutama di Sumatra untuk melindungi orang utan”.

WWF adalah organisasi non-profit internasional yang membantu menangani permasalahan tentang lingkungan hidup, termasuk satwa-satwa yang terancam punah. Jerman adalah termasuk negara donatur terbesar untuk menjaga keberlangsungan ekosistem dunia melalui WWF.

Sedikit flashback, beberapa teman Jerman yang kutemui, termasuk si Max, begitu antusias kalau ngomongin masalah keberlangsungan sumber daya alam Indonesia. Suatu kali dia pernah bertekat sebelum umurnya 30 tahun, dia ingin menjelajahi hutan di sekitaran sungai Kapuas di Kalimantan. Beberapa teman Jermannya juga ingin ikut. Saat bertemu pamannya yang pernah tinggal selama 19 tahun di Indonesia saat itu, aku sempat tercengang karena beliau tahu Indonesia, termasuk hutan-hutan dan satwa liar yang ingin orang Jerman lindungi, jauh lebih baik ketimbang diriku.

Baca tentang Max: Pacaran sama cowok Jerman, romantis nggak sih?

Hampir tiap minggu, saat lihat TV di Jerman, pasti ada saja liputan tentang Indonesia, terakhir kulihat, ada liputan soal orang utan di Sumatra yang keberadaannya terancam punah. Orang Jerman dan Australia yang berada di sana juga sempat diwawancarai, dan juga beberapa pemuda Indonesia yang peduli terhadap keberadaan orang utan disana juga ikutan bicara.

Aku sangat kagum atas kepedulian orang Jerman terhadap lingkungan, tak hanya di negaranya, tetapi juga lingkungan di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu alasannya adalah: dunia ini sudah semakin porak poranda, lapisan ozon semakin menipis akibat global warming, kalau hutan lindung dan hutan hujan tropis dibabat habis, habislah sudah keseimbangan ekosistem dunia. Apakah sebagai masyarakat Indonesia, kita sudah sejauh ini menyadari bahwa hutan kita, yang merupakan hutan hujan tropis kedua terbesar seduni setelah Amazon ini tinggal 50% saja keberadaannya? Apakah kita peduli? Apakah kita turut menjaga dan peduli atas keberlangsungan satwa liar yang ada di dalamnya?

Beberapa Video viral di dunia maya tentang beruang yang ada di Kebun Binatang Surabaya yang kurus kering karena jarang dikasih makan. Orang Jerman banyak sekali yang menghujatnya, bahkan aku malu sekali saat host familyku yang mengetahui video tersebut lebih dahulu dan bilang, “Kejam sekali Indonesia menyiksa binatang seperti itu?”.

Di Jerman, jangankan manusia, kelinci, bebek, dan tupai di kebun atau taman kota saja dilindungi oleh negara. Eropa adalah surganya para binatang peliharaan seperti anjing, kucing, hamster. Anjing di Jerman bahkan wajib punya paspor.

Kalau di Indonesia, para pengemis akan membawa anaknya untuk menarik simpati para pemberi uang, kalau di Eropa, ada juga pengemis, tapi mereka membawa anjingnya. Ada-ada saja kan?

Orang Jerman nge fans sekali pada orang utan. Kalau nggak percaya, tanya saja pada salah satu turis yang berkunjung, apakah mereka suka. Lima dari lima orang Jerman yang kukenal mengaku bahwa orang utan itu lucu, menggemaskan, cerdas, kreativ dan mirip manusia. Memang DNA orang utan kan 98% mirip dengan manusia. Tapi hanya satu dari 5 orang Jerman itu yang tahu bahwa orang utan itu binatang endemik Indonesia.

Walah,,,kok bisa? Saat aku jelaskan bahwa kata Orang Utan sendiri adalah Bahasa Indonesia, mereka terkejut.

“Wah, aku pikir dari Afrika, haha!” kata salah satu dari mereka.

Mereka tahu bahwa orang utan adalah binatang yang hampir punah keberadaannya, dan mereka ingin menjaga keberlangsungan binatang imut tersebut. Max pernah bilang, “Aku marah banget sama pembabatan liar di Sumatra untuk kebun kelapa sawit. Aku mikirin nasib orang utan di sana gimana!”

Trus pikirku, “Loh, gue aja yang orang Indonesia nggak mikirin, kenapa situ yang ribet, sih?” 😀

Mungkin kita akan berpikir, ya iyalah, di Jerman, orang-orang kan sudah pada kaya, di Indonesia, ngapain kita mikirin anjing dan kucing? Buat makan sehari-hari saja masih bingung, lagian banyak juga manusia yang juga butuh bantuan. 

Tapi semakin lama aku tinggal di Jerman, semakin sadar pula aku terhadap lingkungan hidup. Terkadang aku merasa bersalah karena melihat Indonesiaku dari kacamata orang Jerman, yang orang-orangnya masih perlu disadarkan akan kepeduliannya terhadap sampah, lingkungan, hewan, dan keseimbangan ekosistem dunia. Mungkin bisa aku mulai dari diriku sendiri dan dari pembaca sekalian untuk segera sadar akan menjaga lingkungan dan menyelamatkan hutan Indonesia demi keseimbangan ekosistem dunia.

Demikian sharing kita kali ini tentang orang Jerman dan orang utan :D. Semoga sedikit menambah pengetahuan dan informasi seputar Jerman.

Jangan lupa like facebook fanpage Denkspa untuk mengetahui info harian seputar Jerman, terutama Hamburg (tempat aku tinggal sekarang). Klik di sini untuk like facebook fanpage Denkspa. Vielen Dank (Banyak terima kasih)

Liebe Grüße

Comments

  1. Hmmm…….sepanjang baca ini saya cuma bisa mengangguk sambil prihatin sambil menggumam. Saya pribadi sih bukan pecinta binatang. Tapi saya juga lumayan aware sama lingkungan. Contoh kecil, sebel pake banget sama yang suka buang sampah sembarang, meski hanya sebungkus permen. Yang mana sama bbrp temen itu hal remeeh banget.

    Itulah ya kadang rumput tetangga lebih hijau.

    Harus berterimakasih sama orang-orang Jerman dan orang-orang di luar sana yang memperhatikan Indonesia :')

  2. Salut banget sama org" Jerman yg memberikan simpati besar trhdp keberlangsungan hidup orang utan. Hmm jd merenung, saya yg warga negara sendiri bahkan tingkat simpatinya tidak lebih besar dr merekaa. Makasiih sharingnyaaa mbaaak, setelah baca ini jd lebih semangaat membawa kemajuan untuk negeri sendiri. Kalau warga negara lain aja peduli, berarti kita harus jauh lebih peduli dan lebih cinta ??

  3. Salut banget sama org" Jerman yg memberikan simpati besar trhdp keberlangsungan hidup orang utan. Hmm jd merenung, saya yg warga negara sendiri bahkan tingkat simpatinya tidak lebih besar dr merekaa. Makasiih sharingnyaaa mbaaak, setelah baca ini jd lebih semangaat membawa kemajuan untuk negeri sendiri. Kalau warga negara lain aja peduli, berarti kita harus jauh lebih peduli dan lebih cinta ??

  4. Baru tahu kalau kecintaan orang Jerman terhadap hewan itu sangat besar, salah satunya orang utan. Banyak belajar dan merenung dari orang Jerman disana ya, Mba ?
    Kita sebagai orang Indonesia harus jauh lebih peuduli. Tapi aku baru tahu kalau anjing di Jerman harus punya paspor..hehe
    Itu yang wajib punya ajing yang udah besar atau masih kecil juga Mba ?

  5. terkadang, orang atas juga suka cuek lingkungan dan satwa langka diburu, kadang baru direspon begitu di blow up besar besaran melalui media, kadang kepedulian orang asing sama hewan langka negeri ini, lebih besar daripada rasa peduli kita nya 🙁

  6. hi indra,
    salam kenal 😀
    senang bgt baca tulisan diatas & jadi mengerti knp wktu itu teman saya yg org jerman itu kirim kartu pos bergambar orang utan untuk keponakan nya, padahal saat itu kami sedang liburan bersama di Bali. knp gambar kartu pos nya bukan yg lain tentang bali atau yg bergambar khas bali atau pemandangan bali? sekarang udah nemu jawaban nya. thx/indra 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *