Saya pernah tinggal di Bayern, tepatnya di München satu tahun sebelum pindah ke Hamburg. Kalau ditanya, apakah saya suka Bayern? nggak hanya suka,  I LOVE BAYERN, I REALLY DO!!!! Tak ada alasan membenci kota seindah München dan budaya uniknya. Satu tahun yang paling mengesankan sepanjang sejarah hidup saya adalah ketika saya berada di München.

Namun, perspektif yang saya ambil adalah berdasarkan pandangan orang Jerman asli. Baru minggu lalu, saya berada di sebuah stasiun bis saat saya mendengar ada seorang bocah berusia sekitar 5 tahun, menggelandot kepada ibunya sembari bertanya, “Mamaaa, gehört Bayern auch Deutschland?” (Mama, apakah Bayern (Bavaria) itu termasuk wilayah Jerman juga?)
Saya pun tak kuasa menahan tawa. “Tentu saja”, jawab ibunya.

Tak terhitung berapa puluh orang Jerman (non-Bayern) yang saya temui, dari Köln, dari Hamburg, dari Berlin yang mengungkapkan ketidak sukaannya pada Bayern. Salah satu teman di Köln, pernah sebal sekali kalau dosen pengajarnya dari Bayern. Aku tak bisa mengerti mengapa, sampai aku kumpulkan alasan-alasan keluhan mereka terhadap Negara Bagian Jerman yang telah menorehkan kenangan manis mulai cinta, keluarga dan persahabatan padaku ini. Loh kok malah jadi melankolis. Habisnya aku rindu sangat,,sangat rindu pada keindahan Bayern. (Jangan bilang-bilang orang Jerman yak). 😀

1. BAHASA

Bairisch, Ostfränkisch, Schwäbisch-Allemanisch,  dsb. Ini adalah salah satu faktor yang membuatku memutuskan pindah ke Hamburg demi mempelajari bahasa Jerman dengan lebih baik. Bavarian memiliki aksen yang sangat kental, yang bahkan orang Jerman pun kesulitan memahaminya. Inilah alasan orang Jerman ogah ngomong sama orang Bavarian. Masih tak percaya?
Presenter komedian, Masud, dalam seri komedinya Netz O Rama mit Masud, pernah sekali mengundang youtuber yang berasal dari salah satu kota di Bayern, kalau nggak salah waktu itu dari Nurnberg, yang artinya dia memiliki dia memiliki dialek Ostfränkisch. Saat Masud mulai mewawancarainya, pemuda tersebut mulai ngomong bahasa Jerman pakai dialek Fränkisch-nya yang kental. Masud pun berkata, “Halt, halt, halt!! (Stop), sebaiknya kita menjadi orang Jerman saja ya, ngobrol pakai bahasa kita! Oke?”
Lalu, yang lebih kocak. Di Film legendaris orang Jerman, Winnetou (jangan bilang kalau kalian belum nonton film favorit orang Jerman segala umur sepanjang masa ini :), ada adegan yang diperankan oleh gadis asal Bayern. Gadis tersebut hanya ngomong beberapa patah kata. Meski demikian, suara gadis itu di-dubbing ulang dan diganti dengan bahasa Jerman yang baik dan benar oleh produsernya, agar tak ada dialek Bavaria di film Winnetou tersebut. 😀

2. KONSERVATIV

Ini yang membuat aku cinta Bayern setengah mati. Mereka seperti orang Indonesia yang senantiasa menjaga serta melestarika kebudayaan nenek moyang mereka. Saat bertemu orang Hamburg, rata-rata anak muda sudah tak mengerti bahasa Plattdeutsch lagi. Karena dialekt tersebut sudah terkikis oleh perkembangan zaman. Lain halnya di Bayern yang masih lestari, budaya serta bahasanya. Orang Jerman sebenarnya kurang begitu menyukai konservativ, karena terkesan close-minded dan tidak terbuka dengan budaya luar serta kemajuan zaman. Karena itu, mereka juga tidak suka Bayern

3. BUDAYA

Seperti yang aku jelaskan di atas, orang Bavaria amat sangat konservatif dengan budayanya. Bayern memang memiliki kebudayaan unik dan menarik yang tak dimiliki negara bagian Jerman lainnya. Contohnya pakaian adatnya (Dirndl dan Lederhose). Memang di kota lain memiliki baju adatnya sendiri-sendiri, namun cara mereka melestarikannya masih kalah ekstrim dengan cara orang Bavaria. Di Oktoberfest misalnya, semua orang memakai baju adat tersebut. Tak hanya itu, Dirndl ini juga merupakan baju resmi yang bisa dipakai dalam acara-acara resmi misalnya menghadiri wisuda, pernikahan, dan lain sebagainya.

salah satu contoh Dirndl, tanpa dalaman baju dan aksesoris lainnya

Baju adat ini bisa dibilang mahalnya berlebihan. Satu set Dirndl lengkap dengan pernak-pernik aksesorisnya (stocking, sepatu, tas kulit, dsb) bisa sampai 200 euro (3 juta). Itu paling murah. Host family ku dulu membeli Dirndl seharga 1200 euro (18 juta).

4. POLITIK DAN ATURAN PEMERINTAHAN

Sebenarnya saya paling anti ngomongin politik, apalagi menulisnya. Tapi karena salah satu alasan orang Jerman membenci Bayern adalah faktor politiknya, jadi saya tulis singkat saja.
Bayern, dari jaman Jerman napak tilas (lebay ih) selalu punya peraturan, regulasi dan sistem pemerintahan serta politik yang berbeda, tidak bertolak belakang dari pemerintahan pusat namun melencong dikit ke kiri dan ke kanan. Meskipun Jerman memiliki Kanselir (Perdana Menteri) terpusat, Bayern selalu ngikut aturannya sendiri seolah-olah dia punya negara sendiri.

5. MAHAL

München, ibu kota Bayern, merupakan salah kota termahal di dunia, dan MASIH kota terMAHAL di Jerman. Kota-kota di Bayern, tak hanya München, merupakan kota yang luar biasa indah dari segi pemandangan dan keteraturan kotanya. Namun, untuk berkunjung ke sana, orang Jerman sendiri pun masih akan berpikir-pikir lagi karena mahalnya. Mereka yang suka mendaki mungkin tak keberatan. Namun, orang Jerman yang suka air, akan berpikir mending ke pantai ke Spanyol atau Italia sekalian ketimbang melihat danau-danau di Bayern.

Danau Eibsee, di Garmisch, Bayern Selatan

Schloß Linderhoff di Bayern dekat Ettal Abbey

6. PEMBAYARAN PAJAK PERUSAHAAN

Banyak firma dan perusahaan-perusahaan di Jerman berbondong-bondong membangun perusahaannya di Bayern karena perusahaan tak harus membayar pajak sebesar perusahaan yang didirikan di kota lain. Meski pun demikian, para pekerja, tetap harus membayar pajak yang sama besarnya sesuai ketentuan pusat. Hanya perusahaannya saja yang pajaknya lebih kecil. Ini tentu saja timpang mengingat perusahaan membayar pajaknya dengan lebih kecil, namun karyawan yang bekerja harus membayar pajak yang besar. Ini dianggap menguntungkan kaum kapitalis.

7. AROGAN

Karena saya cenderung berhati-hati dalam men-stereotype orang berdasarkan negara dan budayanya, lebih baik saya ambil kutipan dari buku yang ditulis oleh orang Jerman sendiri.
“Bei uns gibt es die miesepetrigen Deutschen, die Kühlen Nordeuropäer,……derb-herzlichen Bayern ,…..” (David, 2012: 60)
“Di kalangan kita (orang Jerman), terdapat juga konotasi yang kurang menyenangkan tentang orang-orangnya, orang-orang dari Jerman utara yang dingin, orang Bayern yang berhati (atau berwatak) ‘derb (rude, coarse)’, yang  berarti kasar,”
Orang Bayern, karena mereka bangga terlahir dengan budaya dan adat istiadat kental nan istimewa ketimbang orang Jerman lainnya, membuat mereka terkesan arogan di hadapan orang Jerman. Meskipun sebenarnya sifat mereka tidak arogan, orang yang bukan dari Bayern tetap menganggap orang Bayern itu arogan, kasar, kurang santun, dan lain sebagainya.

8. BUDAYA NGEBIR

Tak bisa kita temui di bagian negara Jerman lain yang melestarikan budaya nge-bir se-ekstrim orang Bayern. Orang Jerman yang lain biasanya ngebir di sore atau malam hari selepas kerja atau pas makan malam. Namun orang Bayern bisa saja ngebir saat sarapan, siang hari, saking cintanya sama bir. Inilah sebabnya Bayern terkenal dengan budaya bir-nya. München juga terkenal sebagai kota Bir.

9. EGOIS

Orang Jerman cenderung menganggap orang Bayern itu egois, karena beberapa alasan di atas, alasan Politis, Arogan, dan konservativ. Tapi alasan-alasan ini pula yang bikin pemuda-pemuda Bayern lebih keren ketimbang pemuda Jerman lainnya. Mereka nggak se kaku dan jaga jarak seperti orang Hamburg, tapi terkesan jantan dan macho. Ini pendapat dan pengalaman pribadi. Eh?? :p

10.REFUGEES

Alasan demi alasan sebenarnya terkait satu dengan yang lainnya. Seperti alasan terakhir ini terkait dengan faktor politik dan peraturan Bayern serta ke-konservativ-an masyarakatnya terhadap dunia luar, sehingga mereka membatasi sampai menolak pengungsi yang berdatangan dari Suriah atau dari negara lainnya. Padahal orang Jerman yang lain (selain Pegida tentunya) berempati serta welcome terhadap pengungsi-pengungsi tersebut.

Aduh saking semangatnya, saya berulang kali harus mencampur aduk kata-kata antara Bavaria dan Bayern yang sebenarnya sama saja. Hanya saja, saya lebih suka konsisten dalam memilih kata. Halah ora popo,, kadang saya juga memakai kata ‘aku’ kadang ‘saya’… yang penting sama-sama memahami maksud disampaikan.

Tentu saja, pendapat ini sangat amat subjektif. Diskusi, kritik, dan saran sangat diterima. 🙂
Sampai jumpa di topik lainnya. Jangan lewatkan topik menarik tentang nama-nama pasaran orang Jerman.

Viele Grüße

Comments

  1. Dulu pernah ngobrol-ngobrol juga, pendapat yang sy setujui cuma ada 2 dari obrolan dan tulisanmu ini Puspa. Yaitu masalah bahasa dan mahal. Yang lain, aku blm bisa stuju hahaha….

  2. Dan juga selalu Klub nomer satu di Jerman, itu juga yang membuat orang Jerman yang lain (mungkin) iri karena Bayern terkenal di segala penjuru dunia dengan Bayern-München nya. Pernah ada yang bilang padaku saat aku di Berlin:
    "Jerman itu nggak cuma München saja!"
    Mungkin karena kota2 lain ga begitu mendunia,, ?
    Makasih atas kunjungannya

  3. Sepertinya ini kunjungan pertama aku ya?
    Seru juga nih mengenal dekat Jerman dari sisi ngeblog.

    Sama seperti di Indonesia juga ya, kadang-kadang tanpa disadari kita bersikap rasis, misalnya dengan memberi predikat bahwa copet di Jakarta kebanyakan dari etnis tertentu, atau yang 'hobbi' serobot tanah/properti orang lain berasal dari etnis tertentu juga.

    Padahalnya mungkin itu hanya kebetulan dari sekian persen kenyataan.

  4. Wah aku tidak bisa memberikan komentar panjang nih, karena aku belum pernah ke Jerman, apalagi ke Bayern. Tapi yang lebih menarik bagiku adalah kosevatifnya dan mempertahankan budaya lokalnya.

  5. Iya, tidak menyangka ya kalau orang Bayern konservativ juga. Bahkan banyak komentar di grup Jerman yang aku baca, bahwa orang Bayern yang sudah tua tidak bisa berbicara bahasa Jerman dengan baik dan benar, seperti orang Jawa (kakekku) yang nggak bisa ngomong bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 😀

  6. Konservatif tapi terbuka, ini kan unik. Biasanya orang konservatif agak tertutup. Mungkin.
    Mereka arogan karena horang kayah, barangkali begitu, hehehe…

  7. okk…kukira orang Jerman suka bingittz bin bangga bingiitz pada Bayern…. perkiraanku itu terkait dg sepakbola sih, sebab Bayern Munchen kan selalu nyumbang banyak pemain untuk timnas Jerman. BTW aku ini penggemar berat timnas jerman sedari belia dulu (duh kini sudah sangat tak belia). Salam kenal, ya. Senang nemu blog tentang Jerman ini.

  8. Kenapa kalau wisata air mahal kak? Padahal kan itu danau pesona alam? Hmmm~~~

    Dapat ilmu lagi nih mengenai sisi lain dari Jerman, khususnya Munchen ehe. Eh drpd Munchen pdhl aku lebih tau Berlin ._.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *