Menjadi au pair berarti siap hidup dan tinggal serumah bersama keluarga baru, cara yang paling baik untuk menyesuaikan diri dengan mereka adalah mengadaptasi budayanya, tanpa membuang budaya kita sendiri, jangan terlalu lemah karena nanti kita dimanfaatkan, jangan juga terlalu ngeyel agar tidak memacu konflik. Intinya, kita harus pandai pandai menyesuaikan diri dengan mereka.
Sebelum memutuskan memilih sebuah keluarga yang nantinya akan tinggal bersama kita selama beberapa bulan hingga satu tahun ke depan, tidak ada salahnya kita mempertimbangkan beberapa hal berikut dalam memilih host family:
1. Jumlah anak
Pastikan kalian tidak kelabakan mengurusi anak-anaknya. Rata-rata host family yang mempunyai anak lebih dari tiga, kalian hanya disuruh mengurusi satu atau 2 anak terakhirnya saja. Tapi menurut pengalaman teman-teman au pair, meskipun yang diurus hanya 2, tetap saja kadang kalau orang tuanya pergi dan semua anak berkumpul, kita juga tetap harus mengawasi, membuat makanan, menjaga yang paling kecil, dan sebagainya. Untung-untung kalau anak yang paling gede bisa diajak kompromi dan nggak nakal serta mau ikut menjaga adiknya (biasanya anak perempuan), tapi kalau dia suka usil dan bawel, kita yang masih belajar bahasa Jerman bisa kalah omong sama dia.
Tapi jumlah anak bukanlah tolak ukur, kalau ada anak yang udah gede dan dia ramah, kita bisa cepat belajar Bahasa Jerman dengan mendengarkan mereka bertutur kata. Saat video call, usahakan kalian skype dengan mereka semua agar kalian tahu bagaimana mereka nantinya dan apakah mereka anak-anak yang ramah atau bandel.
2. Fasilitas yang diberikan
Meskipun ada uang saku yang jumlahnya telah ditetapkan oleh pemerintah, beda family beda juga tingkat kedermawanannya :D. Contohnya, host family ku dulu, selain biaya tiket pesawat berangkat ditanggung mereka dan diberi iphone saat awal kedatangan, tiap aku kerja melebihi 6 jam perhari, selalu diberi uang tambahan. Host family temanku, biarpun dia bantu setrika, membersihkan rumah, menjaga anak lebih dari 6 jam per hari, uang sakunya tetap segitu-segitu saja. Ada juga temanku yang tinggal di apartemen terpisah dari host family dan diberi uang makan tambahan, uang pulsa dan uang tiket bulanan disamping uang sakunya.
Saat video call, hal yang wajib kalian tanyakan:
* Tiket bulanan. Karena kalau kalian suruh bayar sendiri, mahal sekali.
* Hari libur dan jam kerja perhari. Temanku sehari kerja hanya 4 jam namun, tidak mendapat hari libur dalam seminggu. Dia hanya dapat hari libur 30 hari dalam satu tahun yang bisa diambil saat host family liburan juga. Pikirkan baik-baik karena kalian juga butuh hari libur.
* Apakah sebelumnya sudah punya au pair dan bagaimana pengalaman dengan au pair tersebut? dengan begitu kalian bisa tahu bagaimana mereka memperlakukan au pair.
* Tiket pesawat. Negosiasikan tiket pesawat dengan host family, siapa tahu mereka mau membelikan tiket pesawat kalian pulang pergi.
* Bagaimana anak-anaknya, apakah mereka tipikal anak yang mudah bergaul sama orang asing, dsb.
* Tidak ada salahnya kalian mencoba tanyakan hal ini: saya berencana juga jalan-jalan keliling eropa, oleh karena itu saya juga harus menabung, apakah tidak apa-apa kalau misalnya saya kerja sambilan bersih-bersih atau babysitten di rumah orang lain di waktu senggang? meskipun secara hukum tidak diperbolehkan, tapi kalau host family mengijinkan dan menghargai kejujuran kita, dia malah simpati dan bahkan tak jarang malah menyuruh kita membantu mereka dan memberi uang lebih ketimbang membiarkan kita bekerja di tempat lain (seperti yang terjadi padaku dulu).
* Tanyakan kalau misalnya kerja berlebih, apakah dapat uang tambahan. Agar tidak terkesan kita terlalu matrealistis, gunakan alasan karena kita ingin travelling.
Aku tekankan: orang Jerman paling suka kalau kita banyak tanya dan tidak hanya mengiyakan mereka. Karena dengan begitu mereka jadi tahu apa yang ada di pikiran kita tanpa harus menebak-nebak. Berbeda dengan budaya sungkanan di Indonesia, orang Jerman paling frontal kalau soal hak dan kewajiban yang berkenaan dengan uang atau jasa. Mereka sangat okay kalau kita menagih uang saku, tanya soal uang dan fasilitas, karena mereka menjunjung tinggi hak kita, dan memberikan hak kita adalah kewajiban mereka.
3. Hari Libur
Seperti yang aku tekankan sebelumnya, kalian butuh hari libur. Kalau kalian kerja lebih dari 30 jam seminggu, dan tidak ada hari libur, lupakan saja, karena au pair bukanlah pembantu. Masih banyak keluarga Jerman yang butuh au pair. Aku dulu, aku bilang sejak awal bahwa aku ingin travelling selama satu bulan penuh. Jadi selain libur 2 hari seminggu (sabtu minggu), di bulan ke 8, aku travelling selama 30 hari dan tetap dibayar. 30 hari libur dalam setahun adalah hak au pair dan juga hak pekerja di Jerman pada umumya. Kalian harus tanyakan dan tekankan mulai dari awal agar mereka tahu dan siap untuk kehilangan kalian selama satu bulan.
4. Tempat Tinggal
Bagaimana kalian tinggal nanti juga penting untuk ditanyakan, apakah kamarnya dekat dengan kamar anak-anak, atau malah tidur sekamar dengan salah satu orang anak, apakah di lantai atas atau di basement, atau malah tinggal di apartemen yang berbeda. Kalau kalian sreg dan merasa okay dengan fasilitas kamar serta privacy yang akan kalian terima, maka tidak jadi masalah, tapi kalau kalian butuh lebih privacy untuk diri sendiri misalnya, maka carilah host family yang menyediakan kamar au pair yang jauh dari jangkauan anak-anak, di basement atau apartemen lain.
FYI, kalau kalian diberi fasilitas apartemen terpisah, informasikan kepada host family bahwa di kontrak kerja au pairnya, jangan dicantumkan bahwa kalian akan tinggal terpisah, karena banyak kasus visa au pair yang ditolak karena mereka tinggal terpisah dari host familynya, pemerintah mencanangkan program au pair kan untuk tinggal dan beradaptasi dengan orang Jerman, jadi kalau tinggalnya terpisah dianggap kurang sesuai dengan program yang dicanangkan. Banyak au pair yang tinggalnya terpisah, tapi host family mencantumkan tempat tinggal dan alamat yang di kontrak kerja untuk mengajukan visa.
5. Bauchsgefüllt (feeling atau kata hati)
Tentunya semua faktor atau teori dalam memilih segala sesuatu tidak akan berarti tanpa bisikan hati nurani. Ciee :D. Aku dulu merasa sangat yakin sekali bahwa aku akan tinggal bersama host family ku karena berkali-kali aku bermimpi datang dan tinggal bersama mereka. Selain itu, saat video call dan melihat 2 bocah kembar lucu itu aku seperti punya keterikatan batin yang kuat. Oleh karenanya aku memutuskan berangkat. Kata hati selalu penting dalam memutuskan sebuah hal, pastikan kalian yakin dan tidak bimbang agar tidak menyesal nantinya
Dalam memilih host family, kita sebaiknya bijak dan mempertimbangkan segala konsekuensi ke depannya karena banyak kasus terjadi au pair bergonta-ganti host family sampai beberapa kali karena tidak cocok dan sebagainya. Jadi jangan asal ada host family yang mau mengundang kita ke Eropa kita iya-iya saja.Banyak tanya, banyak tahu, dan orang Jerman atau orang Eropa pada umumnya suka ditanya. Jadi jangan sungkan-sungkan tanya.
Demikian sedikit info tentang au pair, semoga menambah pengetahuan dan jadi inspirasi. Akan banyak info, tips dan kisah seru lainnya yang akan aku bagi seputar au pair, Jerman, FSJ, Kuliah, semoga aku akan terus punya semangat untuk menulis. Hhehhe.
Aku senang bisa berbagi dengan kalian, akan lebih senang lagi bila kalian juga mau membaginya kepda orang lain, kakak, adik, saudara, yang barang kali ingin tahu serta menambah wawasan tentang perbedaan budaya antara Indonesia dan Jerman. Aku menerima kritik, saran agar kedepannya aku bisa sharing hal-hal unik yang bermanfaat dari Jerman. Sampai ketemu di topik lainnya.
Viele Grüße
Sukaaaa banget tulisan ini 🙂 Dulu sempat tahu banyak dari buku yang ditulis sama Icha (bisa jadi kenal ya? 🙂 dan baca tulisan ini jadi semacam penyegaran tentang Au Pair. Kereeen 🙂
omnduut.com
Hhahaha,, iya sempat ketemu Icha juga di Paris…