German vs Indonesian Mentality Part 3: CUEK vs SKSD

Kalau kalian membaca artikel-artikel sebelumnya, pasti sudah terdeteksi bahwa antara orang Jerman dan orang Indonesia itu ibarat bumi dengan awan. Sangat jauh perbedaannya, namun juga tak sejauh bumi dengan langit yang tak mungkin menyatu. Awan masih bisa bertemu dengan puncak gunung di atas permukaan bumi.

Banyak juga karakter orang Jerman yang hampir sama dengan orang Indonesia. Misalnya dalam hal sopan santun dan tata krama. Orang Jerman itu juga mengagung-agungkan kesopanan, hal ini juga tergambar jelas dari cara mereka menata dan memilah milah kata ganti orang pertama seperti, kamu dan anda (yang juga ada di Indonesia). Kesopanan atau tata krama tentu saja berbeda tingkatannya dan aturannya, sesuai norma yang berlaku di Jerman maupun di Indonesia.

Kali ini hal yang menggelitikku setelah sekian lama tinggal di Jerman adalah budaya orangnya yang cueknya naudzubillah. Hal yang bertolak belakang dengan Indonesia. Di Indonesia, apalagi bukan di kota besar yang warganya sudah cukup individualis, masih bisa kita jumpai orang yang mengajak ngobrol sekedar basa-basi di bus dengan bertanya, “Mau kemana, mbak, atau mas?”. Kalau di Jerman, boro-boro dah. Meskipun ada juga, tapi nggak sesering di Indonesia. Orang di Jerman jauh lebih individualis dan cuek dibandingkan dengan orang Indonesia.

Saat duduk di bis dari Paris ke Zurich, Swiss beberapa tahun yang lalu, aku  sempat berkenalan dengan orang-orang Australia. Mereka ngajak ngobrol dan tanya-tanya duluan. Aku pikir awalnya mereka orang Jerman, kok ramah banget, nggak taunya orang Australia, pantesan. Orang Australia dan Amerika memang terkesan lebih easy going dan mudah akrab dengan orang lain atau orang yang baru dikenal ketimbang orang Jerman.

Bayangkan saja. Aku tinggal satu apartemen dengan seorang wanita asal Hamburg Jerman selama satu tahun setengah, aku sudah berusaha bertanya tentangnya, tentang kehidupannya, tentang kegiatannya, tapi masih saja terasa ada jarak antara bumi dan awan di antara kita. Aku merasa tidak bisa akrab dengannya meski segala cara telah kucoba. Mungkin stereotype ini terlalu berlebihan kalau hanya mengambil contoh satu orang saja. Namun, hal ini tidak terjadi ke satu orang, melainkan ke banyak orang Jerman. Selama 3 tahun tinggal di Jerman, aku hanya punya satu ndil teman cewek asal Jerman, yang sekarang malah pindah ke Indonesia. Sahabat cowok satu-satunya di kota Munich juga sekarang pindah ke Bogor. Walah…. Padahal aku berteman dengan mereka dan merasa akrab serta dipercaya sebagai teman itu setelah 2 tahun kenal. Lama amat? iya emang begitu orang Jerman. Teman yang baru kenal hanya bisa disebut kenalan, teman ya cuma beberapa biji yang bisa dibilang akrab,, selebihnya bukan teman, tapi istilah istilah lain. Kalian bisa baca 10 cara orang Jerman mengelompokkan Pertemanan

Menyedihkan sekali ya kedengarannya? Mengapa seperti itu? Mari kita analisa beberapa alasannya.

1. Menjaga Privacy
Di Jerman, orang dilarang, bahkan dilarang keras menyentuh orang lain. Kalau bukan orang tuanya, orang lain juga tidak boleh menyentuh anak kecil apalagi mencubit pipinya karena gemas Kalau mau nyentuh, harus minta ijin sama anaknya dulu, misalnya dengan bertanya, “Bolehkah aku membersihkan hidungmu dari ingus? :D” Kalau anak itu nggak mau, ya dibiarkan saja ingusan. Hahaaa…Seriously!!!. Bisa kena denda ratusan hingga ribuan euro kalau kita memaksa atau dengan sengaja menyetuh tanpa izin, dan orangnya tidak terima. Karena itu dianggap melanggar hak asasi atau kebebasan manusia. Karena alasan inilah mulai sejak kecil, orang Jerman sudah tahu tentang hak-hak mereka, atas diri dan tubuh mereka dari sentuhan atau violation dari orang lain. Karena alasan inilah meski terkesan cuek dan juga tidak mau mengusik privasi orang lain, karena mereka ingin menjaga privasi mereka.

2. Takut dianggap tidak sopan
Seperti yang aku jelaskan di atas, orang Jerman itu juga punya budaya kesopanan. Kalau mereka kepo atau SKSD, mereka takut dianggap tidak sopan atau tidak menghargai privasi lawan bicara. Padahal kan orang Indonesia itu curious alias kepo dan SKSD banget. Orang Jerman juga tidak mau tidak sopan dalam pergaulan. Namun, orang Jerman yang sudah terbiasa bergaul dengan orang Indonesia dan mengerti budaya orang Indonesia yang kepo dan SKSD, mereka bisa mengatasi pergaulan dengan tidak membatasi diri dari bertanya hal-hal yang menjurus ke arah pribadi.

3. Jaga Jarak
Orang Jerman, apalagi yang berasal dari utara Jerman, semakin dingin daerahnya semakin dingin pula orang-orangnya. Mereka adalah orang yang paling jaga jarak dari orang lain!!!. Saat ke Italia atau ke Austria (yang secara geografis terletak di selatan Eropa dengan cuaca lebih hangat), kalian akan merasakan perbedaan orang-orangnya yang cenderung lebih ramah dan hangat juga.  Di Swedia misalnya, orang-orang di kereta akan duduk diam sambil membaca atau memasang headset agar tidak diganggu oleh orang lain.
Orang Jerman butuh waktu yang relatif lama untuk dekat dengan seseorang dan menjadikannya sahabat yang bisa dipercaya. Bayangkan, di Indonesia, aku bisa saja bertemu dengan salah seorang gadis di kereta api dengan tujuan yang sama, ngobrol banyak lalu tukeran facebook dan jadi sahabat sampai sekarang. Kalau orang Jerman, itu hampir mustahil. Kecuali kalau mereka naksir secara seksual, atau ingin PDKT dengan seseorang.

4. Prioritas
Orang Jerman memprioritaskan keluarga dan pasangan sebagai orang terdekat yang dipercayai oleh mereka. Ibarat prioritas itu sebuah lingkaran, orang Jerman akan membuat lingkaran-lingkaran seperti papan dart (anak panah) dimana lingkaran kecil di tengahnya merupakan lingkaran inti zona pertama yang diisi oleh orang-orang terdekat, yakni pasangan dan keluarga, lalu lingkaran agak besar di zone 2 untuk saudara dan teman (sahabat), lalu lingkaran agak besar lagi untuk kenalan dan kolega, lalu lebih besar lagi untuk orang-orang yang cuma dikenal tapi tidak begitu dekat dan sebagainya.
Prioritas ini sangat penting untuk orang Jerman karena mereka memang fokus di segala sesuatu, seperti fokusnya terhadap siapa yang mereka kasihi dan utamakan dengan siapa yang tidak.

5. Takut
Orang Jerman masih tercatat sebagai orang yang punya anxiety terbesar di dunia, yang selalu curiga dan takut terhadap orang yang tak dikenalnya. Takut diperdaya, takut ditipu, takut terlalu dekat, takut ini, dan itu. Mereka cenderung lebih waspada ketimbang ceroboh karena memang sifat mereka yang skeptic.

6. Frontal dan tidak suka basa-basi
Orang Jerman terkesan cuek karena mereka memang suka to the point. Kalau kamu ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan, ngomong saja langsung, kalau ada masalah bicarakan saja langsung! Mereka tidak suka basa-basi. Terkadang kalau mereka ingin bertanya atau kepo, mereka juga berpikir apakah lawan bicara mau menjawabnya atau menganggap pertanyaan ini tidak penting, jelas sekali pertanyaan basa-basi ini, dsb.

Demikian sharing kita kali ini tentang Mental orang Jerman dan orang Indonesia part 3. Semoga menambah pengetahuan dan tidak membuat judgmental atau stereotype. Karena beda orang, beda negara beda pula adat istiadatnya. Yang harus kita lakukan adalah berusaha saling memahami dan mengerti saja.

Viele Grüße

11 Comments

  1. Poin lima dan 6 ini yang sepertinya mirip denganky yang lahir di Indonesia.
    Takut sama orang tidak dikenal, apalagi sekarang lagi serunya teroris dan pembegalan.
    Aku juga lebih suka to the point, tidak suka basa-basi atau pujian yang ujung-ujungnya minta bantuan 😀

  2. Tapi kalau menurut aku sih.. orang2 dari Jerman bagian Utara lebih ramah dibandingkan orang2 Jerman yg tinggal di bagian selatan seperti Bayern..
    Karena aku merasakan sendiri sudah hidup 5 tahun di Bayern..
    Tapi tetap aja orang2nya tidak begitu ramah dan kadang kepo juga.. ����
    Tapi biar begitu, aku tetap nyaman kok tinggal di Bayern.. ������
    Menurut pendapat aku ya.. ��

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


x

Related Posts

Panduan Menulis Motlet dan CV untuk Apply Visa FSJ/BFD ke Jerman
Program FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) dan BFD (Bundesfreiwilligendienst) di Jerman adalah bentuk layanan sukarela di Jerman yang ditujukan unt...
Info Lengkap Tentang Oportunity Card atau Chancekarte ke Jerman
Kesempatan terbaru untuk tinggal dan bekerja di Jerman melalui Opportunity Card atau Chancenkarte merupakan bagian dari upaya Jerman untuk menari...
Contoh Motivation Letter Yang SUKSES Apply Visa Au Pair di Kedubes Jerman
Tentang panduan membuat motivation letter dan CV sebagai syarat mengajukan Visa di kedubes Jerman, silakan dibaca dulu di artikel ini: Panduan Me...
powered by RelatedPosts
Ada yang ingin ditanyakan?