Hamburg: Gamelan di Kancah Internasional

Ngomong-ngomong soal budaya, Indonesia sendiri punya ribuan bahkan mungkin jutaan budaya mulai Sabang sampai Merauke yang nggak akan pernah ada habisnya untuk diceritakan, dibagi, baik kepada masyarakat Indonesia sendiri maupun kepada dunia (luar negeri). Itulah sebenarnya ide dalam menulis blog ini, yakni mewartakan atau membagikan budaya, budaya Indonesia kepada orang Jerman dan budaya Jerman kepada orang Indonesia.

Tentang gamelan, aku sebenarnya telah menulisnya jauh-jauh hari dalam Bahasa Jerman yang masih tersimpan rapi di draft karena aku belum sempat melanjutkannya hingga saat ini. Semoga di liburan musim semi bulan depan aku ada waktu.

Aku tak perlu menjelaskan apa itu gamelan kepada masyarakat Indonesia, terutama kepada orang Jawa. Pastinya nama alat musik yang melegenda sejak zaman kerajaan Majapahit ini sudah tak asing lagi di telinga kita. Nanti kalau aku salah menginformasikan malah diprotes sama yang lebih tahu, hehehe πŸ™‚ Aku sendiri saat SMP sudah aktif ikut gamelan meskipun musik sama sekali bukan bidangku, aku sama sekali tak punya talenta untuk mempelajari seni musik, atau pun seni gambar. πŸ™‚

Kali ini aku ingin sedikit saja menginformasikan tentang Gamelan di kancah internasional. Betapa kita sebagai orang Indonesia tidak bangga kalau budaya kita bisa termasyur sampai ke luar negeri. Banyak orang Jerman, yang tertarik memepelajari ke-eksotis-an Indonesia, termasuk budaya musik dan seni tari, dan lain sebagainya. Kita sebagai orang Indonesia juga sudah semestinya tetap melestarikan budaya kita yang unik ini, agar tidak mudah di klaim oleh bangsa lain. πŸ™‚

Di Hamburg, grup gamelan ini bernama GAMELAN MARGI BUDOYO HAMBURG. Tak hanya orang Indonesia saja, ada juga beberapa orang Jerman, orang Australia dan orang Jepang yang menjadi anggota tetap dan ikut latihan setiap minggunya di KJRI Hamburg (Konsulat Jendral Republik Indonesia). Latihan yang diadakan setiap hari selasa malam pukul 19.00-21.00 ini tak hanya sebagai sarana latihan dalam mempersiapkan sebuah konser, tapi juga ajang berkumpulnya orang-orang yang punya ketertarikan yang sama yakni terhadap budaya Indonesia (Gamelan). Walaupun tak ada konser, kami tetap latihan setiap selasa.  Latihan ini tak dipungut biaya alias gratis. Ada juga les khusus yang dipungut biaya, yakni hari Rabu. Tak hanya Gamelan, KJRI juga menawarkan les bahasa Indonesia gratis kepada masyarakat Jerman. Ada juga Angklung, latihan nari, dan nyinden, nge-band, dangdutan, dan banyak lagi di sini. πŸ™‚

Grup Gamelan Margi Budoyo Hamburg ini dibina oleh Pak Maharsi, pakar seni tari dan musik dari Semarang, Jawa Tengah. Tak hanya gamelan, Pak Maharsi juga membina latihan tari dan nyinden di KJRI Hamburg. Bakatnya yang luar biasa dibidang musik dan tarian tradisional Indonesia ini membuatku terkagum-kagum. Pasalnya beliau sendiri yang menciptakan not-not lagu yang seabrek (sebagai komposer), dan melatih orang-orang yang tak hanya berasal dari Indonesia saja melainkan dari manca negara juga. Yang membuat aku sangat bangga adalah Pak Maharsi melatih orang-orang, terserah dari mana asal mereka, dengan bahasa Jawa, kadang bercampur Indonesia dan Jerman juga.  Dia selalu saja bilang: Ji….mo…nem…lu…nem…lu…pi…pi (siji…limo…enem…telu…enem…telu….pitu…pitu…yang artinya anak tangga nada satu…lima…enam…tiga…enam….tiga…tujuh…tujuh….)

Nah, mau nggak mau kan orang-orang itu harus terbiasa dengan angka Jawa, ada juga orang Sunda dan Medan yang ikut dan harus terbiasa dengan angka angka jawa itu :)…. Memang harusnya seperti itu, kalau kita belajar budaya, harus belajar bahasanya juga. Kalau ada bule di Indonesia, ajak saja ngobrol pakai bahasa Indonesia atau bahasa daerah tertentu, nggak harus kita sebagai orang Indonesia yang kudu capek-capek ngalah  ber-bahasa Inggris (meskipun kita bisa Bahasa Inggris juga). Bahkan biasanya bule senang kalau mereka belajar bahasa Indonesia lalu bisa latihan sama orang lokal.

Berikut ini foto-foto saat latihan dan saat konser di sekitar Hamburg, Jerman:

Pengenalan Budaya Indonesia di Hamburg

Konser di Hamburg

Kami saat konser di Rotherburg

Pak Maharsi (Tengah) diapit para gamlen-ers πŸ˜€

Konser kecil pengenalan budaya Indonesia di Rothenburg

Ini nih ciri khas kita, di mana ada orang Indonesia, pasti ada makanan di sana.

Makan dulu sebelum dan sesudah latihan πŸ˜€

Sayang sekali video yang aku rekam belum sempat aku edit, kapan-kapan pasti aku tayangin juga bagaimana nuansa saat kita latihan bersama.

Sampai Jumpa Lagi

Salam dari Hamburg

Viele Grüße

13 Comments

  1. Ya ampun, baru tahu kalo di Jerman ada gamelan juga yg aktif. ji no nem lu, ji no nem… itu kayak bapakku kalo main harmonika cari not lagu. Beliau bisa segala alat musik (Kecuali petik) karena dulu ketua anak muda n gamelan kalo ada nikahan anak kampung. Ditunggu sharing lainnya. Oh ya salam kenal ya, aku follow, folbek ya πŸ™‚

  2. disaat orang asing mempelajari budaya kita…kita sering melupakan apa yang menjadi milik kita sendiri…di jaman saya masih kecil, saya sering mendengarkan orang tua menyanyikan tembang macapat sambil menggendong cucu mereka..beberapa radio sering menyiarkan karawitan gamelan…sekarang saya sudah tidak menemukannya lagi :C

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ο»Ώ
x

Related Posts

Panduan Menulis Motlet dan CV untuk Apply Visa FSJ/BFD ke Jerman
Program FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) dan BFD (Bundesfreiwilligendienst) di Jerman adalah bentuk layanan sukarela di Jerman yang ditujukan unt...
Info Lengkap Tentang Oportunity Card atau Chancekarte ke Jerman
Kesempatan terbaru untuk tinggal dan bekerja di Jerman melalui Opportunity Card atau Chancenkarte merupakan bagian dari upaya Jerman untuk menari...
Contoh Motivation Letter Yang SUKSES Apply Visa Au Pair di Kedubes Jerman
Tentang panduan membuat motivation letter dan CV sebagai syarat mengajukan Visa di kedubes Jerman, silakan dibaca dulu di artikel ini:Β Panduan Me...
powered by RelatedPosts
Ada yang ingin ditanyakan?