Beberapa waktu yang lalu aku sempat menulis artikel tentang 10 keunikan bahasa Indonesia dalam Bahasa Jerman. Tulisan tersebut mendapat tanggapan yang mengejutkan dari orang-orang Indonesia dan Jerman yang tergabung dalam sebuah grup facebook ‘Indonesien in Deutschen Medien‘, banyak orang Jerman yang share tulisan tersebut dan banyak pula yang protes.

Nggak adil rasanya kalau setelah sekian lama tinggal di Jerman, aku tidak membahas tentang Bahasa Jerman. Sudah aku sebutkan di beberapa artikel sebelumnya kalau Bahasa Jerman nggak cuma ribet ran ruwet saja tapi unik dan menantang untuk dipelajari. Di artikel ini, aku singkirkan semua yang berhubungan dengan dativ, akusativ, nominativ dan genitiv,  tak akan aku bahas tentang präteritum dan konjugation, mungkin sedikit saja tentang artikel dan yang berkaitan dengannya). Beberapa fakta yang mengejutkan tentang Bahasa Jerman, aku rangkum di sini:

1. Bahasa Jerman adalah bahasa yang paling banyak digunakan di Eropa

Bahasa Inggris memang bahasa Internasional dan bahasa yang paling banyak digunakan di seluruh penjuru dunia, begitu pula bahasa Spanyol. Namun, mengalahkan Bahasa Inggris, Itali, Prancis dan Spanyol, Bahasa Jerman ternyata bahasa yang paling banyak digunakan oleh penduduk Eropa, yakni sebanyak 90 juta pembicara atau sekitar 16% dari keseluruhan penduduk di Eropa. (Sumber: Listen and learn).  Bahasa Jerman juga tidak hanya digunakan di Jerman saja, tapi di Austria, sebagian dari  Swiss, Luxembourg, Lichtenstein, di beberapa kota di Ceko, Hungaria, Polandia, Denmark, dan Belanda. Bahkan saat ke Ceko dan Hungaria, kita pasti bisa menjumpai menu makanan di restoran-restoran yang rata-rata diterjemahkan juga dalam bahasa Jerman, dan pelayannya juga bisa berbahasa Jerman. Mengapa? Karena Jerman adalah satu satunya negara di Eropa yang diapit oleh banyak negara, yakni 9 negara tetangga, tak heran kalau beberapa negara juga terpengaruh bahasanya. Selain itu, meski cuma sebentar, Jerman pernah sempat menguasai seluruh negara Eropa (selain Britania Raya).

2. Jenis kelamin pada setiap kata benda

Seperti yang telah aku sebutkan di artikel-artikel sebelumnya, Bahasa Jerman, mengelompokkan JUTAAN kata benda berdasarkan jenis kelaminnya. Di Bahasa Prancis, Belanda dan Itali juga demikian, namun hanya berdasarkankan feminim dan maskulin saja. Sedangkan di Jerman pengelompokan itu berdasarkan 3 jenis, yakni feminim, maskulin, dan netral. Bayangkan semua kata benda tanpa terkecuali. Misalnya kursi itu menurut orang Jerman berjenis kelamin laki-laki, jadi namanya der Stuhl (baca: der shtul), lalu hidung itu jenis kelaminnya perempuan, jadi namanya die Nase (baca: di nase) , yang paling aneh, seorang gadis, menurut bahasa Jerman berjenis kelamin netral, jadi namanya das Mädchen (baca: das metcen). Jangan tanyakan kok bisa atau mengapa, karena memang sudah begitu dari sononya. Pengelompokan ini juga tidak ada rumusnya, jadi kalau belajar Bahasa Jerman, harus hafalin satu persatu jenis kelamin benda benda yang ada di dunia, mau nggak mau. 😀

3. Jenis kelamin pada kata benda mempengaruhi kata sifat dan preposisi

Kalau kalian tidak belajar bahasa Jerman, akan sangat melelahkan sekali mendengar penjelasanku yang satu ini. Jadi aku uraikan keruwetannya dalam bahasa yang sederhana dengan contoh yang paling gampang saja.

Tak berhenti dari menghafal jutaan kata benda disertai jenis kelaminnya, jenis kelamin tersebut akan selalu berubah tergantung situasi dan kondisi alias preposisi ?. Aku beri contoh dari bahasa Jerman yang mirip dengan bahasa Indonesia:
Tante mempunyai artikel feminim ‘die’ : die tante
Moderator mempunyai artikel maskulin ‘der’: der moderator
Handtuch (baca: hantuh, artinya handuk) mempunyai artikel netral ‘das’: das Handtuch
Bonusse (berasal dari kata bonus, yang jamak) mempunyai artikel jamak ‘die’: die Bonusse

Kalau tiga kata di atas digabungkan dengan preposisi: dengan (mit), maka artikel-artikel tersebut ‘WAJIB’ berubah menjadi:
die Tante jadi mit der Tante (padahal der normalnya dalah artikel untuk maskulin)
der Moderator jadi mit dem Moderator
das Handtuch jadi mit dem Handtuch
die Bonusse jadi mit den Bonusse

Itu masih satu preposisi ‘dengan (mit)’, belum lagi preposisi ‘untuk (für)’:
die Tante jadi für die Tante (tetap die)
der Moderator jadi für den Moderator (berubah jadi den)
das Handtuch jadi für das atau fürs Handtuch (tetap das)
die Bonusse jadi für die Bonusse (tetap die)

Contoh diatas hanya untuk tambahan kata depan dengan dan untuk, padahal preposisi itu jumlahnya puluhan. Belum lagi artikel-artikel tersebut akan berubah sesuai kata sifat yang menyertainya. Tak usah aku bahas, ya dari pada pusing 😀

Bayangkan kalau harus merangkai sebuah kalimat? Untuk pembicara Jerman, mereka tentu saja diluar kepala, sama seperti orang Jawa ngomong kromo inggil sejak kecil, karena sudah terbiasa, bahasa krama juga tak seperti mempelajari bahasa baru. Tips untuk belajar bahasa Jerman atau ngomong Bahasa Jerman (atau bahasa asing lainnya) sebenarnya adalah nggak perlu terlalu mikirin grammar. Salah benar yang penting belajar ngomong, nanti kalau sudah terbiasa, grammar, dan aturan-aturan bahasa akan mengalir dengan sendirinya. Seperti bayi, mereka juga tak takut salah. Asal ngomong saja, lama-lama mereka akan belajar dari kesalahan. Bayi di Inggris mana ada yang mikirin grammar kalau ngomong. Asalkan yang ingin disampaikan mengerti oleh lawan bicara, it’s all fine.

4.  Semua kata benda menggunakan huruf besar dan penempatan kata kerja

Sejak mempelajari bahasa Jerman, nulis laporan, tugas, blog dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, jadi ketularan menggunakan huruf besar di semua kata benda. Ya, tak hanya dibedakan menurut jenis kelaminnya, kata benda di Jerman diistimewakan sekali dengan ditulis menggunakan huruf besar.
Selain itu, bahasa Jerman juga kaku sekali dalam penataan bahasa. Contohnya predikat mau tak mau, wajib hukumnya berada di posisi kedua dalam sebuah kalimat, dan dalam bentuk lampau, kata kerja jadi diletakkan di belakang. Contoh  dalam bahasa Indonesia:

‘Aku belajar matematika di perpus’ atau ‘Di perpus aku belajar matematika’, tanpa aku terjemahkan, kalimat tersebut akan seperti ini jadinya dalam bahasa Jerman:

‘Aku belajar matematika di perpus’ atau ‘Di perpus belajar aku matematika’.

Pokoknya, kata kerja harus selalu diletakkan di posisi kedua.

Contoh di atas merupakan contoh yang terjadi sekarang alias Präzen (present). Kalau bentuk lampau, kata kerja asli diletakkan paling belakang, dan diposisi kedua HARUS, WAJIB HUKUMNYA, menggunakan ‘have/habe’ yang di sini aku artikan ‘sudah’ bukan have/habe dalam konteks mempunyai.

Dalam bahasa Indonesia:  ‘Aku membeli susu kemarin’, ‘Aku kemarin membeli susu’, ‘Kemarin aku membeli susu’ :  membeli bisa diletakkan di posisi ketiga, tapi tidak bisa seperti itu dalam bahasa Jerman. Tanpa aku terjemahkan, kalimat tersebut harus seperti ini jadinya dalam bahasa Jerman:

‘Aku sudah kemarin susu membeli’ atau ‘Kemarin sudah aku susu membeli’

Aduh maaf ya, jadi ngomongin grammar, padahal di awal sudah janji nggak bakal ngomongin grammar 😀

5. Kosakata Bahasa Jerman, Inggris, dan Prancis

Fakta membuktikan, Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris mempunyai padanan kata yang sama sebanyak 60% dari keseluruhan jumlah kata dalam bahasa keduanya. Dalam bahasa Jerman dan Inggris, banyak juga kita temukan Bahasa Serapan dari bahasa Prancis. Bedanya, orang Jerman membunyikannya persis seperti orang Prancis, tapi orang Inggris nggak. Contohnya, kata Restaurant dan Chance. Orang  Jerman membunyikan kedua kata tersebut dengan sengau-sengau khas orang Prancis.

6. Dikatakan mirip sama Bahasa Belanda

Aku yang beberapa kali ke Belanda tetap saja kesulitan paham apa yang Dutch katakan, padahal aku sudah sedikit banyak belajar bahasa Jerman. Memang banyak kata yang sama antara Dutch (Bahasa Belanda) dan Deutsch (Bahasa Jerman), namun aturan dan pengucapannya berbeda. Contohnya, bahasa Belanda membunyikan ‘sch’ seperti orang membunyikan huruf s ditambah ‘kho’ dalam bahasa arab, di dalam rongga tenggorokan sampai keluar dahaknya. Tapi orang Jerman membunyikannya lebih keluar, seperti kita membunyikan ‘sy’ pada kata ‘syuhada’.

7. Kata-kata yang panjang dan didominasi konsonan

Alih-alih menggunakan 2 kata atau beberapa kata, bahasa Jerman suka menggabungkannya dalam satu kata, meskipun jadi tak karuan panjangnya dan rata-rata didominasi konsonan. Seperti contoh yang aku ambil di toilet KJRI di Hamburg ini:

Tata Cara Menggunakan Sikat Toilet

8. Cara pengucapan hurufnya yang mirip dengan Bahasa Indonesia

Bahasa Jerman tak melulu tentang kerumitannya. Menurut banyak orang, Bahasa Mandarin, Bahasa Hungaria dan Polandia masih jauh lebih rumit. Bahasa Prancis dengan pengucapannya, juga bisa terbilang susah. Masing-masing bahasa pasti punya keunikannya sendiri-sendiri. Percaya nggak percaya, 90% cara pengucapan alphabet dalam Bahasa Jerman dan Indonesia itu sama loh, mulai dari A B C D E F G H I
lalu J berbeda, orang Jerman membunyikannya ‘yot’. Makanya semua kata dengan huruf J, oleh orang Jerman dibaca ‘y’. Contohnya: Ja dibaca ya

K L M N O P Q R S T U
lalu V berbeda, orang Jerman membunyikannya ‘vau’ dan W, orang Jerman membunyikannya dengan lebih kuat, dengan tekanan udara dari dalam mulut saat membunyikannya. Seperti kita menyebut ‘wiwin’ dan membunyikannya ala Jerman jadi hampir mirip ‘vivin’.

X dibaca sama, lalu Y dibaca ‘upsylon’, dan Z dibaca ‘tz’, lalu tambahan huruf ‘ä’ dibaca ae, ‘ö’ dibaca oe, dan ‘ü’ dibaca ue serta huruf ‘ß’ yang berarti dobel s (ss)

9. Kota dengan Bahasa Jerman yang baik dan benar

Ternyata, nggak cuma di Indonesia orang-orang punya logat-logat bahasa berdasarkan suku-suku dan kota asal, di Jerman pun juga seperti itu. Menurut kalian, di kota mana di Indonesia yang orang-orangnya selalu bicara bahasa Indonesia dengan baik dan benar? Aku masih belum tahu :D. Ada beberapa orang bule yang mengaku bahwa belajar Bahasa Indonesia di Medan jauh lebih mudah karena orang-orangnya kalau ngomong keras, tegas, jelas, nggak seperti di Jawa yang pelan, lembut dan dialek bahasa Jawanya yang kental. Lalu orang Jakarta dengan logat Betawinya.

sumber: www.hannover.de

Di Jerman, ternyata ibu kota Niedersachsen, Hannover, adalah kota dengan penduduknya yang berbahasa Jerman dengan baik dan benar (Hochdeutsch baca: Hohdoitsch). Di Hamburg, meskipun ada dialek  (baca:platdoitsch)-nya, orang-orang juga berbahasa Jerman dengan baik dan benar ketimbang orang-orang di Bayern, Köln, atau Stuttgart (Baden Wuttemberg).

10. Buku cetakan pertama di dunia ditulis dalam bahasa Jerman

Gambar dari  Kevin Eng / Wikipedia

Buku Gutenberg Bible yang dicetak pada tahun 1454 merupakan buku cetakan pertama di dunia merupakan buku yang dicetak dalam bahasa Jerman oleh Gutenberg. Edisi aslinya sebelum tercetak adalah bahasa Latin, karena yang mencetak orang Jerman, tentu saja buku itu dicetakk dan diterjemahkan dalam bahasa Jerman 🙂 (sumber: wikipedia dan listen and learn)


Demikian sharing kita kali ini. Maaf lagi karena harus ngomongin keruwetan grammar padahal tadinya cuma mau ngupas dari segi unyu-unyu dan wow nya saja. Sampai jumpa lagi di artikel menarik lainnya.

Viele Grüße

Comments

  1. Saya taunya bahasa perancis yang pake ada kelompok feminim & maskulin. Eh ini malah bahasa jerman makin nambah repot pake ada kelompok netral. ampun deh mba wkwkwk

    Tapi saya suka postingan ini. Nggak nemu saya wawasan kayak gini waktu dulu sekolah hehehe

  2. Ya ampun, nomor 3 rempong banget ya Mbak.
    Tapi aku setuju kalo bahasa jerman mirip belanda (secara aku yg orang awam)
    Dan point 10 aku baru tahu juga buku cetakan pertama di dunia itu pake bhs jerman 🙂

  3. Kalau menurut ku disamping Jerman adalah satu satunya negara di Eropa yang diapit oleh banyak negara,Jerman juga pernah penjajah negara lain atau negara sekitarnya walau dulu masih gabung unisovet, kalau tidak salah ya ?
    Poin 8 terasa lebih menarik, ingat bahasa indonesia jaman jadul.

  4. Aku paham dengan apa yang ka Indra jelasin 🙂
    tapi gak ngerti T.T wkwkwkkwwk

    Aaaah!! Tapi tetap, Jerman masih masuk dalam list bahasa yang keren menurutku xD
    suwuka banget sm pronunciation nya! Kalo aku nyanyi Wir Leben den Moment nya Christina Sommer tuh, berasa kayak org kece sejagad raya xD

  5. Ah jadi ingat masa-masa belajar bahasa Jerman, dan lalu …. nyerah! Abis pusing sama grammarnya.
    Tapi menurutku memang harusnya kalau belajar bahasa Jerman itu langsung percakapan aja, grammarnya sambil jalan. Soalnya kalau belum apa-apa udah grammar, jadi kerasa susahnya.

    Dan aku pernah dengar katanya Jerman itu bahasa Eropa tersulit kedua setelah bahasa Rusia. Ternyata masih ada bahasa Polandia dan Hungaria yang lebih susah ya? Hahahaha …

    Anyway, salam kenal yaaa 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *