“Sadar tidak sadar running machine pertama yang menjadi titik awal perkembangan teknologi mobil di dunia tercipta karena Indonesia. Kok bisa?

Baru saja aku lihat berita di salah satu stasiun TV Jerman, ZDF yang menarik sekali tentang Indonesia. Bahwa pada tahun 1815, tahun dimana terjadinya ledakan gunung paling dahsyat sepanjang sejarah, di Sumbawa (Gunung Tambora) membawa dampak buruk sampai ke Eropa. Kabarnya, di tahun itu, langit Eropa tertutup kabut tebal dampak dari debu letusan gunung merapi sepanjang tahun lamanya. Tahun 1815 disebutkan sebagai tahun tanpa musim panas karena suhu turun, langit berkabut tebal sepanjang tahun.

Meskipun gagasan membuat sepeda itu sudah ada sejak abad ke 16, orang-orang masih saja menggunakan tenaga kuda kemana pun mereka pergi. Hingga bencana itu terjadi, manusia berpikir bahwa kuda membutuhkan makanan, sedangkan kabut volcano tersebut menyebabkan krisis pangan dan kerusakan tumbuhan yang membuat mereka (akhirnya) menciptakan sepeda untuk pertama kalinya.

Tercatat, Drais, pada tahun 1817 orang Jerman pertama yang menciptakan Laufmaschine (running machine), yang kemudian berkembang dan terus berkembang hingga sekarang. Penemuan yang dipatenkan sesuai dengan nama penemunya (Draisine) ini adalah penemuan teknologi mesin pengganti tenaga hewan pertama kali di dunia yang terus dikembangkan hingga sekarang adanya mobil, dsb. Dan semua itu tercipta karena sebuah bencana, di Indonesia.

Indonesia yang kena musibah, orang Jerman yang berinovasi. 😛

Aku berpikir kalau di Eropa saja bisa tertutup debu sepanjang tahun seperti itu, gimana dengan di Indonesia? Efek yang ditimbulkan bencana tersebut pastinya tak hanya ini saja, tapi banyak lagi yang lainnya.

Tuhan memang tidak menciptakan sebuah musibah kecuali membuat manusia berpikir dan menjadi lebih baik, bukan?”

Tulisan tersebut adalah postingan di facebookku yang mendapat berbagai macam tanggapan. Salah satunya dari kawanku yang pernah membaca buku tentang kejadian tersebut. Dia bilang, saat letusan gunung api itu, paling tidak 10.000 orang dinyatakan tewas, setahun setelahnya paling sedikit 80.000 orang meninggal akibat kelaparan dan krisis pangan di Indonesia.

Warga Indonesia, sampai saat ini, kalau mengalami musibah, lebih cenderung pasrah dan menerima kenyataan sambil mengait-ngaitkannya dengan tahayul. Meskipun terkadang ada kaitannya juga :D. Lain halnya dengan pola pikir orang barat, yang cenderung mengambil celah lalu merubah keadaan. Contohnya, ya dengan membuat inovasi sepeda itu dari bencana alam.

Sampai sekarang pun, Jerman masih menjadi industri unggulan di bidang inovasi mesin.

Baca juga: 16 merk mobil buatan Jerman

Viele Grüße

Comments

  1. Oh begitu sejarahnya sepeda. Iya juga, di Indonesia yang kena bencana. Tapi Jerman yang berinovasi.

    Semua bencana dan cobaan pasti ada hikmahnya. Tapi hikmahnya jauh, sampe di Jerman sana.

  2. wkwkwkwkwkwkkw iyoya orang indo kalo kenak musibah mendadak religius biasanya.

    wah gir aku baru tau kalo gegara tambora orang jerman inisiatif nemui running machine.
    aku tau peristiwa tambora dari temen aku yang suka mendaki. peristiwa ini tiap seabad sekali selalu diperingatin gitu naek gunung tambora rame-rame.

    gir, jaman 1800an kayaknya indo masih jaman kerajaan saling meggulingkan kekuasaan deh kayaknya ato masih nelangsa kan dijajah sama belanda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *