Lihat betapa tertibnya orang Jerman dalam menunggu antrian. Antri apa mereka ini sebenarnya?
Foto di atas aku ambil sebulan yang lalu saat cuaca mulai menghangat, saat aku ke Ratzeburg.
Baca juga: Ratzeburg, Biergarten di Sekitar Hamburg
Saat matahari bersinar, orang Jerman semangat sekali keluar rumah untuk sekedar jalan2, bersepeda, dan piknik atau mungkin barbeque di taman kota. Di taman kota, kita bisa bebas berpiknik bahkan ber-barbeque ria tanpa harus membayar dan dilarang oleh petugas satpol pp. Yang terpenting, setelah bakar-bakar dan piknik, semua sampah dibuang pada tempatnya, dan saat selesai, taman kembali bersih seperti sedia kala. Hebatnya, orang Jerman amat sangat sadar akan pentingnya menjaga kebersihan taman dan tidak meninggalkan jejak kotor setelah menggunakan fasilitas umum tersebut.
Baca juga: Bagaimana Cara Pemerintah Jerman Mengatasi Sampah Plastik
Tak hanya di taman, di kebun raya, pantai dan semua tempat umum non-buatan, alias berasal dari alam, kita tak harus membayar biaya masuk. Di taman bermain anak-anak pun yang banyak sekali tersebar di kota maupun desa, semuanya gratis, bisa dimanfaatkan oleh siapapun. Tentu saja, syarat utama: JAGA KEBERSIHAN!!
Bayangkan kalau di Indonesia, di kebun raya yang sudah disediakan tempat pembuangan sampah di mana saja, di pantai, di puncak gunung, perkemahan, masih saja oknum vandalisme yang tak bertanggung jawab, merusak alam, mengotori lingkungan, dan tak peduli akan sampah-sampah yang mereka buang. Jadi wajar dong kalau mereka membayar untuk biaya masuk, agar petugas bisa membersihkan ulah mereka yang seenaknya sendiri itu.
Kembali ke budaya antri orang Jerman. Ternyata gambar di atas adalah gambar antrian membeli es krim. Antriannya sangat panjang hingga hampir ke trotoar. Meskipun begitu, mereka rela menunggu tanpa desak2an ingin duluan, sambil nunggu, sambil menikmati hangatnya mentari
Bisa nggak orang Indonesia antri kayak gini? |
Padahal ini hanya di toko roti dan pastinya nggak pakai nomor antrian, tapi Orang Jerman, dengan tertibnya berdiri sampai sepanjang ini dan rela menunggu sampai satu persatu dilayani.
Jika kita lihat, toko roti itu luas, bisa saja orang datang dari kanan dan kiri untuk menyerobot.
Ini adalah contoh kecil budaya antri dan menghargai orang lain di Jerman. Orang Jerman sadar bahwa tak hanya mereka yang urusannya mendesak, orang lain pun punya urusan yang tak kalah penting, jadi mereka yang datang terakhir, ya harus rela menunggu dan antri, kalau ingin duluan, ya datang lebih dulu.
Sejak kecil, orang Jerman sudah dididik seperti ini agar mereka terbiasa hidup disiplin, jujur dan menghargai orang lain.
Hal lucu terjadi saat minggu lalu ke konser angklung di Hamburg. Saat break, kita dipersilakan untuk mencicipi kudapan nusantara. Jajanan itu disusun demikian rapi oleh panitia di meja yang panjangnya kurang lebih 2 meter.
Meja itu terletak di tengah-tengah hall, sehingga orang yang ingin mengambil kudapan bisa datang dari sebelah kanan dan kiri. Tapi, karena banyaknya orang Jerman dan orang Indonesia yang sudah terbiasa dengan budaya antri Jerman, semua orang berbaris rapi dari sebelah kanan untuk menunggu orang mengambil kudapan tersebut satu per satu.
Sang panitia (orang Indonesia) sampai berteriak-teriak, “Kalian bisa kok ngambil dari sebelah sini (kiri)”. Tapi orang-orang di sana tetap antri dan menunggu, dan tidak datang dari sebelah kiri atau pun menyerobot. Dengan tertib mereka menunggu hingga orang-orang di depannya selesai mengambil.
Aku sangat kagum dengan sikap mereka yang sangat menghargai keberadaan orang lain yang terlebih dahulu berada di sana. Di Indonesia, kalau berhasil menyerobot dan mengambil hak orang lain, orang akan bangga dan merasa, “Ini loh, gue, gue bisa duluan! Keren nggak gue?”. Parahnya, mereka mengajari anak-anak mereka untuk berbuat yang sama.
Menyerobot dan menginjak-injak hak orang lain adalah TIDAK KEREN! Sama sekali tidak. Itu sebabnya pejabat, kepala sekolah, guru, dan masih banyak sekali oknum yang korupsi dan tidak jujur. Coba saja kita lebih menerapkan budaya antri di Indonesia, karena dari budaya antri ini, kita bisa belajar banyak hal, beberapa di antaranya:
1. Jujur
Jujur bahwa kita memang datang belakangan, jadi kita tidak punya hak untuk menyerobot orang lain yang datang lebih awal, tidak menikung dan tidak membully orang lain yang sudah berusah payah antri di depan kita.
2. Sabar
Pejabat yang korupsi adalah mereka yang tidak sabar untuk menjadi kaya. Makanya mereka menyerobot hak orang lain dengan mencuri uang negara. Dengan membudayakan antri, kita dilatih untuk sabar. Sabar untuk menjadi kaya, sabar untuk sukses, tidak menikung, tidak mencuri, sabar dalam berbagai askpek.
3. Menghargai orang lain
Di mana nilai-nilai PPkn yang telah kita pelajari selama 12 tahun di sekolah, kalau kita masih juga tidak bisa antri dan hidup dengan menghargai hak orang lain. Orang Indonesia memang terlalu banyak teori, prakteknya NOL besar. Mulai sekarang, belajar antri, dan ajarilah anak kita untuk antri dan menghargai hak orang lain. Tak hanya kita yang punya banyak urusan, semua orang juga punya. Jadi, kalau kita tergesa-gesa, datanglah lebih awal, jangan menyerobot.
Memang terkadang menjengkelkan kalau kita sudah berusaha tertib dan antri, tapi ada orang lain yang menyerobot dan menginjak-injak hak kita. Mereka yang bisa diberitahu, beritahulah dengan baik-baik. Yang tidak bisa dinasehati, ya sudah tidak usah ikut-ikutan untuk seperti mereka, apalagi terpancing emosi. Belajar itu butuh proses.
Terutama terhadap anak. Latihlah anak-anak kita untuk hidup disiplin, membudidayakan antri dan menghargai hak orang lain. Sehingga aset masa depan itu bisa merubah bangsa ini menjadi bangsa yang tak egois, hanya mementingkan kehidupan pribadi, dan hanya belajar teori PPKn di sekolah, tapi juga benar-benar diterapkan di lingkungan masyarakat.
Semoga bahasan kita tentang budaya antri di Jerman ini sedikit memberi pencerahan dan pengetahuan terutama tentang Jerman.
Jangan lupa like facebook fanpage Denkspa untuk mengetahui info harian seputar Jerman, terutama Hamburg (tempat aku tinggal sekarang). Klik di sini untuk like facebook fanpage Denkspa. Vielen Dank (Banyak terima kasih)
Liebe Grüße
Mereka yang biasanya di negaranya ga pernah ngantri jadi terpaksa patuh deh pas di Jerman sini 😀 .
Aku jadi ingat waktu di Malang ada temen yang asli sana tapi malah seenaknya buang sampah sembarangan. Aku yang udah terbiasa tinggal di Balikpapan yang punya peraturan buang sampah sembarangan didenda 6jt langsung nyuruh temen mungut sampahnya lagi sampai ketemu tempat sampah.
Kagum sama orang Jerman yang sangat teratur dan bertanggung jawab ini ?
Aku merasa udah memenuhi kriteria sebagai orang Jerman nih :' /gayabangettt
Suka geram kalo lihat ada yang nyerobot sama buang sampah sembarangan. Langsung ku cap 'uneducated human being' ekekeke jahatnyaa~~~
Tapi ya gitu sih. Dari sisi moral bermasyarakat, agama, kupikir itu hal yang wajar dan gak memberatkan. Tapi tetap saja ada yang 'nyeleneh'.
Protes tempat wisata mahal…..tapi setelah dipikir", dengan karakter manusia Indonesia yg masih spt itu, jadi wajar deh ya.
3 point yang aku sepakat semua. Kalau semua sada diri gpp, kadang ada 1 2 orang yg nyerobot bikin kesal.
Jauh memang budaya antri Jerman dengan disini. Kadang kita udah tertib2 antri, eh ada yang tetiba nyerobot. Bikin kesel! Setuju banget Kak sama tiga poin yang didapat dari budaya antri. Kalau tertib kan juga lebih tenang dan lebih cepet selesainya.
antri ini mahal banget di Indonesia
harus dikasih nomor antrian baru bisa tertib
itupun kadang juga masih rusuh
asyik kalau lihat antri gitu, alon2 asal kelakon
antri, itu harus pakai nomor urut baru bisa rapi. reality negeri ku 🙁
Negara yang konon katanya negara kafir atau katanya tidak mengenal Tuhan, ternyata lebih bisa menjaga kebersihan. Tidak main serobot, bisa menghargai hak orang lain.
Hhahah iya mbak…jad kayak gitu 😀
Serius denda 6 juta??? wooow…harusnya orang Malang nih malu nggak bisa ngejaga lingkungan dengan baik
Iya, Zahra Jerman banget ih,,,gokil tapi tertib dan tegas 😀
Iya,,,padahal kita udah berusaha buat tertib ya mbak
Padahal seperti itu lebih enak, ya,,,tapi ahhhh ya sudahlah 😀
Wkkkkk…dikasih nomor antrian juga kadang nggak mau antri…wkkk
Iya…tapi semoga dari diri sendiri, kita udah bisa mulai menerapkan budaya antri
Iya,,,lebih tepatnya negara sekuler sih,,,soalnya banyak juga orang Jerman yang punya agama dan percaya pada Tuhan. Tapi mereka mengesampingkan landasan Ketuhanan dan tidak dicampur dengan urusan sehari-hari
nggak tau kenapa bisa sedemikian disiplinnya warga di Jerman mah ya, padahal yang namanya antri ya sama aja dengan caranya antri di Indonesia
Sepertinya sekarang sudah mulai antri di Indonesia, sejak ada smartphone. karena sambil nungu antrian, main hp.
Wkkkk…iya…setuju… semakin ke sini semakin tertib kok masyarakat Indonesia. 🙂