PLUS MINUS JADI FSJ/BFD di Jerman

Setiap pekerjaan pasti ada plus minusnya, sekalipun itu perusahaan yang kita kelola sendiri dan kita yang jadi bosnya. Demikian pula dalam memutuskan sesuatu. Kali ini, masih seputar ke Jerman. Banyak email masuk yang menanyakan perihal jadi au pair atau FSJ ke Jerman.

Sebelumnya, wacana tentang plus minus menjadi au pair sudah aku tulis: Plus Minus Jadi Au Pair di Jerman

Kalau saat ini kalian sedang galau, bimbang, ragu akan pilihan yang dihadapkan untuk berangkat ke Jerman, artikel ini akan sedikit membuka celah pencerahan yang semoga membantu memberi bayangan tentang FSJ/BFD dan suka dukanya, sehingga kalian bisa segera memutuskan dan segera pula berangkat ke Jerman!! 🙂

Mari kita mulai dari kelebihan program FSJ dan BFD di Jerman berdasarkan pengalaman pribadiku. Kalau kalian masih bertanya-tanya apa itu FSJ dan BFD, silakan simak dulu artikel: Seputar FSJ/BFD di Jerman

+ Bebas dan tak tergantung pada orang lain.
Orang lain di sini dalam artian keluarga (host family). Saat aku menjadi FSJ, aku bisa memutuskan untuk mengatur menu makanku (karena saat aku au pair, host familyku selalu memasak untukku), bisa mengatur jadwal liburku tanpa tergantung jadwal libur family (meskipun harus berdiskusi dengan rekan kerja jauh-jauh hari sebelumnya), dan juga bisa lebih bebas, pulang ga pulang ga sungkan pada host family.

+  Lebih mandiri
Menjadi FSJ artinya menjadi tenaga kerja fulltime (meskipun dengan gaji non-fulltime) yang bekerja langsung bersama orang-orang Jerman. Kita bekerja selayaknya orang Jerman dan punya hak mengatur waktu luang kita sesuka hati. Kalau misalnya saat jadi au pair, anak nangis di pagi hari, kita ikutan jagain (karena malas dengar tangisan, atau karena kasihan emaknya masih pulas tidur), nah kalau jadi FSJ, terserah apapun yang terjadi pada kerjaan kita, kalau sudah waktunya pulang ya pulang saja (kecuali kalau diminta secara resmi untuk lembur karena ada rekan yang sakit, itu pun kalau kita tidak bisa, akan bisa segera dimaklumi tanpa harus merasa sungkan karenanya)

+ My life is my rules!
Seperti di poin satu, karena kamu tinggal sendiri (di apartemen yang sudah disediakan sama pihak Träger atau nyewa sendiri), jadi kamu juga punya hak untuk ngatur apartemen kamu, ingin ngundang teman untuk makan-makan, dsb tak perlu minta ijin atau kompromi dengan orang lain (kecuali kalau kamu tinggal di WG> Wohngemeinschaft< di mana ada beberapa orang yang tinggal di satu apartemen juga)

+ Krank ist krank!!
Kalau kita sakit ringan saat jadi au pair dan host family tetep minta kita jagain anak, pasti kita pasrah saja karena tak enak juga itu tanggung jawab kita, apalagi kalau kita orangnya suka sungkan dan nggak enakan. Aku dulu juga begitu.
Tapi kalau saat FSJ, kalau kita sakit malah kita dilarang masuk dan di suruh istirahat saja di rumah dengan alasan: kita bisa menularkan penyakit ke rekan kerja dan orang yang kita rawat, selain itu mereka percaya kalau sakit dipaksakan kerja, malah merepotkan orang lain dan tidak lekas sembuh. Malah ada teman FSJ yang satu instansi di tempatku dulu yang ijin sakit sampai 2 bulan karena tangannya kesleo.

+ Bahasa Jerman Meningkat Pesat
Kuakui, dengan bekerja menjadi FSJ kemampuan Bahas Jermanku meningkat pesat karena kita kerja di lingkungan berbahasa Jerman, mereka ngobrol seputar kerja dan masalah-masalah serius soal politik, pekerjaan, keluarga (berbeda dengan saat au pair, kita ngobrol dengan bocah, mendengarkan mama papa mereka ngobrol kepada anak-anak, jadi bahasa yang kita tangkap ya itu-itu saja). Saat aku FSJ dulu, setiap seminggu sekali selalu ada meeting diantara rekan kerja untuk membahas perkembangan Tagestätte, meskipun aku jarang aktif berpartisipasi, aku hanya mendengarkan dan belajar bagaimana mereka mengolah kata-kata dan dari level A2 saat masuk jadi FSJ, selama setahun setengah, aku naik ke level B2. Temanku yang saat masuk sudah cas cis cus bahasa Jermannya, 6 bulan saja sudah naik ke level C1, terlebih pihak Träger mulai tahun 2016 mengupayakan les Bahasa Jerman gratis untuk para sukarelawan (FSJ)

Baca juga: Kabar Gembira Bagi Calon FSJ di Hamburg

+ Belajar Etos Kerja dan budaya orang Jerman
Menjadi FSJ bagiku seperti masuk ke universitas kehidupan yang membuatku belajar banyak hal tentang Jerman. Dengan bekerja dan mendengarkan orang-orang Jerman itu, aku jadi memahami ke-profesional-an orang Jerman dalam bekerja, bagaimana mereka di tempat kerja, bagaimana mereka bersikap kepada clien, menghadapi rekan kerja, menjaga amanat kas kantor, mengelola keuangan kantor, transparensi di lingkungan kerja, kejujuran dan keefektifan mereka dalam hal jam kerja, dan masih banyak hal lagi. Hal ini, tak bisa kita pelajari di lingkungan kuliah.

+ Tidak banyak ditekan sungkan
Orang Jerman sebenarnya cenderung kurang suka pada orang yang nggak enakan. Mereka maunya kalau kamu mau ini, ya bilang ini, jangan bilang itu. Sedangkan tipikal budaya Timur (orang Asia khususnya) adalah tipikal orang yang nggak enakan. Saat jadi au pair, kalau nggak enak, sungkan, dsb, kita suka mengalah, namun kalau saat FSJ, kita bisa berdiskusi dengan rekan kerja. Misalnya, kita ingin nonton konser di tanggal segini, tapi salah satu rekan kerja ingin ngambil libur ditanggal yang sama dengan urusan yang tak terlalu mendesak (contohnya karena jatah liburnya masih banyak), kita bisa diskusi dengan dia agar tukar shift, dsb. Namun kalau jadi au pair, jatah kerjanya jam segitu, kadang masih disuruh ini itu, bersih-bersih dsb, begitu ingin tukar hari libur, karena emaknya ngebet pengen manicure padicure, tetap aja kita disuruh jagain si anak. Jadi au pair lebih banyak tekanan, karena kita masih hidup di bawah tangan orang lain, sedangkan kalau jadi FSJ, kita sudah seperti hidup sendiri, mau apa-apa bebas.

Baca juga: Wawancara FSJ?

Nah, di atas adalah kelebihan-kelebihannya, berikut kekurangan program FSJ: (kasusnya kamu daftar dari Indonesia)

– MAHAL
Kamu harus berangkat dengan biaya sendiri, tiket pesawat, visa, dsb 100% harus ditanggung sendiri (belum lagi kalau kamu pakai agen). Saat aku jadi au pair, tiket berangkatnya ditanggung sama host family, jadi aku cuma ngurus tes bahasa dan visa saja. Poin ini jadi tak berlaku kalau kalian menemukan Träger atau arbeitsgeber yang mau menanggung tiket berangkat ke Jerman.

– Lebih susah dan makan waktu
Daftar FSJ dan BFD dari Indonesia itu menguras hati dan membutuhkan ekstra kesabaran. Salah satu email yang masuk padaku bilang bahwa sejak dia daftar FSJ 8 bulan yang lalu dengan mengirim ke beberapa Träger dari Indonesia, sampai hari ini belum satu kali pun dapat panggilan. Träger itu kan sebuah instansi yang tak hanya mencarikan tempat untukmu tapi juga tempat untuk ratusan atau bahkan ribuan pelamar lainnya, juga mengurusi seminar, dsb. Meskipun semua tak diurus oleh satu orang saja, namun mereka juga butuh waktu untuk menjawab lamaran yang masuk serta interview satu per satu, jadi ya harus sabar. 🙂

– Tak ada pilihan lain selain harus bagus bahasa Jermannya!
Meskipun syarat untuk daftar FSJ adalah lulus test dan mengantongi sertifikat A1, kita masih harus dihadapkan proses interview dan langsung kerja dengan orang Jerman. Saat aku pertama kali ke Jerman dulu, I had zero Deutsch ability! Lulus A1 di Goethe aja belajar cuma 3 minggu. Saat interview dengan host family dan ngomong sama mereka pun aku pakai bahasa Inggris, jadi untuk langsung terjun ke dunia FSJ, rasanya mustahil, karena aku harus diinterview oleh Träger dengan Bahasa Jerman, nulis motiv letter pakai Bahasa Jerman, dsb. Saat sudah masuk FSJ dulu, Bahasa Jermanku masih A2.2 dan terus terang kukatakan kepada kalian: Aku hampir putus asa karena sering melakukan kesalahan kalau disuruh ini dan itu.  Namun, bagi kalian yang sudah fasih bahasa Jermannya, aku rasa nggak jadi masalah.

– Lebih shocking!
Aku nggak bisa ngebayangin kalau aku ke Jerman langsung dengan program FSJ. Masalahnya, aku tak akan sanggup mengatur semuanya sendiri di saat aku juga butuh seseorang yang menuntunku hidup di dunia yang serba baru ini. Mulai dari cari teman, tempat tinggal, beli pulsa, belanja, memahami traffic dan rute jalan, mengajariku bersikap terhadap orang Jerman, dsb. Aku tetap bersyukur pernah Au Pair, setidaknya, saat pertama kali masuk Jerman, ada sambutan hangat seperti disambut keluarga, diberi akses dan perlindungan saat aku bingung dan bertanya-tanya, dsb.

– Lebih sulit memulai hidup
Kalau dibilang gaji FSJ lebih besar dari Au Pair, memang benar. Namun, dari gaji tersebut, kita juga harus membeli makan, bayangkan kalau kita tinggal di apartemen yang peralatannya kurang lengkap, kita harus beli ini itu sendiri yang semuanya serba tidak murah di Jerman (sekalipun banyak akses untuk memperoleh barang secara gratis, tapi tetap saja ada banyak yang harus dibeli sendiri). Dari gaji yang maksimum cuma 400 euro (tanpa uang sewa rumah, kalau pun plus sewa, maksimum 650> tergantung Träger dan arbeitsgeber), kita harus memilah-milah uang tersebut untuk makan, kebutuhan hidup, dsb. Jadi sangat sedikit sekali jatuhnya, sedangkan jadi au pair, kita bisa kompromi dengan host family kalau uang saku yang kita dapat terlalu sedikit. Contohnya, karena aku harus bayar tiket transportasi dengan uangku sendiri, aku dulu minta tambahan uang 15 euro kalau disuruh jaga anak pagi, atau 10 euro perjam kalau bersih-bersih rumah agar aku bisa nabung. Kadang 260 euro itu bersih, malah banyak au pair yang dapat 260, plus uang makan 100, uang pulsa 20, dan uang transportasi 50 euro perbulan. Nah, lo?

Gimana? Sudah dapat gambaran mau memilih program apa? Semoga, kalian tidak semakin bingung saja, karena setiap program selalu ada kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Mantapkan hati dan putuskan! Tentunya, resiko tanggung sendiri!

Semoga info seputar FSJ ini memberi pengetahuan bagi kalian semua. 🙂

Jangan lupa like facebook fanpage Denkspa untuk mengetahui info harian seputar Jerman, terutama Hamburg (tempat aku tinggal sekarang). Klik di sini untuk like facebook fanpage Denkspa. Vielen Dank (Banyak terima kasih)

Salam dari Hamburg

8 Comments

  1. Krank ist krank!!
    ini juga temenku jagain 3 anak, yg dua kembar, masih lumayan kecil pula, usia SD
    katanya sih agak repot banget
    apa ada batesan jamnya ya mbak masalah ini, ato memang tergantung gitu

  2. Kak aku mau tanya, aku mau berangkat kira kira seminggu sebelum fsj dimulai?
    Itu buat pengajuan visanya perlu kartu kredit juga nggak kak? soalnya penginapan aku sendiri belum di WG nya selama seminggu itu.
    Makasih

    • Assalamualaikum mbak,saya boleh minta email atau nomer WA untuk tanya2😊
      Terimakasih 😊😊

  3. Hai mbak, saya suka banget baca blognya mbak. Saya cerita pengalaman dikit, sehabis saya balik dari Jerman untuk tes TELC A2 dengan nilai yg bagus, saya balik ke Indonesia, langsung apply FSJ yang kemarin cuma butuh 2 minggu mencari Träger 😊 dari 9 Träger yg saya apply, ada 3 yang ajak interview Skype!! Wow, Saya kira bakal butuh butuh waktu yang lama mengingat sy apply nya dari Indonesia apalagi saya hanya mencari Träger yang berlokasi di Stuttgart dan sy mendapatkan kesempatan itu di instansi besar seperti AWO, EOS, dan edducare Stuttgart. Di AWO saya melemar FSJ di bidang penjaga org tua tapi sy tidak difasilitasi tempat tinggal, di EOS dan edducare sy melamar sebagai penjaga anak2 dan sy difisilitasi tempat tinggal.
    Ketika interview masing2 perusahaan tersebut punya cara yang berbeda, ada yang membolehkan saya berbicara bahasa inggris, sehabis interview ketiga perusaan tersebut, sy ditawari work contract, ketiga Träger tersebut tidak tahu bahwa saya harus memilih salah satu dari instansi tersebut, lalu saya menempatkan piliham saya pada AWO, bekerja sebagai penjaga orang tua karna upah yg ditawarkan lebih banyak €450 termasuk asuransi dan tiket bus, lagian sy tak butuh tempat tinggal karena sy sudah difasilitasi akomodasi oleh pasangan sy yg jg org jerman.
    Itu plusnya, minusnnya sy harus membayar tiket pergi sy sendiri ke Jerman, dan work contract sy yg sudah dibuatkan oleh Träger masih harus diproses di Ministerium zur Genehmigun yang cukup memakan waktu bulanan tergantung dari jadwal kesibukan Ministerium.

    • Waaahhhhm terima kasih banyak sudah mau share pengalamannya,,,, kalau mau boleh di share dan ditulis di blog ini biar bermanfaat buat sesama

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


x

Related Posts

Panduan Menulis Motlet dan CV untuk Apply Visa FSJ/BFD ke Jerman
Program FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) dan BFD (Bundesfreiwilligendienst) di Jerman adalah bentuk layanan sukarela di Jerman yang ditujukan unt...
Info Lengkap Tentang Oportunity Card atau Chancekarte ke Jerman
Kesempatan terbaru untuk tinggal dan bekerja di Jerman melalui Opportunity Card atau Chancenkarte merupakan bagian dari upaya Jerman untuk menari...
Contoh Motivation Letter Yang SUKSES Apply Visa Au Pair di Kedubes Jerman
Tentang panduan membuat motivation letter dan CV sebagai syarat mengajukan Visa di kedubes Jerman, silakan dibaca dulu di artikel ini: Panduan Me...
powered by RelatedPosts
Ada yang ingin ditanyakan?