Lagi-lagi bicara soal sampah. Beberapa artikel juga membahas banyak hal tentang sampah. Sampah memang menjadi salah satu tolak ukur perbedaaan antara negara kita dengan Jerman. Sampai saat ini, pemerintah Indonesia sedang berupaya mengatasi dan memperbaiki alur sampah-sampah yang beredar. Seperti di Surabaya, terdapat tempat penyortir sampah di mana, tiap harinya, sebanyak lebih kurang 3 ton sampah dikelompokkan berdasarkan jenisnya, kemudian dari sana sampah-sampah tersebut dialokasikan dan dimanfaatkan kembali atau dimusnahkan. Upaya yang cukup mengagumkan.

Sebenarnya mengenai sampah serta akibat yang ditimbulkannya, kita tidak bisa serta merta menyalahkan lalu memaksa pemerintah untuk terus-terusan menanggulangi. Upaya yang paling tepat seharusnya adalah sosialisasi masyarakat, menyadarkan mereka akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, mungkin penting juga sedikit ribet mengelompokkan jenis-jenis sampah seperti yang dilakukan orang-orang di Jerman.

Baca juga 10 Jenis pengelompokan sampah di Jerman

Kali ini kita akan membahas soal sampah plastik. Kita sendiri tahu bahwa sampah plastik, stereo foam merupakan jenis sampah yang paling sulit didaur ulang. Membutuhkan waktu sedikitnya 200 tahun bagi sampah plastik untuk terurai. Itu sebabnya, kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi konsumsi sampah plastik ini harusnya lebih ditingkatkan.

Lalu, bagaimana cara pemerintah Jerman menanggulangi sampah plastik ini?

1. Pfand

Botol plastik yang beredar di masyarakat,  sebagian besar adalah botol pfand (baca: pfan). Kalau kita membeli air minum kemasan di botol yang ada logo seperti ini, itu tandanya botol tersebut kalau sudah kosong bisa ditukar dengan uang, jumlahnya nggak besar, yakni 25 sen saja.

logo pfand

Kalau logo ini dirobek, atau botolnya penyok, mesin tidak bisa mendeteksi dan tidak bisa ditukar dengan 25 sen.

Bagaimana menukarnya? Di discounter-discounter terdekat, semacam Penny, Rewe, Aldi, Lidl, semua menyediakan leergutautomat (baca:lergutautomat), dimana kita bisa memasukkan botol-botol kosong tersebut ke dalam mesin, lalu mesin akan memproses secara otomatis berapa jumlah botol yang kita masukkan, dan memberikan kuitansi berupa bon atau voucher yang bisa kita tukar dengan uang atau barang belanjaan di discounter tempat kita menukar botol. Oh ya, kalau ada yang belum tahu apa itu discounter, discounter adalah tempat belanja kebutuhan sehari-hari, lebih kecil dari supermarket, tapi lebih besar dari alfamart dan indomaret, di Jerman, jarang ada pasar tradisional, kalau pun ada, itu pun musiman, kadang minggu saja, atau hari-hari tertentu. Orang-orang kalau belanja ya di discounter-discounter ini.

Ada cerita lucu dari seorang Couchsurfer di Jerman yang pernah menerima couchsurfer berasal dari Asia, kalau nggak salah Vietnam atau Kambodja (aku lupa). Semalaman suntuk mereka berpesta minum-minuman di rumah orang Jerman tersebut. Ada sekitar 60 botol plastik yang berserakan di apartemen. Saat orang masih tidur, 2 orang dari Asia tersebut berinisiatif membereskan apartemen yang dipenuhi botol-botol plastik itu. Mereka tidak tahu, kalau botol itu adalah botol pfand yang bisa ditukar dengan uang kalau kondisinya masih utuh. Dua orang Asia tersebut meremas-remas semua botol plastik dan menumpuknya jadi satu sehingga mudah dibuang, pikir mereka. Ada puluhan botol plastik yang mereka bereskan. Apartemen pun dibersihkan rapi.

Setelah orang Jerman bangun, dia berterima kasih karena sudah membereskan ruangan, lalu bertanya kepada 2 orang Asia itu, “Kemarin kayaknya banyak botol-botol yang berserakan, kalian taruh mana?”

“Oh, jangan khawatir, kami sudah melipat-lipatnya, kamu tinggal membuangnya!” jawab salah satu orang dari mereka.

“Aaacccchhh…apaaaaa???”

Orang Jerman itu sangat terkejut tapi juga tidak bisa marah karena kedua orang Asia tersebut tidak tahu dan sebenarnya mereka bermaksud baik. Akhirnya dia menjelaskan bahwa puluhan botol plastik itu tidak untuk dibuang, tapi untuk ditukar. Yang membuang, nanti ya petugas di discounter itu. Bayangkan kalau ada 60 botol plastik saat itu, paling tidak, orang Jerman itu kehilangan 15 euro. Lumayan sekali.

Botol plastik harganya lebih mahal kalau ditukar, yakni sebesar 25 sen, sedangkan botol kaca cuma 10 sen. Banyak orang yang masih tidak tahu hal ini, sehingga turis yang datang ke Jerman, sering membuang botol-botol minum mereka setelah kosong. Sehingga banyak orang, yang mungkin tidak punya pekerjaan, atau berpenghasilan kecil, menjadi pemulung botol plastik ini. Kalau kalian di Jerman melihat orang mengais sampah, mereka bukan mencari makanan, tapi mencari botol plastik untuk ditukarkan dengan uang.

Cara ini tentu saja mengurangi penyebaran botol-botol plastik di muka umum. Karena begitu melihat botol plastik, pasti orang berpikir, “Wah 25 sen tuh!” hahaha. Yang akhirnya banyak orang yang mengumpulkannya di discounter, dan dari discounter itu, dikumpulkan lagi ke industri daur ulang plastik.

Ini tempat orang meukar botol, petugas discounter yang membereskan dan mengirim botol-botol itu ke pusat

Caranya sangat mudah, tinggal masukkan botol dilubang bulat atas, lalu mesin akan secara otomatis men-scan botol

2. Kantong Plastik itu bayar!

Di Jerman, kalau beli sesuatu, atau belanja di supermarket, discounter, minimarket, jangan harap kita bisa dapat kantong belanja atau kantong plastik secara cuma-cuma! Kantong plastik itu kita harus beli sendiri, yakni sebesar 5 sen sampai 1 euro tergantung ukurannya. Dengan mewajibkan pembeli untuk membayar kantong plastik seperti ini, otomatis orang-orang akan berpikir, “Wah, malas ah beli lagi, bawa kantong belanja saja dari rumah”. Kita hendaknya bawa kantong plastik atau kantong belanja dari rumah sebelum berangkat belanja, selain menghemat uang, juga sayang lingkungan.

ini tempat kantong-kantong belanja yang bisa kita beli, letaknya biasanya di bawah meja jalan di dekat kasir

Lagi-lagi ada cerita yang aku alami saat belanja di sebuah discounter di Jerman. Pemuda Jerman di depanku saat itu berdebat dengan sengit dengan kasir. Kasir tersebut terlihat dari logat dan penampilannya, seperti orang Cina, pokoknya orang Asia. Wanita Asia tersebut menawarkan kantong plastik kepada pemuda Jerman karena pemuda tersebut terlihat kualahan membawa barang belanjaannya yang lumayan banyak. Pemuda itu dengan keras menolak, tapi sang kasir masih memaksa. Mereka sampai bertengkar, sang pemuda bilang, “Buat apa plastik itu kalau pada akhirnya akan jadi sampah dan harus saya buang? Kalau saya bilang tidak usah berarti saya mampu membawanya dengan tangan! Saya kan bilang tidak usah! Anda mengerti atau tidak?”

Mungkin maksud wanita Asia tersebut baik, ingin membantu. Tapi orang Jerman kalau bilang tidak, ya sudah biarkan saja. Orang Jerman kan tidak suka diatur dan dipaksa. Akhirnya sang kasir menggerutu sendiri, malah aku yang kena omelannya, mungkin pikirnya karena aku sama-sama orang Asia, mungkin aku ngerti yang dia omongin. Padahal nggak. 😀

3. Kesadaran Masyarakat

Hal ini yang terus-terusan aku tekankan kepada orang Indonesia akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya dan menanamkan rasa cinta pada lingkungan. Kurangi sampah plastik, cintai lingkungan, ayo berupaya bersama demi terciptanya lingkungan yang sehat untuk kita semua. Jangan jadi orang egois yang memikirkan diri sendiri. Pikirkan juga kemaslahatan bersama.

Demikian sharing kita kali ini, semoga sedikit memberi inspirasi….

Baca juga: 10 hal mengejutkan tentang lingkungan saat pertama datang di Jerman

Viele Grüße

Comments

  1. wah kalau dihargai 25 sen, saya mah juga mau iseng2 ngumpulin botol bekas 😀
    kalau tiap hari dpt beberapa biji kan lumayan ituh buat jajan, hehe

    pantes aja negaranya jd bersih, jadi begini toh sistemnya di Jerman. Semoga Indonesia juga kelak mendapatkan solusi untuk menyelesaikan masalah sammpah 🙂

  2. Sebenarnya sih kesadaran masyarakat yang menjadi penentu, masyarakat sangat dimanjakan dengn kemasan kemasan simple yg memiliki banyak kegunaan contohnya plastik plastik belanja, dan juga perusahaan dan pengusaha seakan terjerat dengan sistem ini..

  3. Pertama kali tahu sistem ini dari salah seorang youtuber yg tinggal di Belanda. Sptnya memang negara" di Eropa sdh menerapkan sistem ini ya?

    Bagus sekali~ bisa jadi bahan edukasi yg menyenangkan utk anak". Seandainya saja ada di Indonesia : / (MRT Jakarta aja gak jadi" -_-)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *