Beberapa tahun lalu aku pernah cerita bahwa di tengah-tengah pesta ulang tahun seorang teman, aku bermain kempyeng (tutup botol). Saat itu aku memang sedang bingung dan kesepian di antara orang-orang Jerman. Tak kusangka, ada beberapa orang yang melihatku bermain, ikut mencoba yang kemudian diikuti hampir kedua puluh orang Jerman, orang Texas, Meksiko, dan orang Inggris yang ada di pesta itu. Semua berusaha keras membolak balik tutup botol itu dari telapak tangan ke telungkup tangan mereka dengan cara yang ku ajarkan. Hingga beberapa hari kemudian aku betemu lagi dengan salah seorang dari mereka, yang minta ajarin main kempyeng itu lagi. Aku yang sejak kecil sudah biasa main ini, tentu saja tidak menyangka bahwa permainan tradisional Jawa ini menarik perhatian para bule, lebih mengherankan menyadari bahwa ternyata bermain kempyeng tak semudah yang aku bayangkan. Seorang gadis Jerman yang aku temui lagi kala itu menuturkan bahwa dia berlatih selama 3 hari setelah pulang dari pesta itu untuk bisa membolak balikkan tutup botol seperti yang aku ajarkan. Di pesta tersebut, aku yang awalnya bete karena nggak ada teman ngobrol jadi pusat perhatian karena semua datang kepadaku minta ajarin main kempyeng.

Saat kerinduan kepada kampung halaman dan masa kecil melanda, aku sering bermain permainan ini. Karena sekarang teman terdekatku adalah Tobi (pacarku), dia yang selalu ikut bermain dan mengumpulkan poin sampai 100 lalu gang aspel. Bersama Amaliya aku pun pernah dikalahkan saat bermain kempyeng.

Suatu kali saat teman Tobi datang berkunjung, kami main kempyeng bertiga. Mereka terlihat antusias sekali ingin bisa. Tobi sendiri sekarang sudah mahir melentik lentikkan jempol dan telunjuknya untuk bermain kempyeng. Harus aku akui, orang Jerman cukup bersungguh-sungguh juga dalam belajar sesuatu meskipun permainan ini kelihatan sepele. Dia sempat menang dengan skor tipis 102-97 minggu lalu melawanku. 


Foto di atas adalah kiriman dari Tobi yang saat ini sedang pulang kampung untuk mengunjungi teman geng SMA nya. Tak kusangka Tobi mengajari mereka maen kempyeng juga. Wkkkkkk

Aku trenyuh sekali saat dia bercerita saat tangan temannya sampai terluka karena saat berusaha menangkap kempyeng, dia menggenggamnya terlalu kuat.

Lalu bagaimana dengan anak-anak Indonesia, terutama anak Jawa sekarang ini? masihkah mereka menikmati masa kecilnya seperti diriku menikmati masa kecilku bermain kempyeng, bekel, loncat tali, dsb?

You have no idea banyak sekali orang asing yang justru tertarik dengan keunikan budaya Indonesia, kalau kalian mencoba membuka mata dan pikiran, lalu mencari tahu, banyak sekali video yang mempertontonkan para bule belajar wayang, gamelan, alat musik tradisional. Di Hamburg sendiri, grup gamelan terdiri dari orang dari berbagai manca negara (Indonesia, Jepang, Jerman, Swiss, Australia).

Lha kok, di Jawa, wayang malah dicekal nggak boleh dimainkan?. Merenunglah, banyak sekali kawan-kawan kalian yang berada di luar negeri mati-matian mempopulerkan budaya nasional kita, yang di Indonesia kok malah seperti ini? Kalau sudah diklaim sama tetangga, baru teriak-teriak…. Indonesia…oh….Indonesia….
 Viele Grüße

Comments

  1. Indonesia, oh, Indonesia…
    Beberapa kali dengar cerita temen yang di laur negeri juga demikian, bahkan ada dimana hari di adakannya permainan atau pertunjukan asli daerah gitu. Seru ya, dimanapun tempatnya bisa melestarikan permainan tradisional..

    Tidak cuma asik memainkannya, tapi aku sendiri suka terbawa ke bebrapa tahun dulu, teringat ketika kecil suka mainan ini dan ini 🙂

  2. Oohhh…..!! Jadi si Tobi ini pacarnya tah?? *eh salah fokus.

    Iya. Di tempatku itu pake batu bukan tutup botol. Terus namanya gateng.

    Sampai sekarang aku masih sering main mainan tradisional sama ponakan, biar gak main gadget terus dan biar ada yang mewarisi sih 🙂

  3. Serius wayang dicekal gir? Aku gapernah tau soale dsni di Bali kayaknya biasa biasa aja ga ada heboh apa apa soal wayang. Cuma emang dsni ketika adaupacara agama emang jarang wayang yang sering biasa tari topeng gitu. Seruu

  4. Bule suka sesuatu yang eksotis sepertinya Kak 😀 yang klenik2 juga suka kata traveler Indonesia yang keliling dunia. Mungkin Kak Girin bisa juga ngajari permainan tradisional Jawa yang lain, seperti jentik an misalnya 😀

  5. mainnya pake dua tongkat kecil dari kayu, yang satu panjang dan satunya lagi pendek. trus pake dua bongkahan batu bata juga yang ditata sejajar dan diberi jarak buat penyangga tongkat yang pendek. tongkat yang panjang dipake buat nyutil(?) tongkat yang pendek… nama lainnya sutilan Kak hahaha aku baru ingat 😀 pemainnya bisa dua orang atau lebih. yang satu nyutil, yang lainnya jaga dan kalau bisa nangkap tongkat kecil yang melayang di udara karena disutil itu tadi. kalau ada yang menangkap atau si penyutil gagal nyutil, ganti giliran. hmm kok ribet ya kalau dipikir… cocok dimainkan di luar rumah sih emang dan ribet juga persiapannya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *