Saat baru sebulan menginjakkan kaki di Jerman, aku mulai bersekolah bahasa. Di dekat tempat kursus bahasa Jerman tersebut terdapat sebuah restoran India. Berkali-kali melewati resto itu, rasanya tergoda untuk sekali-kali mencicipi cita rasa masakan India, terlebih aku adalah penggemar Boolywood yang amat setia. Akhirnya, suatu siang sepulang dari kursus, kusempatkan mampir ke restoran india yang terletak tak jauh dari Tor (gerbang)nya Sendlinger Tor, München tersebut.

Aku dipersilahkan duduk dengan ramah, dilayani dengan penuh suka cita. Rasanya seperti ratu saat itu. Aku pun puas. Tak hanya pelayanannya, tapi cita rasanya pun luar biasa, pedas, wangi, dan sangat menggugah selera. Aku pun memutuskan untuk ke sana lagi seminggu setelahnya, pokoknya jam makan siangku kuhabiskan di sana.

Kunjungan kedua kurasakan begitu berbeda. Aku dilayani pelayan yang sama, tapi dia terkesan agak judes kepadaku. Meskipun senyumku masih tersungging seperti minggu sebelumnya, tapi dia agak acuh kepadaku. Saat membayar pun, aku merasa sangat dicuekin, malah aku agak kesal, dan akhirnya membayar langsung di kasir (minggu sebelumnya, pelayan memberikanku bon di meja).

Kuceritakan hal ini kepada host family dan pertanyaan mereka nomor satu: KAMU BERI TIPS BERAPA SAAT PERTAMA KALI KE SANA?

Aku pun melongo dan bingung. Aku yang polos dan memang koplo ini kemudian memutar otak dan mengingat-ingat. Jangankan memberi tips, apa itu tips saja aku tak tahu. Akhirnya kubilang sejujurnya kalau aku tak tahu apa itu tips dan bagaimana memberikannya. Host motherku pun tergelak. Akhirnya aku pun penasaran seberapa pentingkah memberikan tips saat makan di sebuah restoran di Jerman.

Setelah tinggal beberapa bulan di Jerman, aku bertemu pacar pertamaku, sebut saja namanya John. Dia suka sekali makan di restoran. Bahkan, kami berkenalan saat kami berdua berada di sebuah restoran klasik paling terkenal di München, Münchner Hofbräuhaus. Darinya pun, aku belajar bagaimana orang Jerman memberikan tips saat makan di restoran.

Bagi teman-teman yang sedang jalan-jalan di Jerman, tak ada salahnya membaca artikel ini hingga tuntas agar tak mengalami kejadian yang sama denganku.

Baca juga: Makan di Restoran ala Jerman? 10 Hal ini Wajib diperhatikan!!

Tak semua negara di Eropa memberlakukan budaya pemberian tips kepada pelayan restoran. Contohnya di Italia, kita tak harus memberikan tips, TAPI, tips tersebut sudah termasuk di dalam bill. Jadi, saat membayar, jumlah yang tertera di bill sudah termasuk Coperto (uang sendok garpu).

Baca juga: Verona, Italia: Review Restoran Restorante Olivo

Di Jerman, tips yang diberikan kepada pelayan disebut trinkgeld. Kalau diterjemahkan, trinkgeld artinya uang minum. Di Indonesia, terutama di Batu, setahuku, kita tak harus memberikan tips kepada pelayan, aku kurang tahu bagaimana di kota lain? Mungkin kalian bisa memberi tahu bagaimana budaya makan di restoran di kota kalian pada kolom komentar.

Mengapa kita harus memberikan trinkgeld?

1. Gaji pelayan itu sedikit

Meskipun ada beberapa sumber yang menampik hal ini, tapi banyak sumber lain yang mengatakan bahwa gaji pelayan restoran di Jerman itu memang disetting pas-pasan. UMR di Jerman adalah 8,5 euro per jam. Jika bersih-bersih rumah dibayar 12-15 euro/jam, babysitting 10 euro/jam, di panti jompo 10,50-11,40/jam euro, nyortir surat di kantor pos 10,50-14 euro/jam, maka di restoran gaji memang nge press 8,5 euro per jam, belum lagi kalau mereka bekerja di bawah tangan, alias ilegal, gaji cuma 5-7 euro saja per jam.

Dengan demikian, para pelayan bisa hidup dari trinkgeld tersebut. Host motherku pernah bekerja sebagai pelayan restoran di sebuah hotel, dia pun menuturkan hal yang sama padaku, bahwa kerja sebagai pelayan itu beratnya minta ampun, ke sana kemari, senyum sana sini, tapi upahnya mini.

2. Jumlah tips menentukan kualitas pelayanan

Pelayan restoran di Jerman biasanya luar biasa ramah, dikit-dikit datang ke meja makan menanyakan apakah kita butuh sesuatu, apakah makanannya enak, apa ada keluhan, mau pesan lagi, dsb. Meski kadang kurasa cukup berlebihan, tapi rasional juga, karena mereka mengharapkan tips dari senyum sapa dan ramah tamah (ingat! orang Jerman itu aslinya kaku :P).

Pemberian tips menentukan kualitas pelayanan mereka. Kalau kita memberikan tipsnya sedikit, tandanya kita kurang puas dengan pelayanan atau makanannya, bisa jadi kita dianggap tidak menghargai keramahan mereka atau mungkin kita marah kalau sama sekali tidak memberikan tips. Tapi kalau terlihat baik-baik saja, kok tidak memberikan tips, kita dianggap kurang sopan dan kurang tahu diri. Seperti diriku di resto India waktu itu. 😀

3. Budaya

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung bukan? Di mana pun kita berada, tak ada salahnya turut menghargai budaya di tempat tersebut, selama itu baik, agar kita tidak dianggap kurang ajar.

Lalu berapa tips yang harus kita berikan?

Paling normal adalah 10% dari jumlah total bill. Kadang aku harus secepat kilat menghitung dan membulatkan nominal bill yang diberikan agar aku tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak memberikan tips. Contohnya, kalau billnya 22,5 euro, aku akan bayar 25 euro, sekalipun billnya 23 euro, aku malas nambahin, akan aku bulatin saja 25 euro.

Menurut penuturan beberapa teman yang pernah kerja sebagai pelayan di restoran Indonesia (Resto Jawa di Hamburg), orang Asia biasanya pelit memberi tips, beda sama orang Jerman, mereka memberi tips tak tanggung tanggung. Makan cuma habis 20 euro, beri tipsnya 10 euro. Ya elah, dermawan banget ya :D.

Nah, bagaimana? Sudah siap ke Jerman? Sudah siap berkuliner di Jerman? Jangan lupa siapkan trinkgeld kalau mampir ke restorannya ya!

Semoga tips ini memberikan informasi seputar Jerman. Jangan lupa like facebook fanpage Denkspa untuk mengetahui info harian seputar Jerman, terutama Hamburg (tempat aku tinggal sekarang). Klik di sini untuk like facebook fanpage Denkspa. Vielen Dank (Banyak terima kasih)

Liebe Grüße

Comments

  1. Mungkin karena gajinya orang Jerman juga tinggi" yak? Wkwkwkw gatau lagi deh xD
    tapi tuh kaaaak. Aku pribadi malah gak suka terlalu di layani gitu, risih. Gimana ya.
    Kalau di Jerman emang suka di layani gitu ya?

  2. Mbaak Indraaaa, lamaa banget aku gak main kesini. . Rindu banget :')

    Makasih mbak sharingnyaa, sedikit ya gajinya dibandingkan pekerjaan lain yang kesannya lebih santai daripada pelayan 😀 Pantesan ya mbak waktu itu dijudesin, mereka kesel mungkin :" hehehe untung segera tau mbak ya 😀 Nice sharing mbaaak, .

  3. Gajinya orang Jerman memang terbilang tinggi, aku juga sih,,, mending kalau pas makan dicuekin aja,,,aku pernah, pas nyantap makanan, si waitress nya datang dan tanya, "Alles in Ordnung?" trus aku malah kesedak 😀

  4. Klo makanannya ga terlalu enak, pernah loh suamiku ga mau kasih tips haha. Waktu kita pindahan rumah kan sewa jasa pindahan nah tuh suamiku kaish tips yg buatku ko gede bangett, dikasih buat 3 org pula. Alasannya sih spt yg Girindra bilang gaji pekerja kasar/pelayan tuh sedikit, dulu banget suamiku pernah ngerasain kerja di jasa pindahan katanya berat kerjanya turun berat badan banyak banget doi sangking capenya.

  5. Iya mbak,,kalau jasa pindah rumah emang berat banget,,apa lagi pindahan di Jerman tuh suka tak ada tetangga yang ngebantuin,,,teman juga harus menyesuaikan jadwal… jadi jasa mereka benar-benar harus dihargai 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *