Bulan lalu, seorang teman cewe Jerman yang sudah pernah tinggal di Indonesia selama satu tahun dan bisa berbahasa Indonesia dengan sangat lancar mengatakan padaku: kenapa sih orang di Indonesia gampang sekali mengucapkan aku cinta kamu?mereka selalu saja menjudge budaya kami (budaya barat) adalah budaya yang serba tergesa-gesa, having sex sebelum menikah, tapi mereka sendiri juga sangat tergesa-gesa mengucapkan cinta, yang menurut kami suatu hal yang sangat sakral diucapkan.
Hmm,,aku terdesak untuk menjawab pertanyaannya dan memutar otak. Kemudian jawabku: bagi kami, itu adalah ungkapan kasih,mungkin dalam budaya kalian, sayang, cinta, kasih harus dibeda-bedakan dan diucapkan secara berbeda seperti kalian merinci setiap benda berdasarkan jenis kelaminnya, tapi bagi kami, tidak serumit itu. Bagi orang yang sedang mabuk kasmaran, mudah bagi mereka mengucapkan cinta.
Jawabnya: yaaa,,makanya cinta pertama ku jatuh pada cowo Indonesia dulu saat aku tinggal di sana karena dia romantis sekali, selalu bilang cinta tiap hari, nggak kayak pacarku sekarang (orang Jerman), baru bilang cinta setelah kami menjalin hubungan 2 tahun lamanya. LOL,,gitu tadi protes 😀
Sedikit tercengang dengan pernyataannya tentang cinta, aku kembali berpikir saat pertama kali pacar nembak aku. Dia juga nggak bilang cinta, dia bilang ‘Aku jatuh cinta padamu, aku sangat menyukaimu’ . Aku pernah sekali bertanya padanya tentang cinta dari sudut pandangnya, yang mungkin akan bisa di generalisasikan sebagai pandangan orang Jerman meski nggak semua orang Jerman punya pola pikir yang sama.
Dia menjelaskan: cewe Jerman akan merasa sangat lucu kalau dia ditembak dengan pernyataan aku mencintaimu. Bagi orang Jerman, pernyataan itu merupakan pernyataan komitmen dan bukan main-main. Biasanya orang Jerman akan mengucapkan ‘ich bin verliebt in dich’ yang artinya aku jatuh cinta padamu. Pernyataan ini merupakan gejolak awal tanda-tanda cinta atau bahasa lainnya kasmaran. Perasaan yang indah dimana segala sesuatu tentang orang tersebut hanya keindahannya yang nampak. Mungkin mereka terkesan karena kecantikannya atau kebaikannya, lalu jatuh cinta. Saat menjalani hubungan setelah fase jatuh cinta tersebut, banyak pasangan yang tidak menemukan kecocokan, sehingga mereka hanya mengalami fase jatuh cinta namun tidak sampai pada fase cinta itu sendiri. Tak sedikit pula yang menyatakan ‘ich liebe dich’ setelah mereka mengenal satu sama lain lebih dekat dan merasa cocok. Ada juga satu pihak merasa cinta namun yang lain belum, maka pihak pencinta itu juga tak akan mempertanyakan mengapa mereka tak membalas pernyataan ‘ich liebe dich’ itu dengan ‘ich liebe dich auch’ karena perasaan cinta itu muncul secara alami, tanpa ada paksaan, dan melalui proses yang tak sebentar. Saat kita tahu kalau pacar kita suka kentut, suka ngupil, boros, malas, nggak pernah mandi, di balik segala kecantikannya ternyata dia punya kutu, panu, kadas kurap kutu air, tapi kita tetap merasa dia lah belahan jiwa, itu namanya cinta. Aku kadang suka heran kalau ada orang yang baru kenal bisa langsung nikah dan bilang cinta, mereka kan masih kasmaran, belum tahu kalau pas tidur ngoroknya sampe kedengaran tetangga. Di Eropa, kami nggak akan nikah secepat itu, sebelum benar-benar yakin bahwa bersama satu orang itu lah kami menghabiskan sisa hidup. Kalau pengucapan cinta aja bisa sesakral itu, apa lagi menikah, bukan hal yang main-main.
Lalu aku bertanya padanya: kamu pernah nggak mengalami perasaan cinta itu setelah fase jatuh cinta?
Jawabnya: pasti, tapi terlambat, setelah mantanku meninggalkanku. Ja, saat itu aku baru sadar kalau aku benar-benar mencintainya, bukan hanya sekedar jatuh cinta, tapi aku membutuhkannya, aku menginginkannya kembali tapi semua terlambat. Parahnya selama menjalin hubungan, aku tak pernah menyatakan bahwa aku mencintainya, namun setelah dia pergi dan aku menyatakannya, dia tak mau kembali lagi padaku. Memang kebanyakan seperti itu, saat dia ada, kita nggak merasa kehadirannya, namun saat dia pergi, kita sadar perasaan cinta yang sesungguhnya.
Nggak cuma karena alasan itu aku menganggap pacar yang umurnya setahun lebih muda dariku itu, sangat dewasa. Dia sangat teoritis, kritis dan pintar, namun juga toleran. Dia pernah bilang: saat di Indonesia, puuuh di bis semalam suntuk, diputar musik tentang cinta mulu sama pak supir, heran banget, pas naik ke kapal ferry, ehh lagu cinta lagi. Indonesia memang penuh cinta,,,
Di Indonesia sendiri sebenarnya juga ada istilah-istilah itu, bukan? aku jatuh cinta padamu atau aku sedang kasamaran (ich bin in dich verliebt /I’m falling in love with you), aku sayang kamu (ich hab dich lieb/ dalam bahasa inggris sayangnya juga I love you atau bisa juga lebih lunak: I care about you untuk mengungkapkan sayang), dan aku cinta kamu (ich liebe dich/I love you). Namun penggunaan kata aku cinta kamu yang sering dikatakan tanpa komitmen mendalam dari lubuk hati terdalam, sering kali jadi sebuah pengkhianatan cinta.
Di Eropa, kata cinta itu merupakan sebuah ikatan janji suci, bagi sebagian besar orang yang memegang teguh komitmen dan nggak main-main. Oleh karena itu mereka nggak akan mengumbarnya sembarangan, dan paham betul apa yang mereka ucapkan.
Walahh, susah lah kalau ngomongin cinta, selain indah, satu kata itu masih aja rumit seperti sejak dahulu kala 😀 … tapi menarik juga untuk diperbincangkan dalam segi budaya dan sudut pandang orang yang berbeda 🙂
Viele Grüße
(Tulisan ini aku kutip dari blog lamaku, Friday, June 12, 2015)