5 Alasan BULE susah belajar Bahasa Indonesia (di Indonesia)

Lokasi foto: Berlin, Germany

Menurut pengakuan para bule (terutama Jerman) yang kukenal, yang pernah datang ke Indonesia, mereka bisa bicara dan mempelajari bahasa Indonesia dalam 2 minggu saja. Bahasa Indonesia memang tergolong bahasa yang mudah dipelajari, selain menggunakan huruf alfabet romawi juga digunakan secara international, bahasa Indonesia juga tidak terlalu ribet dari segi struktur kalimat, tidak ada perubahan jenis kata kerja, bahasa juga bukan tergolong Tonal Language seperti bahasa Tai, Mandarin, Vietic, dsb yang diucapkan dengan penuh intonasi, beda intonasi sudah beda pula artinya. Namun, siapa bilang Bahasa Indonesia sebegitu mudahnya dipelajari? meski bisa berkomunikasi dengan orang Indonesia, para bule tersebut juga ternyata mengeluhkan juga lika liku mereka mempelajari Indonesia saat di Indonesia. Mengapa?

1. Orang Indonesia jarang bicara Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memang bahasa pemersatu atau bahasa nasional kita, namun jangan lupa bahwa Indonesia juga punya sekitar 740 bahasa daerah yang sebagian besar merupakan bahasa ibu orang-orang daerah setempat. Kalau bule tidak tinggal di Jakarta, maka mereka harus dihadapkan dengan orang-orang yang kesehariannya berbicara bahasa daerah. Ini tentu saja menyulitkan bule mengaplikasikan bahasa Indonesia yang telah dipelajarinya, karena mereka mendengar 2 bahasa sekaligus. Mau tidak mau, mereka juga terkadang harus mempelajari bahasa daerah setempat yang notabene selalu berbeda dengan bahasa Indonesia. Bahkan di Jakarta pun, orang Indonesia banyak bicara menggunakan bahasa gaul.
Teman kuliahku yang berasal dari Florida dan pernah tinggal di Jogja 2 tahun pernah cerita,
‘Aku belajar bahasa dan bisa lancar bahasa Indonesia setelah beberapa bulan tinggal di Jogja. Suatu hari aku bertemu nenek dari salah seorang teman Indonesiaku, lalu aku menyapa nenek tersebut dengan bahasa Indonesia seperti ini:
“Hai nenek, mau kemana kamu?”
Aku dengan pede bilang seperti itu kepada nenek temanku dan membuat nenek itu tidak menyukaiku, padahal aku hanya berusaha ramah. Aku benar-benar lupa saat itu kalau sebaiknya aku menggunakan kata ‘anda’ atau  bahasa Jawa yang halus. ‘
Aku saat itu ketawa ngakak tapi kasihan juga kepada temanku yang sudah ‘try his best’ untuk ramah tapi malah salah kaprah.

2. Bahasa yang diucapkan selalu berbeda dengan bahasa ditulis di koran dan buku

Kalau kita belajar bahasa Eropa, contohnya bahasa Inggris, kita biasa dihadapkan dengan bahasa Gaul Amerika dan jargon-jargonnya. Namun, dalam segi penataan bahasa, mereka mengucapkannya sama persis dengan yang mereka tulis di media masa. Bahasa Jerman pun juga seperti itu. Antara di buku dan bahasa yang diucapkan orang-orang di kereta atau bus selalu sama, jadi kita bisa mengerti dan sambil belajar mendengarkan dari situ.
Lain halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa di koran, rata-rata menggunakan bahasa resmi, mereka les bahasa Indonesia secara formal, mempelajari S-P-O-K di tempat kursus, tapi saat orang-orang ngobrol dengan bahasa Indonesia, mereka sering sekali menggunakan bahasa gaul, seperti ‘ingin’ jadi ‘pengen’, ‘bicara’ jadi ‘ngobrol’, dan lain sebagainya. Para bule sering harus belajar 2 sampai 3 kata dengan arti yang sama dalam bahasa Indonesia karena orang Indonesia, dimana pun mereka berada, selalu tidak suka bicara dengan formal karena dirasa aneh dan kurang akrab.

3. Budaya sungkan orang Indonesia terutama Jawa

Mengapa ini berpengaruh? karena orang bule punya budaya frontal, tegas dan langsung. Kalau mereka salah, mereka suka dibetulkan. Tapi kalau belajar bahasa Indonesia dengan orang Indonesia, biar pun salah, mereka selalu bilang: wah, bagus bisa bahasa Indonesia, sudah bagus kok. Menurut pengakuan salah satu orang Jerman yang pernah tinggal di Indonesia selama 6 tahun (karena suaminya bekerja sebagai diplomat di Jakarta), susah sekali meyakinkan orang Jawa kalau mereka tidak perlu sungkan membenarkan kata-kata yang salah agar kami bisa belajar lebih baik lagi, orang Jawa selalu bilang, sudah bagus, sudah bagus. ‘Mereka takut kalau saya tersinggung’ kata wanita itu.
Pengakuan yang sama juga dilontarkan teman dari grup gamelan yang punya pacar orang Indonesia dan selalu ke Indonesia setiap tahun, dia bilang bahwa belajar Bahasa Indonesia sama orang batak adalah cara yang terbaik, ketimbang sama orang Jawa, karena selain intonasi mereka yang jelas dan pengucapan yang lumayan keras, sifat mereka juga tegas dan sering membenarkan kalau aku salah bicara.

4.Kalau bertemu bule, orang Indonesia lebih suka ngomong bahasa Inggris

Kalau melihat bule, kita pasti berpikir mereka bisa dijadikan tempat latihan bahasa Inggris. Padahal tak sedikit orang bule yang datang ke Indonesia ingin belajar bahasa Indonesia juga. Jadi kalau orang bule sudah berusaha berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, tapi dijawab dengan bahasa Inggris, akan mengecewakan, karena mereka ingin melatih kemampuan berbahasa dengan orang lokal juga.
Di sebagian besar negara Eropa, tidak peduli kalian berasal dari mana, berwajah khas Asia atau Afrika, kalau berusaha berkomunikasi dengan bahasa setempat, mereka akan senang sekali dan respect karena mereka tidak perlu susah-susah bicara bahasa asing.

5. Berkomunikasi lewat sms juga dengan Bahasa Planet

‘Mgkn hx org Ind sj yg bs mgrt klmt ni’
Kalimat diatas biasa kita tulis di sms, atau messanger lainnya dan kita sudah sangat terbiasa dengan bahasa sms nasional kita yang tanpa huruf vokal, atau huruf 4l4y lainnya.
Sosial media juga ajang belajar bahasa bagi sebagian besar orang. Salah satu orang teman Jerman yang pernah magang di Blitar selama satu tahun mengaku kagum akan keramahan dan keterbukaan orang Indonesia tapi juga sedih saat dia terjebak dalam situasi seperti ini:
‘Mereka minta nomer whatsappku, dan aku dimasukkan ke grup whatsapp bersama orang-orang Indonesia lainnya. Tapi mereka menulis pesan dengan bahasa yang aneh sekali.’ tutur temanku.

Demikian penuturan beberapa bule yang aku rangkum tentang lika liku belajar bahasa Indonesia di Indonesia. Pastinya masih banyak sekali hal-hal lainnya tentang budaya Indonesia dan Jerman. Kalau kalian masih punya ide, bisa tulis di komen, nanti akan aku tambahkan, semoga tulisanku yang sedikit tadi menambah pengetahuan dan jadi inspirasi. Semua yang aku tulis di sini adalah untuk kesenangan dan hiburan serta menambah informasi budaya semata.

Aku senang bisa berbagi dengan kalian, akan lebih senang lagi bila kalian juga mau membaginya kepada orang lain, kakak, adik, saudara, yang barang kali ingin tahu serta menambah wawasan tentang perbedaan budaya antara Indonesia dan Jerman. Aku menerima kritik, saran agar kedepannya aku bisa sharing hal-hal unik yang bermanfaat dari Jerman. Sampai ketemu di topik lainnya.

Viele Grüße

6 Comments

  1. ehehe padahal menurut kita ya belajar bahasa indonesia lebih gampang dari pada bahasa asing, kalau bahasa indonesia kan dalam penulisan dan cara membaca itu sama.. hmm mungkin kita memang memiliki kesulitan masing-masing dalam belajar bahasa negara lain..

  2. Beberapa hal mungkin lebih mudah, karena di bahasa indonesia nggak ada konjugasi. Yang susah juga itu awalan me- pe- ter-, dll. Trus ada juga beberapa kata yang sulit di lidah mereka, misalnya mempertanggungjawabkan. Coba aja minta temen bule yg lg belajar bahasa indonesia buat ngomong mempertanggungjawabkan 😀

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


x

Related Posts

5 Asuransi Terbaik di Jerman dan Cara Daftarnya
Halo, teman-teman Denkspa! 👋 Hari ini aku mau ngobrol soal asuransi kesehatan di Jerman. Buat kalian yang baru mau pindah ke Jerman, m...
Perbandingan BPJS di Indonesia dan GKV di Jerman
Halo, teman-teman pembaca Denkspa! Sebagai seseorang yang pernah tinggal dan bekerja di Jerman, saya sering mendapat pertanyaan seperti ini: “Ba...
Panduan Menulis Motlet dan CV untuk Apply Visa FSJ/BFD ke Jerman
Program FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) dan BFD (Bundesfreiwilligendienst) di Jerman adalah bentuk layanan sukarela di Jerman yang ditujukan unt...
powered by RelatedPosts
Ada yang ingin ditanyakan?