Pacaran Sama Cowok Jerman: Siap Bayar Sendiri-Sendiri!

Saat pacaran dengan orang Indonesia, semua beban keuangan ditumpahkan kepada cowok. Kencan, makan, maen dan jalan-jalan, apa-apa cowok. Pasalnya, cowokku dulu punya prinsip, kalau cowok ya harus berani modalin cewek. Begitu di Jerman, segala sesuatunya sangat berbeda.

Di Jerman, paling tidak seminggu sekali aku makan malam bersama pacar di restoran. Dulu, host family juga sering mengajak makan di restoran. Tapi mereka lebih sering makan malam berdua. Dari situ, aku belajar bahwa di Jerman, makan malam dengan pasangan itu merupakan salah satu budaya mereka.

Kalau makan malam bersama pacar, jangan dikira aku dibayarin. Budaya Eropa yang mengedepankan emansipasi wanita, cewek harus bayar sendiri. Loh?? Iya, Saat di München, aku punya pacar orang Nürnberg, seorang mahasiswa S2 yang nyambi kerja sebagai DJ. Darinya aku belajar banyak hal tentang bagaimana pacaran dengan orang Jerman.

Dia berasal dari keluarga yang cukup berada, kedua orang tuanya dokter dan dia anak satu satunya yang masih dibiayai, adiknya sudah kerja. Kebiasaan hidup mewah terbawa juga saat dia bersamaku (yang kadang nggak kuat juga aku imbangi). Contohnya, makan di restoran mewah. Sekali makan bersama, dia bisa memesan hidangan yang mahalnya minta ampun. Perbandingan harga makanan yang kita bayar untuk sekali makan saja bisa untuk mentraktir orang sekampung. Pernah kita makan malam bersama satu orang temannya. Kita bertiga menghabiskan uang sekitar 200 euro (3 juta rupah) di restoran mewah di Hamburg. Tentu saja kalau seperti itu aku marah dan nggak mau membayar, karena tak sanggup dan yang memilih restoran kan dia, kalau aku yang memilih, pasti aku pilih yang terjangkau saja.

Meskipun sering mentraktir makan, dia juga sering bilang kalau cewek Jerman itu biasanya bayar sendiri. Ya ampun, bikin makanan nggak enak ditelan, benar nggak sih?. Aku sadar kalau dia kan masih mahasiswa dan uang jajannya terbatas dari orang tua, jadi aku juga sering bayar sendiri. Tapi bukan berarti cowok Jerman itu pelit. Mereka bukannya pelit, tapi teliti soal keuangan dan pengeluaran. Meskipun sering bayar sendiri saat makan, aku sering juga dibantu dalam hal keuangan. Contohnya saat mau apply Visa, orang tua, paman dan bibinya bersedia jadi penjamin keberadaanku di Jerman. Kalau aku ada masalah uang, dia nggak segan-segan membantu.

Dengan Tobi (suamiku), meskipun dia sudah kerja dan penghasilannya sebagai konsultan IT lumayan besar, jangan dikira aku dengan enak nangkring di Jerman. Kalau makan malam, ya bayar sendiri-sendiri, liburan juga bayar sendiri, aku juga kerja keras untuk mencukupi kebutuhanku sendiri. Karena aku ingin dia melihatku sebagai wanita Asia yang bukan pemalas, melainkan pekerja keras yang mandiri seperti wanita Jerman. Kalau aku mengandalkannya di segala aspek, sama saja aku menjatuhkan harga diriku, pertama sebagai wanita yang lemah, cengeng, manja, needy, kedua sebagai orang Asia, terutama Indonesia, yang mana terkenal di Eropa dengan orang-orangnya yang malas dan mencari bule untuk hidup enak.

Satu hal yang berbeda saat makan di restoran bersama orang tua pacar. Dari DJ itu, aku diajari sebuah tips. Ceritanya dulu, meskipun aku sudah bertemu orang tuanya beberapa kali, namun kami belum berkesempatan makan malam bersama di sebuah restoran. Akhirnya saat dia mengunjungi si DJ dan aku (yang saat itu di Hamburg), kami bertemu di sebuah restoran. Aku pun bertanya pada mantanku itu apa aku harus bayar sendiri atau gimana.

“Mereka pasti membayarkan makanan kita. Scara aku kan anaknya dan kamu pacarku, otomatis kamu juga dianggap anak, jadi dibayarin. Tapi ada basa-basi ala Jerman juga,”

“Apa”

“Saat mereka minta bill ke pelayan, kamu bilang sama mereka kalau kamu ingin bayar sendiri sambil pura-pura ngeluarin dompet. Pasti mereka ketawa dan bilang kalau kamu sopan sekali tapi mereka akan membayar makanan kamu,”

“Jadi itu trik disayang mertua?” tanyaku.

“Hhaha”

Jadi kalau makan bersama, kita jangan ujug-ujug PD dibayarin, siapa tahu kita kudu bayar sendiri-sendiri. Berbeda dengan gaya pacaran di Indonesia, dimana cowok harus berani modal. Tapi aku tekankan di sini, ada banyak juga cowok Jerman yang paham dan mau menerima budaya Asia, sehingga dia terus-terusan membayarkan saat makan. Tapi budaya Jerman yang sesungguhnya, cewek dan cowok punya hak dan derajat yang sama di lingkungan sosial. Mengapa cowok Jerman terkesan pelit seperti ini? Sebenarnya ini demi menjaga harga diri sang wanita sendiri, agar tidak dianggap cewek yang manja, karena sejatinya cowok Jerman itu suka cewek yang kuat, mandiri, dan nggak manja.

*

Jika kalian merasa terbantu, tercerahkan atau mungkin terselamatkan dari info-info yang kami tulis, kami akan sangat berterima kasih jika kalian mau sedikit berdonasi untuk denkspa. Donasi tersebut akan sangat mendukung dan memotivasi kami untuk tetap memberi info secara jujur, transparan dan fair tentang apapun di Jerman. Caranya bisa klik di sini:

Follow instagram: @resep.anak.rantau  

Youtube channel belajar bahasa Jerman dan seputar Jerman: Youtube Denkspa

Viele Grüße

2 Comments

  1. Kalo bagian bm bm makannya sih Ok mbak, tapi yo mbok mikirin juga lawannya makan mau nggak buang duit segitu sia sia cuma buat dibuang.#hahaha Kalo aku sih ogah, biarpun punya penghasilan bisa atau lebih.#sayangduit

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


x

Related Posts

Selamat Tinggal Jerman!!!
Di luar sana, banyak yang membayangkan betapa enaknya kerja dan hidup di luar negeri. Hidup di Eropa adalah mimpi terbesarku sejak kelas 6 SD dan...
30 Fakta Menarik Seputar JERMAN
Saat membuka laptop, sebenarnya aku sudah niat banget untuk menulis informasi umum seputar Jerman. Tapi saat membaca lagi sumber-sumbernya, aku p...
Apa itu Bafög? Apakah Orang Indonesia Bisa Dapat Bafög di Jerman?
Bafög adalah singkatan dari BundesAusbildungförderungsGesetz, yakni bantuan kepada pelajar yang ingin melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah ...
powered by RelatedPosts
Ada yang ingin ditanyakan?