Aaaahhhh,,, rasanya ingin meluapkan kegembiraanku karena telah bebas dari belenggu tugas akhir semester, sehingga bisa nulis blog lagi. Akan aku tuntaskan dulu daftar yang ingin aku tulis sejak seminggu yang lalu. Dimulai dari liburan rutin akhir pekan 2 minggu yang lalu.

STOLBERG

Kerinduanku pada nuansa Bayern membuat Tobi berinisiatif mengajakku ke sebuah kota kecil di selatan kota Hamburg, Stolberg. Sekitar 4 jam perjalanan dengan mobil, kami tiba di sebuah rumah besar bernuansa klasik, yang ternyata di dalamnya dialih fungsikan sebagai hotel dan restoran. Karena kami datang pada malam hari, hari itu kami tak sempat jalan-jalan lagi. 
Rumah yang juga hotel. Tulisan itu bacanya: Gasthaus Kupfer. Tradisional banget kan? Rumah-rumah bernuansa kayu seperti ini akan banyak kita jumpai di Jerman selatan, dan Tyrol, Austria, sangat tradisional.
Pagi hari, sayang sekali cuaca tidak mendukung, mendung dan gerimis sepanjang pagi. Setelah sarapan, kami yang sudah penasaran dengan keidahan Kota Stolberg pun tak peduli lagi. Payung di tangan, cap cuuusss keluar. 
Sarapan yang disediain hotel, Jerman bangeeettt. Roti, puten salami (sosis ayam), keju paprika, timun, mentega dan jus jeruk. Sarapan ini disediakan secara prasmanan. Harapanku ada nasi pecel gitu. Hihihi
Stolberg terletak di Sachsen-Anhalt. Dulunya wilayah ini merupakan bagian dari Jerman timur yang juga dibatasi oleh tembok (tembok Berlin). Kalau kalian jalan-jalan ke Jerman dan menyempatkan diri ke kota yang dulunya merupakan wilayah Jerman Timur, kalian akan merasakan sekali perbedaan infrastrukturnya. Di Jerman Barat, jalur kendaraan sudah rapi, teratur, canggih, ada Subway, kereta bawah tanah, bus, tram, dsb. Di wilayah Jerman timur, paling ada regional Bahn yang menghubungkan kota tersebut dengan kota lain, bus, dan paling canggih, Straßenbahn (tram), kadang malah tidak ada. Itulah sebabnya sejak penyatuan wilayah Jerman timur dan barat pada tahun 1989, para pekerja wajib menyisihkan sebagian dari gajinya untuk pembangunan di wilayah Jerman Timur (Sumbangan solidaritas namanya). 
Kembali ke Stolberg. Sebenarnya desa kecil yang terletak di kota Harz ini lebih bagus kalau dikunjungi pas musim dingin bersalju. Di Hamburg, kalau orang-orang ingin main salju di pegunungan dan malas turun ke bawah (Bayern, atau Austria), biasanya mereka pergi ke Harz. Daerahnya benar-benar di pegunungan dan mirip sekali dengan jalan ke arah Garmisch atau Allgäu di Bayern, berliku-liku. 
Tulisan Jerman kuno yang juga menjadi ciri khas Bayern. Sampai sekarang, aku masih saja kesulitan membacanya. Huruf yang mirip F itu adalah huruf S. Jadi nama jalan ini dibaca: Niedergasse.
Jalannya juga bebatuan. Jalan yang terletak tepat di gang sebelah hotel ini membawa kita ke puncak bukit, di mana Kastil Stolberg bisa dikunjungi
Mari Berkunjung ke Kastil
Di Dalam Kastil
Kastil yang sudah berumur ratusan tahun ini merupakan kastil di mana Putri Juliana zu- Stolberg Wernigerode dilahirkan. Ratu Juliana dulunya tinggal di Stolberg hingga umur 13 tahun, sebelum akhirnya menikah dengan Pangeran Grafen Philip II dari Hanau Münzenberg pada umur 14 tahun dan mempunyai 5 anak. Sayang sekali 6 tahun setelah pernikahan, sang pangeran meninggal dunia. Dua tahun setelahnya, Juliana menikah lagi dengan Graf Wilhelm dari Nassau Dillenburg dan mempunyai 5 orang putra dan 6 orang putri (wooow produktif sekali ya). Sampai pada akhirnya wafat pada tahun 1580, beliau dikabarkan mempunyai 160 cucu dari ke enam belas anak-anaknya. Dua putra tertuanya dikabarkan menjalin hubungan dengan Ratu dari Belanda, sehingga Juliana juga mempunyai hubungan silsilah keluarga dengan kerajaan Belanda.
ranjang bayi ini merupakan bukti banyaknya anak yang lahir di kastil ini, sedikitnya 50 bayi silih berganti menggunakan ranjang ini. Semuanya keturunan Juliana.

Di Dalam kastil

dari luar kastil

Patung Juliana, yang sama sekali tidak mirip aslinya. Aku pikir patung anak-anak. Hihihi.
Untuk masuk ke dalam museum dan kastil, tidak dipungut biaya, tapi kita bisa menyumbang beberapa euro untuk pemeliharaan kastil. Oh ya, pada tahun 2006, Ratu Juliana berulang tahun ke 500, dan sejak itu Stolberg dinobatkan sebagai Frauenort (kota wanita), mungkin karena sejarah banyaknya anak dan cucu yang dilahirkan dari rahimnya. 
Stolberg meninggalkan kenangan mendalam karena kota kecil ini begitu bersih, indah dan terawat. Mengunjungi Stolbeg serasa kembali ke ratusan tahun yang lalu. Aku sungguh-sungguh takjub dengan arsitektur kuno dan sejarah kota ini. Tinggal di Hamburg yang serba canggih dan modern membuatku serasa berkunjung ke lorong waktu saat berada di Stolberg. Tak ada kereta, mobil pun jarang, bus cuma lewat 12 jam sekali, bayangkan! Padahal di Hamburg, bus datang tiap 5-10 menit sekali. 

Halte bus satu-satunya yang sepi orang

Sungai yang aku suka sekali suara aliran airnya ditambah kicau burung di sekitarnya

Lihat, seperti kota mati, bukan? Sepiiiii mamring, padahal belum hari minggu

Serasa tidak di Jerman lagi melihat jalan bebatuan seperti ini. Hihihi
Aku dan Tobi bertanya-tanya, siapa ya yang tinggal di kota ini, untuk belanja dan isi bensin saja harus nyetir 30 km ke kota. Kami juga mengunjungi danau yang terletak tak jauh dari sana.
Sayang sekali cuaca buruk dan angin membuatku tak begitu menikmati pemandangan danau yang indah ini
Demikian sharing kita kali ini tentang kota kecil Stolberg yag masih tradisional. Semoga aku bisa ke sana lagi pas musim salju. 
Sampai jumpa lagi 
Viele Grüße

Comments

  1. Wah asik ya sepi sekali berasa milik sendiri hahaha. Oh iya Kak, selain Stolberg ini, ada lagi nggak "kota mati" lain yang pernah Kak Girin kunjungi di Jerman atau pun negara Eropa lainnya? Topik tentang kastil dan penghuninya (dan tempat unik seperti tebing setan dan nenek sihir) menarik sekali!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *