10 Hal Yang TABU dibicarakan di Jerman tapi tidak di Indonesia

Postingan ini sebenarnya sudah aku tulis jauh-jauh hari dalam Bahasa Jerman: 10 Sachen, die in Deutschland beim Gespräch Tabu sind, aber NICHT in Indonesien 

Nah, bagi pembaca setia Denkspa yang mungkin tidak paham bahasa Jerman, dengan senang hati aku akan menulis ulasannya dibawah ini.

Jadi, seperti yang kita tahu bahwa antara budaya Jerman dan Indonesia banyak sekali perbedaan, yang bahkan mungkin mendasar dan sulit untuk dimengerti, kecuali kalau kita mempelajari budaya kedua negara tersebut. Sepuluh hal di bawah ini adalah sepuluh dari ribuan bahkan jutaan hal yang membedakan budaya ketimuran dan kebaratan antara Indonesia dan Jerman.

Sepuluh hal yang TABU untuk dibicarakan di kalangan orang Jerman, tapi di Indonesia wajar saja membicarakannya, antara lain:

1. Seputar Tubuh
Pernah nggak pertama kali ketemu dengan seseorang, lalu dikomentari, “Eh kok gendut sih, diet donk!”

Di Jerman, meskipun berteman cukup dekat, kalau niatnya tidak untuk kebaikan, kata-kata mubazir yang menyinggung bentuk tubuh, sebaiknya dihindari. Ada satu pengalaman berharga saat aku berusaha memuji adik host family ku dulu saat mereka berkunjung ke Munich. Aku berkata, “Jasmine, aku pengen deh agak gendutan kayak kamu!”

Tau nggak? Ternyata sampai 5 bulan berikutnya aku ketemu dia lagi di Austria, Jasmine cerita padaku, “Indra, aku tak akan melupakan pertemuan pertama kita di Munich saat itu. Kamu bilang aku gendut! Setelah itu semalaman aku nangis, dan pacarku sampai bingung karena aku sedih banget dibilang gendut!”

OMG, ternyata kata-kataku sangat menyinggungnya. Lalu Nadja, hostmom ku bilang, “Padahal kita sebelumnya bilang kalau kita pengen banget kurus kayak kamu!”

Aku segera meminta maaf dan menjelaskan bahwa kalau di Indonesia tuh biasa aja untuk lebih mengakrabkan diri, itu tandanya aku bener-bener pengen agak gendutan. Aku juga menjelaskan kalau aku tuh susah gendut, jadi saat itu, bukan maksudku untuk mengomentari dia gendut, tapi memujinya. Sebenarnya, Jasmine juga nggak gendut-gendut amat kok.

2.Seputar Wajah

Pernah nggak kita dikomentari oleh saudara atau bahkan teman dekat seperti ini, “Eh, jerawatnya udah banyak tuh, kangen siapa tuh?” Atau, “Lo iteman deh, abis dari mana aja?”

Di Jerman, membahas seputar wajah dan kulit rupanya sangat sensitif. Kalau ngobrol dengan orang Jerman, sebaiknya kita menghidari membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wajah mereka, warna kulit, rambut dan sebagainya, karena belum tentu mereka suka. Hal ini juga merupakan hal yang tabu untuk diobrolkan saat kumpul bareng.

3. Kapan Nikah?

Busyet, meskipun pertanyaan ini amat menohok terutama bagi wanita Indonesia yang usianya sudah hampir 30 an, rupanya banyak juga yang usil menanyakannya.

Di Jerman, pertanyaan seperti ini bahkan sangat tidak dianjurkan ditanyakan, meskipun hubungan kekeluargaan atau persahabatan mereka cukup dekat, karena ini sudah melanggar batas privasi individu dan akan menyinggung orang yang ditanya.

4. Tentang Agama

Kamu agamanya apa? Loh Islam tapi kok nggak solat? Kamu puasa nggak? Ke Gereja?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini lumrah ditanyakan di Indonesia, bahkan kepada orang yang pertama kali dikenal sekalipun. Tapi di kalangan orang Jerman, pertanyaan seperti ini adalah hal yang sangat tabu untuk ditanyakan, karena mereka menganggap agama adalah hubungan vertikal mereka dengan Tuhan, cukup mereka saja yang tahu. Kalau mereka tak percaya Tuhan, itu bukan urusan kalian. Begitu pikir mereka. Jadi wajib hati-hati kalau ingin bertanya kepada orang Jerman perihal ini.

5. Soal Gaji

Di Indonesia, kedengarannya biasa aja ya membicarakan pendapatan per-bulan. Atau tanya, “Gaji elu udah UMR belum?”

Di Jerman, bahkan orang satu kantor pun tak pernah membicarakan gaji mereka, entah itu gajinya sama atau beda. Bahkan ada kode etik kerja yang melarang pegawainya membocorkan gaji yang diterimanya kepada siapapun. Sampai saat ini aku berpacaran dengan Tobi selama lebih dari setahun, aku tak tahu pendapatannya perbulan berapa dan aku tak mau tahu, diapun juga tak pernah tahu pendapatan ayahnya, ibunya. Hanya mengira-ngira saja.

6. Tentang hubungan asmara

“Udah punya pacar belum?” , “Wah jomblo nih!”

Komentar seperti ini bisa dirasakan pedas bagi orang yang belum mempunyai pasangan. Di Jerman, meski saling dekat satu sama lain, seorang teman TABU hukumnya menyinggung teman lainnya dengan pertanyaan semacam ini. Kecuali kalau sang teman tersebut cerita kalau dia baru putus, lalu curhat nggak punya pacar, minta saran soal kisah asmara dan lain sebagainya.

7. Tentang umur

Orang Jerman, terutama laki-laki: PALING BENCI ditanya oleh wanita seperti ini, “Coba tebak berapa umur saya?”

Pasalnya, mereka harus berbohong, kalau ngliat dari fisik udah keliatan tua, lalu dibilang tua, ntar tersinggung, kalau dibilang muda, nah udah keliatan tua. Duh, kenapa harus ditanya sih. Perempuan memang aneh dan rumit!

Di Jerman, kita biasanya nggak bertanya langsung berapa umur lawan bicara kita. Tapi menebak-nebak sendiri dengan bertanya dia sudah kerja di sebuah perusahaan ini lebih dari 20 tahun, dan tahun berapa dia mulai bekerja, ditotal dan dispekulasi sendiri. Ribet ya, atau kalau nggak gitu pas dia cerita anaknya lahir di tahun ini, dia hamil pas umur segini, sekarang anaknya umur sekian tahun. Tebak sendiri deh!

Tapi kalau penasaran banget, bisa tanya kapan lawan bicara kita ulang tahun, lalu sambil sedikit bercanda tanya juga, di tahun berapa?? Trus, itung deh dia umur berapa.

8. Tentang Penyakit
Kalau kita sakit, hamil, atau menderita sakit parah, misalnya HIV/AIDS, adalah hak kita untuk tidak membicarakannya kepada orang lain selain dokter pribadi kita. Begitu pun seperti sakit kanker, jantung, dsb.

Di Indonesia, saat tetangga sakit sampai disantet, seluruh kampung bakalan tau dia menderita apa, sejak kapan, lalu menyarankan berobat kemana, dan lain sebagainya.

9. Tentang uang dan biaya

Di Jerman, bertanya secara langsung berapa harga rumah dan sewa apartemen sampai harga sebuah handphone adalah Tabu. Sebaiknya kita menghindari pertanyaan semacam ini.

10. Ngliat handphone teman atau pasangan

Saat di Indonesia, aku terbiasa menengok hp teman untuk sekedar lihat fotonya atau bahkan membuka smsnya. Parah ya?

Di Jerman, kebiasaan ini harus segera dihilangkan. Pasalnya, hp merupakan barang vital dan sangat pribadi yang mungkin juga berisi hal-hal yang bersifat rahasia. Seperti yang kita ketahui, orang Jerman sangat menghargai privasi orang lain.

Bahkan selama berpacaran, tak pernah satu kalipun Tobi atau mantan pacarku (orang Jerman) yang dulu mengecek hpku. Padahal aku kadang bandel juga liat hp mereka lalu iseng liat-liat smsnya. LOL.

Nah, sekarang kita tahu hal-hal apa saja yang tabu untuk dibicarakan atau dilakukan di Jerman, tapi normal dilakukan di Indonesia.

Semoga dengan membaca ini, kita jadi sedikit tahu tentang orang Jerman dan budayanya yang kadang sangat bertolak belakang dengan budaya kita.

Jangan lupa like facebook fanpage Denkspa untuk mengetahui info harian seputar Jerman, terutama Hamburg (tempat aku tinggal sekarang). Klik di sini untuk like facebook fanpage Denkspa. Vielen Dank (Banyak terima kasih)
Liebe Grüße

13 Comments

  1. Hahahahha, itu pertanyaan nggak boleh ditanyakan pada teman yang baru kenal atau kurang akrab. Kalau teman yang sudah akrab banget sih tidak masalah. Tapi harus lihat-lihat waktunya juga

  2. Mbak indraaa speakat banget sama 10 hal yg nggak asik banget untuk dijawab atau ditanyakan. Secara semuanya hal" privasi. apalagi aku sering banget kena yg nomor 1, hiks jd stress sendiri gtu kalau dibilang gendut. Padahal org" an ndak tau udah coba berbagai cara tp belum juga berkurang BB nya :" #kokjadicurhat

  3. yg no.3 ga perlu ditanyain sih krn di Jerman bisa tinggal bersama tanpa menikah bahkan punya anak juga. Mamaku aja yg jadi shock klo nanya si A sdh nikah?. klo belum ko tinggal satu rumah sama pacarnya?. Trus ku jawab aja punya anak aja bisa ko tanpa nikah dulu ga ada orang usil yg akan merajam dg batu haha 😀 .

  4. Hal yang biasa di ucapkan di indonesia menjadi hal yang sakral di jerman. Mungkin di jerman ada ucapan yang dianggap biasa di jerman tapi di indonesia jadi sakral. seperti kebalikannya 😀

  5. Kenapa aku jadi merasa kayak orang Jerman ya wkwkw
    maksudku, mindset ku pun seperti itu.
    Mkasudnya, aku menganut etika berteman yang seperti itu juga sih.
    Gak tanya" yg kaya di atas wkwkwkkww

    Tapi utk gaji ayah ibu harus tau biar bisa ngira" minta duit jajan berapa xD

  6. Kalau disini ada teman sakit tapi kita nggak nanya malah disangka cuek padahal maksudnya kan nggak mau terlalu kepo dan siapa tau juga yang sedang sakit nggak berkenan ngasih tau sakitnya apa 🙁

  7. Wah terima kasih saya selalu liat YouTube kamu yg bljar bahasa Jerman. Dan skg saya di Bremerhaven. Baru dtg ke Jerman. Semoga suatu saat bisa ktmu dan saling sapa yah ,

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


x

Related Posts

Panduan Menulis Motlet dan CV untuk Apply Visa FSJ/BFD ke Jerman
Program FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) dan BFD (Bundesfreiwilligendienst) di Jerman adalah bentuk layanan sukarela di Jerman yang ditujukan unt...
Info Lengkap Tentang Oportunity Card atau Chancekarte ke Jerman
Kesempatan terbaru untuk tinggal dan bekerja di Jerman melalui Opportunity Card atau Chancenkarte merupakan bagian dari upaya Jerman untuk menari...
Contoh Motivation Letter Yang SUKSES Apply Visa Au Pair di Kedubes Jerman
Tentang panduan membuat motivation letter dan CV sebagai syarat mengajukan Visa di kedubes Jerman, silakan dibaca dulu di artikel ini: Panduan Me...
powered by RelatedPosts
Ada yang ingin ditanyakan?