![]() |
image source: fotolia |
Bulan puasa yang jatuh pada musim panas bisa sangat menyiksa secara fisik, tapi bagi umat muslim yang taat, puasa di Eropa dengan cuaca yang sangat ekstrim begitu akan sangat menantang dan menambah keimanan bila menjalankannya dengan ikhlas.
Baca juga: bagaimana umat muslim menjalankan ibadah puasa di Jerman?
Masih di suasanya lebaran, kali ini aku akan membocorkan sedikit tentang suasana lebaran di Jerman.
Di Jerman, lebaran biasanya disebut dengan istilah Zuckerfest. Kalau diterjemahkan, akan sangat nggak nyambung dan gak ada kesan Islamnya. Iya, Zucker artinya Gula, Fest artinya Perayaan. Ya masak sih, idul fitri diartikan perayaan gula. Bisa diabetes semua donk orang-orang. 😀
Mungkin mereka tahu bahwa Ramadhan, bulan puasa yang mungkin mereka pikir sangat berat untuk dijalani, dan akhir dari bulan Ramadhan itu dirasa sangat manis semanis gula, jadi mereka merayakannya dengan makan yang manis-manis. Atau mungkin orang Turki yang banyak tinggal di Jerman suka merayakan Idul Fitri dengan makan makanan yang manis? Ah, silakan diduga-duga saja sendiri. Yang pasti, kalau kalian bicara tentang Zuckerfest, mereka nyambungnya akhir dari bulan Ramadhan, yakni lebaran. Lalu lebaran sendiri apa artinya? Ada yang tau?
Apakah lebaran termasuk hari libur nasional di Jerman?
Jawabannya, sayang sekali tidak. Kecuali kalau harinya bertepatan dengan hari libur, misal hari buruh atau hari ayah. Jadi, setelah sholat Ied, kalau hari itu hari kerja, para pekerja akan kembali ke kantor. Kasihan sekali bukan?
Apakah Dapat THR?
Tentu saja tidak. Banyak kantor yang memberikan gaji ke 13 atau THR, tapi tentu saja bukan di momen lebaran, melainkan Natal.
Baju baru? Ketupat? Halal Bihalal? Mudik?
Apapun bayangan kalian tentang suasana lebaran di Indonesia, lupakan saja kalau sudah di Jerman! Semua tidak ada.
Trus?
Meskipun demikian, bukan berarti umat Islam, terutama umat Islam Indonesia kekurangan cara untuk mensiasatinya. Orang Indonesia biasanya akan sholat Ied dan makan-makan bareng di tempat yang telah ditentukan. Kalau di München dulu, ada sebuah gedung semacam Islamic Center, di mana salah satu ruangannya disewa untuk kegiatan keagamaan orang Indonesia. Di ruangan yang sama sekali tak mirip mushola ataupun masjid itu, kami sholat Ied, mendengarkan ceramah, dan saling bersalam-salaman. Di Hamburg, biasanya dilakukan di KJRI. Kalau mereka tau bahwa Zuckerfest jatuh di hari kerja, biasanya mereka akan minta libur agar bisa sholat Ied dan ber-lebaran dengan tenang.
Sedih ya tak ada kumpul dengan sanak family, tak ada kunjungan ke tetangga-tetangga, tak ada icip mencicip jajanan hari raya. Ada kok!
Memang bukan main sedihnya bila membayangkan saat lebaran yang biasanya digunakan untuk ajang kumpul keluarga, saling bermaaf-maafan, dan bersuka cita karena melihat keluarga besar duduk dan berbincang bersama (kadang juga dapat amplop :D), sekarang jadi sendirian dan jauh dari keluarga.
Oleh karena itu, menjalin komunitas sesama orang Indonesia bisa sangat membantu mengatasi kekecewaan dan kerinduan sakralnya Idul Fitri di kampung halaman tersebut. Kita biasanya masak-masak dan bikin kue bareng, atau jalan-jalan seharian ke luar kota.
Nah, gimana lebaran kalian tahun ini?
Semoga informasi tentang lebaran di Jerman tersebut menambah wawasan kita tentang Jerman ya.
Selamat IDUL FITRI 1438 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin, Mbak indry kapan pulang ke indonesia ? apa nggak kangen sama kampunya,?
Pastinya menyenangkan jika berlebaran di Jerman ya Mbak indra, apa lagi kalau ketemu teman blogger di Jerman pastinya semakin akrab lagi ya….
Sepertiya updatenya masih semangat ya…padahal kemarin sempat kesini ngebahas terowongan bawah sungai, eh sekarang sudah tambah lagi 2 artikel, semangat terus mbak, saya memprediksi satu tahun yg akan datang blog ini sdh bisa dapet dolar, Karna saya melihat alexa Rank nya blog ini sudah ramping di bawah 3 juta
selamat hari lebaran untuk mbak dan teman-teman yang ada di jerman. pasti kangen lebaran di tanah air 🙂
wah lebaran di perantauan ya
ya meski moment lebaran di sana berbeda tapi kita tetap bisa menyesiasatinya
makasih ya infonya
salam
pengennya sih pulang Bang, tapi gimana masih belum sanggup meninggalkan Jerman. Hhehhe
Terima kasih banyak bang Trik Pos atas motivasinya, aku aminin aja … aaammmiiin
sukses selalu
iya kangen halal bihalal ke tetangga tetangga 😀
Sama-sama May 🙂
Jadi hari raya idul fitri di sana kayak hari biasa ya buat orang lain?? Yalah. Kan minoritas. Hemm..
Berarti itu artinya merayakan hari dengan yang manis dong? Kue lebaran gitu misalnya ehehe
Aku lebaran ini bikin kue sendiri gak ada yang beli. Di sana Indra gimana?? ?
Gula?? hehehe, nggak nyambung memang ya Mbak. Btw btw, mbak Girindra nggak mudik?
gir, gir, gir
temen blog yang paling menginspiraseee
masamaaaaa minal aidzin juga
🙂
aku ada temen dan dia prancis
dia cerita hal yang sama, maksudnya disana jarang ada libur untuk hari besar keagamaan karena sebagian besar disana semacam sekuler gitu
eaalaahhh, enak THR srempak natal
di bali karena kita dsni minoritas kecuali hindu jadi banyak kita yang radak ribet ngeluarin THR jadi yang muslim pas lebaran yang hindu pas nyepiyang kristen pas natal
gitu
wkwkwkwk gak sanggup kenapa kak
Blog Winda