Bicara tentang orang Jerman, pasti tak luput dari keteraturan dan ketelitian mereka dalam mengatur waktu dan merencanakan segala hal, termasuk membuat termin. Termin artinya appointment atau janji.
Di Jerman, sekalipun sudah sangat akrab dengan seseorang, kita tidak bisa begitu saja berkunjung tanpa membuat janji terlebih dahulu. Masih ingat ceritaku tentang sahabat Nadja yang berusaha membuat kejutan tapi malah diusir karena berkunjung di saat yang tidak tepat?
Baca kisahnya di: German Vs Indonesian Mentality Part 4: Individualism Vs Gotong Royong-ism
Nah, mumpung ada mood untuk berbagi cerita, kali ini aku akan menyambung cerita tentang sifat orang Jerman yang menurutku jauh berbeda dengan orang Indonesia dalam bikin janji.
Tentu saja kita tidak bisa men-stereotype semua orang Jerman saklek dan semua orang Indonesia easy going dan spontan. Ada juga kok orang Jerman yang bisa dimintai tolong secara spontan, kalau mereka bisa, mereka tak akan segan-segan membantu. Tapi kalau tidak bisa, mereka tidak akan SUNGKAN bilang kalau tidak bisa, capek, habis kerja, dsb. Beda dengan orang Indonesia yang masih sungkan-sungkan, meskipun udah loyo habis kerja, kalau ada tetangga yang kelihatan butuh bantuan, pasti sungkan kalau nggak membantu, agar tidak dicap sombong di masyarakat, atau agar kalau mereka butuh bantuan, tetangga juga tak segan membantu. Meskipun demikian, tak jarang juga orang Indonesia yang cuek dan individualism, terutama yang hidup di kota besar atau metropolitan.
Tentang orang Jerman….Satu hal yang sampai saat ini selalu menjadi poin penting hidup di Jerman setelah kuamati bertahun-tahun tinggal di sini, yakni TERMIN atau janji. Luar biasa penting bagi mereka untuk membuat janji dan untuk menepatinya. Sekalipun menunda atau membatalkannya, juga amat penting untuk berkomunikasi sebelumnya.
Aku mulai dengan cerita di dokter ginekologi (dokter kewanitaan)
Salah seorang teman, orang Indonesia, sebut saja namanya Ani. Dia sudah buat janji di dokter ginekologi pada hari Rabu untuk melakukan papsmear. Karena berhalangan datang, dia alihkan janjinya itu kepadaku, karena dia tahu aku sudah waktunya periksa apakah ada tumor/kanker di daerah kewanitaan, atau di payudara, dsb. Periksa seperti ini di Jerman sangat dianjurkan sebelum terlambat dan dibayar sepenuhnya oleh asuransi.
Aku pikir si Ani sudah menelepon dokternya untuk mengalihkan janjinya kepadaku. Ternyata dia lupa telpon. Alhasil, saat aku datang dan bilang bahwa aku mengambil janji untuk Nona Ani, dia marah besar. Katanya, “Seperti ini tidak bisa anda lakukan! Anda tidak bisa seenaknya mengambil janji orang lain!”
Kataku, “Loh bukannya janji untuk Nona Ani sudah kosong? Kan bisa digantikan saya?”
Jawabnya, “Tidak bisa! Semua harus bikin baru, bikin janji baru”
Ya elah, ribet banget sih. Kalau dipikir-pikir, kan sama saja, memeriksa si Ani atau aku, ada janji yang kosong, kenapa tidak bisa diisi secara langsung sih?
Akhirnya, aku buat janji baru di hari yang lain.
Cerita kedua: Jangan bawa teman tambahan kalau sudah janji mau datang sendiri!
Dulu, aku sudah pernah cerita kalau host family ku marah besar gara-gara aku bilang mau datang sama satu teman, nggak taunya aku bawa 2 orang. Kali ini, kejadian yang sama terulang.
Ceritanya, aku punya kenalan orang Thailand yang menikah dengan pemuda Jerman. Aku sudah pernah diundang ke rumah mereka sebelumnya. Mereka mengundangku untuk kedua kalinya dalam rangka masak-masak.
Karena aku tahu betapa pentingnya membuat janji, aku bilang sama dia bahwa aku bawa teman satu lagi, yang juga dari Indonesia. It was fine.
Teman Indonesiaku itu ternyata ingin ngajak teman cowoknya, orang Jerman. Aku bilang kepada orang cewek Thai itu, bolehkah dia bawa teman cowok. Ternyata boleh. Okay.
Nggak tahunya, cewek Thai itu lupa bilang kepada suaminya (orang Jerman), kalau temanku bawa satu orang lagi. Alhasil suaminya sepanjang acara makan itu cemberut dan ngomong hal-hal yang ngeselin. Apalagi temanku sempat nyinggung dia dengan bilang bahwa dia dan teman cowoknya itu mirip. Suami orang Thai itu sempat bilang kepada cowok Jerman yang dibawa temanku seperti ini, “Siapa kamu? Oh temannya Nia (temanku)? Aku nggak kenal Nia, cuma kenal Girind (aku)”
Suasana makan dan maen kartu saat itu pun jadi tegang dan serba nggak enak. Aku sampai heran, kenapa sesama orang Jerman, bukannya seneng dapat kenalan baru, malah bersitegang.
Akhirnya sejak saat itu sampai sekarang, mereka tak pernah mengundangku lagi, tak juga menghubungiku sama sekali. Menyedihkan bukan?
Cerita 3: Jangan membuatku menunggu!!
Seorang teman Indonesia, sebut saja namanya Ida yang pernah janjian sama temannya, orang Jerman pukul 20.00, tapi datang 30 menit telat. Ida sudah bilang sebelumnya dan dia berpikir dia sudah sangat akrab dengan temannya tersebut. Saat datang, tetap saja temannya itu marah dan bilang, “Hargailah waktuku, jangan buatku menunggu, kalau kamu tahu akan telat, bilang sebelum aku berangkat dari rumah. Kamu tahu menunggu itu tidak enak, kedinginan. Aku sudah berusaha tepat waktu, tau gitu kan aku juga datang agak telat menyesuaikan waktumu!”
Cerita 4: Tak ada tempat untuk pacarmu!!
Saat diundang ke pesta pernikahan temannya 6 bulan sebelumnya, Tobi bilang akan datang sendiri. Setelah 2 bulan, Tobi bertemu denganku dan ingin mengajakku ke pesta pernikahan itu. Satu bulan sebelum acara, Tobi mengutarakan maksudnya untuk mengajakku dan bertanya apakah ada seseorang yang membatalkan kehadirannya di pesta itu. Teman Tobi bilang, semua penataan kursi sudah diatur, memang ada si Gio yang tak jadi membawa ceweknya datang, tapi kursi untukmu sudah diatur tidak berpasangan, ya masak cewekmu disuruh duduk sama Gio?”
Akhirnya, aku tak jadi diajak merayakan pesta itu. Bayangkan kalau di Indonesia, kita pasti berupaya dong agar kursi-kursi itu diotak atik supaya bisa muat satu orang lagi, atau tempat untuk Gio ditukar dengan tempat untuk Tobi. Saklek luar biasa orang-orang ini, batinku.
Baca juga: Pernikahan Jerman Vs Indonesia
Sifat orang Jerman nomor satu: Tepati kata-kata dan janji yang telah diucapkan. Kalau kita bilang, pukul 07.00 akan tiba, datang pukul 07.00 lewat 7 menit saja sudah bisa jadi hal besar. Kalau kita bilang bawa teman satu orang, nggak bisa datang dengan 5 orang.
Beda dengan di Indonesia, yang makin rame makin asik, makin nambah teman, nambah pengalaman. Ya, nggak?
Tentu saja, kita bisa ngajak 5 orang kalau itu acara kita sendiri.
Apakah kita boleh membatalkan janji?
Tentu saja boleh, kalau kita berhalangan hadir, ada hal yang mendadak harus dilakukan, sakit, dsb. Orang Jerman akan sangat mengerti, tapi lebih baik bilang sehari atau beberapa jam sebelum ketemuan, jangan membuat menunggu.
Nah, semoga cerita-cerita yang aku alami diatas menambah pengetahuan kita tentang budaya Jerman, terutama memahami karakter orang-orangnya agar tidak salah paham. Masing-masing orang memang beda, beda negara, beda juga budayanya, beda pula adat-istiadatnya. Tak ada yang unggul satu dengan yang lain, karena masing-masing orang punya karakter dan pembawaannya masing-masing. Jadi, sebaiknya tahu saja dan tidak men-judge. Okay?
Jadi, masih penasaran dengan orang Jerman? Baca seputar orang Jerman yang lain di blog ini, ya….
Aku suka banget baca tulisan-tulisan Mbak Girind (keren deh namanya). Salam kenal ya, Mbak. ��
Terima kasih dan salam kenal 🙂