Perjalanan Sebelum Kehidupan, Diary Minze Laff Part 1

30 Maret 2020 adalah salah satu hari bahagia dalam perjalanan pernikahan kami, karena akhirnya Tuhan memberikan sinyal atas doa kami, yakni 2 garis merah pada tes pack penanda aku positiv hamil.

3 Bulan sebelum itu:

November akhir, kami masih berada di Kota Batu dan bersiap melanjutkan perjalanan ke Lombok (awalnya pengen ke Jogja, tapi atas pertimbangan ini itu, kami langsung aja ke Lombok).

Satu minggu berada di Batu Layar (Lombok Barat, dekat Senggigi), di sebuah moment ketika sarapan bersama, tiba-tiba kami mendiskusikan hal penting (biasanya kita cuma bercanda aja dan membully satu sama lain saat sarapan :D)

“Aku ingin punya dua anak” kataku

“Iya, aku setuju” jawab Tobi.

“Tapi aku hanya pengen hamil sekali aja”

“Aku bisa mengerti, mengingat kehamilan dua tahun lalu yang cukup berat. Aku sangat menghargai dan ga akan memaksa kamu untuk hamil berkali-kali. Gagal satu kali dan kita coba sekali lagi ya” jawab Tobi

Cerita soal kehamilan tahun 2018 bisa di baca di cerita: Hanya Hamil 13 Minggu

Tobi adalah suami yang sungguh luar biasa yang sangat supportif dan pengertian. Diskusi itu pun berlanjut dengan sebuah keputusan: Kami akan memiliki satu anak Biologis (anak kandung) dan satu anak adoptif yang rencananya akan kami adopsi dari seorang ibu di wilayah Indonesia Timur, prefrensi kami sampai saat ini adalah Papua.

Kami tidak tahu apakah kami akan mengadopsi dulu kemudian anak keduanya baru mencoba hamil, atau kami akan memiliki anak kandung dulu baru anak keduanya kami adopsi. Kami membiarkan Tuhan dan  semesta yang menjawab.

Bulan Januari dan Februari kami mencoba untuk hamil dengan menghitung masa subur. Dua kali kegagalan. 25 Februari saat datang bulan, kulihat Tobi sedih dan kecewa. Namun lagi-lagi aku percaya bahwa apa yang ditakdirkan datang pada kami, akan hadir. Kalaupun gagal hingga berbulan-bulan, mungkin ini adalah sinyal bahwa kita harus adopsi terlebih dahulu? Tobi pun setuju akan hal itu dan kami lega menyadari bahwa tak ada satu pun yang luput dari takdir yang akan datang dan menyertai perjalanan hidup kami di masa-masa yang akan datang.

Akhirnya, kami nggak terlalu maksain diri untuk ngepas-ngepasin masa subur dan just let it flow. 

Maret akhir setelah aku telat 6 hari, kami mencoba untuk test dan hasilnya positiv. Yeaayyy….

Hari itu, masih terbayang betapa gembiranya kami dan setengah tak percaya bahwa kami akan memiliki seorang anak kandung. Ini artinya Tuhan memberi sinyal bahwa anak pertama kami adalah anak biologis, baru anak kedua adalah anak adoptif. Baiklah.

Setelah 3 hari berlalu, kami berkunjung ke RSIA Permata Hati untuk mengecek kebenaran hasil tes pack tersebut. Memang benar ada embrio nempel di dinding rahim yang masih berukuran sebesar biji kacang hijau. Yeaay,,, dia di sana, calon buah hati kami.

Satu minggu berlalu aku masih tak merasakan gejala mual muntah, bahkan masih bisa mengorganisir Konferensi Online AFA serta ngajar Bahasa Jerman online (satu kelas privat dan 2 kelas reguler).

Lock down sudah mulai berjalan dan murid denkspa yang berasal dari luar Lombok akhirnya beralih ke kelas online karena tidak bisa masuk Lombok.

Tanggal 6 April aku mulai merasa mual dan Tobi selalu menyemangatiku dengan bilang

“Bisa jadi kehamilan ini berbeda dengan kehamilan 2 tahun lalu, tiap2 kehamilan kan beda-beda. Bisa aja ini tanpa mual dan muntah”

Aku agak skeptis  karena ibu dan tante-tanteku kalau hamil pasti teler berbulan-bulan. Hanya bisa bedrest karena mual muntah tak berkesudahan. Sebelum itu terjadi, aku langsung mengupayakan untuk mencari pengganti tutor untuk Kelas Online Bahasa Jerman yang sedang kutangani. Untungnya Windi Martanto bersedia membantuku mengajar kelas online saat itu dan aku merasa sangat berhutang budi padanya karena dia bersedia mengambil alih di last minute.

Maret awal aku mulai membuat Instagram @denkspa dan sudah mulai berkembang, banyak permintaan Deutschkurs online dan tiba-tiba satu bulan setelahnya, aku hamil dan aku takut tak bisa menghandle ketika mual muntah menyerang. Akun IG tersebut akhirnya kuserahkan kepada 2 muridku yang belajar bahasa Jerman di Mataram. Kepada mereka, aku juga sangat berterima kasih.

Tiga hari berselang, tanggal 9 April aku mulai merasa mual yang berlebihan tapi belum sampai muntah. Bahkan kami masih pesan makan malam dari go food (bebek bakar pedas dan cap cay seafood) yang aku habiskan dengan lahap.

Kami berpikir, “Wow, mungkin benar kehamilan kali ini akan ‘easy'”

Little did we know

Keesokan harinya aku mulai merasa mual banget, dan hanya mau minum wedang jahe yang panas. Nasi yang aku makan untuk sarapan, aku muntahin semua. Hanya dalam waktu dua hari, aku tidak bisa makan sama sekali karena apapun langsung aku muntahin lagi.

12 April 2020- 15 April: Opname pertama di RSIA Permata Hati karena kekurangan cairan dan tak kemasukan makanan sama sekali.

Kami selalu mencoba untuk memberi sedikit nutrisi kepada tubuhku yang makin lama makin kering karena tak bisa minum dan makan. Terkadang, aku hanya bisa makan sepotong roti sobek dan es buah dalam satu hari. Pil Asam folat yang diberikan dokter pun kadang masuk kadang dimuntahin lagi. Ughhh

17 April 2020. Selain gejala muntah, aku mulai memproduksi air liur yang berlebih. Jika aku telan, aku muntah, jika aku biarkan, akan mengembung di mulut dan aku ga bisa bicara. Akhirnya aku harus membawa ember kecil untuk meludah kemana-mana.

26 April 2020: Tiba-tiba aku mimpi makan terong bakar dan sambal pedas. Langsung kami ke Ampenan untuk beli terong bakar. Ajaibnya, makanan itu masuk dan tak keluar lagi. Tobi pun senang setengah mati mengingat Nasi, Terong dan sambal tersebut adalah satu-satunya makanan dengan porsi orang dewasa yang aku makan sejak 3 minggu ini.

27 April 2020: Kami periksa kehamilan. Masih terbayang, aku terduduk lemas di depan RSIA sambil membawa kantong kresek kecil berwarna hitam untuk meludah, yang akhirnya penuh dengan muntahan karena aku tak bisa berhenti muntah. Periksa kehamilan ini pun berlangsung singkat. Janin normal, baik dan sehat, detak jantung ada dan aku pun diberi obat anti mual muntah (ondansetron dan Reglan).

Obat anti muntah ini adalah obat untuk penderita kemoterapi. Aku hanya mengkonsumsi Ondansteron saja karena terus terang kami takut juga banyak mengkonsumsi obat di saat hamil. Tapi dokter menyarankan, lebih baik minum obat dan bisa makan agar janin dapat sedikit nutrisi dari pada tidak ada makanan dan minuman yang masuk sama sekali.

Jadi 30 menit sebelum makan, aku minum obat dan sekuat tenaga makan dengan liur yang kadang mengucur sendiri dan harus selalu meludah agar tidak berlebih saat mengunyah makanan. Btw, saat tidur malam, aku selalu gigit handuk supaya liur itu tertampung dan tidak merembes kemana-mana. Susah banget tidur dengan liur mengucur.

30 April 2020 : sudah 21 hari aku tidak bisa BAB dan akhirnya opname kedua karena dirasa parah. Aku sudah mencoba obat pencahar dan makan yogurt, minum yakult, dan nutri jell, tetap tidak bisa. Sebagian besar tentu saja aku muntahin lagi, tapi aku optimis paling tidak ada yang bisa aku makan untuk melancarkan pencernaan.

Di RSIA, mereka mengundang dokter bedah untuk mengecek apa aku baik baik saja. Dokter wanita yang lembut itu memeriksa dubur dan perutku lalu memberi obat pencahar yang lebih kuat. Tak berhasil

Di hari berikutnya, aku dikasih dulcolax lagi untuk kesekian kalinya lewat dubur. Kali ini, akhirnya berhasil BAB. Omaigat, mau BAB saja perjuangannya sampai segitu.

Kami akhirnya pulang dengan membeli beberapa tablet dulcolax suppository, jaga-jaga jika tidak bisa BAB dalam waktu yang lama.

Dokter berasumsi semua baik-baik saja. Hanya saja karena aku jarang makan, jadi tak ada makanan yang bisa dikeluarkan sehingga BAB pun jarang-jarang.

Bersambung……

 

 

5 Comments

  1. Hai Girindra,

    Salam kenal ya, saya suka baca tulisan – tulisannya tapi baru kali ini saya nulis komentar.

    Selamat ya Girindra atas kehamilannya 🙂

    Ikut seneng 🙂

    Semoga semuanya dilancarin dan semoga sehat selalu. Aamiin.

    Salam hangat dari kota Wina Austria,
    Daniar
    (Dinda Daniar Darussalam)

    • Hi Daniar,

      Terima kasih banyak. :). Ini anaknya sudah umur 3 bulan. cerita ini flashback soalnya pas hamil ga bisa nulis sama sekali heheh :).
      Sehat-sehat yaaa

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


x

Related Posts

Panduan Menulis Motlet dan CV untuk Apply Visa FSJ/BFD ke Jerman
Program FSJ (Freiwilliges Soziales Jahr) dan BFD (Bundesfreiwilligendienst) di Jerman adalah bentuk layanan sukarela di Jerman yang ditujukan unt...
Info Lengkap Tentang Oportunity Card atau Chancekarte ke Jerman
Kesempatan terbaru untuk tinggal dan bekerja di Jerman melalui Opportunity Card atau Chancenkarte merupakan bagian dari upaya Jerman untuk menari...
Contoh Motivation Letter Yang SUKSES Apply Visa Au Pair di Kedubes Jerman
Tentang panduan membuat motivation letter dan CV sebagai syarat mengajukan Visa di kedubes Jerman, silakan dibaca dulu di artikel ini: Panduan Me...
powered by RelatedPosts
Ada yang ingin ditanyakan?