Suka Duka dan Kemungkinan Terburuk Dalam Menjalani Ausbildung di Jerman

Tema Ausbildung memang sangat marak dan gencar diperbincangkan di Indonesia. Sosialisasi seputar Ausbildung di Jerman pun tak kalah ramai. Agen-agen dan konsultan pendidikan pun tak mau kalah ambil bagian, semakin ramai diperbincangkan, semakin gencar pula iming-iming sekolah sambil kerja di Jerman ini oleh para agen.

Baca dulu: Apa itu Ausbildung di Jerman?

Karena aktif di Organisasi AFA yang menaungi para Au Pair, FSJ dan Azubi dari Indonesia di Jerman, aku merasa sangat perlu menulis artikel ini karena banyaknya email yang masuk, baik dari calon Azubi yang mau ke Jerman, guru les bahasa Jerman, sampai banyak ibu-ibu yang anaknya mau Ausbildung ke Jerman. Semua bertanya, apakah Ausbildung itu aman? Apa pernah terjadi tindak kekerasan? Apa kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada anak saya nantinya di negeri orang? Ouuuh….

Kabar baiknya: Belum pernah aku dengar ada kekerasan fisik terjadi pada Azubi di Jerman. Kalau pun ada, pasti tidak sampai terluka (parah). Karena di Jerman, jangankan untuk pekerja, orang biasa saja, kalau sampai terluka, teraniaya dan ada bukti fisik yang menjelaskan dia korban, si pelaku akan mendapatkan sanksi keras, bahkan si korban bisa meminta uang paling tidak 2000 euro (tergantung beratnya penganiayaan) dari si pelaku. Sejarah kelam Jerman (pembantaian Yahudi di masa Hitler), membuat hukum yang ada di Jerman amat sangat melindungi hak asasi manusia, hukuman potong tangan, apalagi hukuman mati, tidak boleh diberlakukan di Jerman.

Kabar buruknya: Sekalipun tak ada perlakuan yang membahayakan fisik, tapi perlakuan yang membuat hati ter-iris iris pasti ada. Mari kita bahas bersama, agar kalian yang mau berangkat ke Jerman bisa jaga-jaga.

Ekspektasi yang salah

Sebelum ke Jerman, pasti kalian sudah cari tahu sana-sini, diberitahu agen tentang manisnya kehidupan di Jerman, gaji dalam hitungan euro yang kelihatan besar di rupiahkan, jalan-jalan keliling Eropa, waktu libur, dsb. Siapa coba yang tidak tergiur dengan angan-angan itu? Aku saja pasti tak akan pikir panjang, hanya dengan membayar sekitar 5 jutaan, belajar bahasa Jerman, lalu kerja di Eropa, menimba ilmu, bekerja bersama orang Jerman, suatu kesempatan yang tak boleh aku lewatkan.

Tapi, tahukah kalian bahwa Jerman itu terletak di belahan dunia lain, dengan adat istiadat, budaya, makanan, cara pandang dan pola pikir orang-orang yang berbeda?

Sudahkah kalian banyak membaca dan mencari tahu, bagaimana sistem pendidikan di Jerman? Bagaimana bersikap, menghadapi rekan kerja atau bos, lalu mencari teman di Jerman?

Siapkah kalian menghadapi kenyataan bahwa 400 euro itu akan sangat sedikit kalau dibuat tinggal di Eropa, sehingga untuk jalan-jalan ke luar kota saja, kita harus puasa senin kamis tiap minggunya?

Siapkah kalian menghadapi kenyataan berada di sebuah kelas yang semuanya orang Jerman, anak-anak berpikiran kritis, ngomong bahasa Jerman lancar (karena bahasa ibu mereka), dan kita dituntut untuk bersaing dengan mereka untuk mendapatkan nilai yang bagus?

Siapkah kalian menghadapi kenyataan bahwa pemberi kerja tidak punya tempat tinggal, sehingga kalian harus rela di oper sana sini?

Dengan kemampuan bahasa Jerman yang masih sangat minim, sanggupkah kalian mengerti apa yang dimaksud si bos dan rekan kerja, tanpa berbuat salah di tengah hiruk pikuk lingkungan kerja yang dituntut serba cepat?

Pikirkan….pikirkan baik-baik!!

Baru-baru ini, AFA mendapat laporan beberapa anak Azubi dipulangkan ke Indonesia, dengan alasan pemberi kerja tidak punya tempat tinggal (asrama yang dijanjikan). Di sekolah, mereka tidak bisa mengikuti pelajaran sekolah (pelajaran seputar perhotelan dan gastronomi), karena bahasa Jermannya masih belum bagus. Lalu, oleh pihak sekolah, mereka ditempatkan di kelas khusus orang Indonesia, di mana mereka belajar Bahasa Jerman (seperti les bahasa), bukan pelajaran seputar kerja dan ausbildung.

Tak hanya itu, ada juga kasus seorang azubi yang akan pindah BFD, karena dengan terpaksa dipecat oleh majikannya setelah probezeit (uji coba 6 bulannya) selesai, dan agen menginginkan dia pulang. Si azubi masih ingin hidup di Jerman, tapi si agen sudah tidak mau tau karena kesepakatan awal memang, kalau tidak cocok, entah bertahan atau pulang. Akhirnya terpontang-panting lah anak ini dengan modal bahasa yang masih pas-pas an. Si pemberi kerja meminta sejumlah uang untuk mengganti tiket pesawat, biaya sewa apartemen. Lalu si agen terus menerus meminta kekurangan dana yang dulu belum diselesaikan. Si azubi ini, bingung sekali, ingin memperpanjang visa sebagai BFD tapi beresiko dipulangkan ke Indonesia (karena jalur Visa Jerman itu memang semestinya: Au Pair-lalu FSJ atau BFD-baru Ausbildung- kalau sebaliknya tidak bisa), ingin pindah ke ausbildung di sektor lain, tapi tak punya ijazah B1 (kalau daftar langsung di Jerman, wajib B1), dipulangkan tidak mau, karena merasa punya tanggung jawab kepada ibu yang di Indonesia sudah berharap anaknya kerja ke Jerman. Sungguh sangat problematis.

Menengok permasalahan-permasalahan yang dihadapi para azubi ini, siapa yang harus disalahkan?. Agen memberi gambaran, azubi membuat ekspektasi yang terlalu tinggi dibarengi dengan kemampuan bahasa mereka yang masih rendah. Jadi, mau berkelit bagaimana, yang ada pasrah dipulangkan, kalau masih bertahan, ya berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan visa yang baru dengan beban tekanan mental dan dikejar-kejar agen yang minta dia supaya pulang dan tidak membuat rusuh di Jerman. :D.

Mari kita ulas permasalahan sesama azubi yang datang ke Jerman melalui program lain (au pair dan FSJ). Ada sebagian dari mereka yang datang melalui agen, banyak juga yang mandiri. Tak sedikit dari mereka yang pindah keluarga, satu sampai 3 kali dalam setahun. Aku pun pernah menjalani jadi au pair, dan memang sangat berat untuk tinggal di sebuah keluarga, tapi untungnya karena memang aku tak harus langsung terlibat dengan banyak orang Jerman, hanya dengan keluarga tersebut, bahasa Jermanku yang saat itu masih A1 pun tak jadi masalah, karena kalau aku membangkang, aku bisa bicara bahasa Inggris, dan kalau kami bertengkar, juga dalam bahasa Inggris. Saat FSJ, kita tidak dituntut berbahasa Jerman yang bagus, asalkan kerja kita rajin. Kedua, kita tak perlu pergi ke sekolah, dimana kita harus menguasai bahasa Jerman dan bersaing dengan pelajar Jerman, membuat presentasi dalam bahasa Jerman, dsb. Seusai bekerja, tidur, hidup masih aman terjamin.

Aku tak pernah menjalani program ausbildung, tapi sudah mendapatkan banyak curhatan dari teman dan sahabat bagaimana beratnya sistem ausbildung di Jerman. Sekalipun mereka sudah lama tinggal di Jerman, masih juga ada dari mereka yang tidak sanggup, lalu berhenti atau pindah ausbildung lain. Ada yang menuturkan bahwa tak sanggup berada di tengah-tengah kelas orang Jerman, mereka tidak mau menerima orang asing kalau orang tersebut belum fasih berbahasa Jerman, ada yang bilang saat guru menyuruhnya bekerja secara kelompok, orang Jerman selalu tidak mau berkelompok dengannya, karena bahasa Jermannya masih kacau, dan seterusnya. Ada juga yang pindah tempat kerja, karena kerjanya terlalu berat, jauh dari rumah, gajinya tak cukup, tak punya teman, ada juga yang sudah puas dan senang dengan kerjanya. Semasa ausbildung, kita tidak melulu bekerja di satu tempat, melainkan di beberapa tempat agar kita juga mengetahui dan belajar bagaimana kerja di bagian ini dan itu.

Kemampuan Bahasa

Kalau kalian ingin kerja dan menetap di Jerman, bahasa yang harus kalian pelajari bukanlah Bahasa Inggris atau Prancis! Tapi Bahasa Jerman!.

Pemerintah Jerman itu membuat peraturan (bukan seperti di Indonesia, untuk dilanggar, tapi untuk ditaati). Peraturan itu dibuat, pastinya sudah dengan pertimbangan yang mendalam demi kebaikan individu itu sendiri.

Kalau pemerintah bilang: Au Pair dan FSJ boleh dengan sertifikat A1, maka memang dengan sertifikat A1, bisa bertahan di Jerman dan tak banyak mendapatkan masalah.

Tapi kalau pemerintah menetapkan, ausbildung itu harus B1. kalau kalian ke Jerman nekat dengan sertifikat A1 atau A2, sama artinya mau bunuh diri!!!! Bahkan yang sudah B2 atau C1 saja masih kesulitan mengikuti sekolah, apalagi yang masih A2.

Yang aku bahas di atas kelihatannya kejam dan menakutkan. Padahal banyak juga kasus temanku yang berhasil menjalani ausbildung sampai lulus, kemudian sekarang bekerja sebagai pegawai tetap di Jerman. Tentunya kalau aku tanyakan kepada mereka bagaimana lika likunya, pasti penuh lika liku juga. Yang jelas, mereka bisa bertahan dan melakukan apa yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Ada juga anggota AFA yang ke Jerman melalui program Ausbildung oleh sebuah agen di Indonesia yang  bekerja sama dengan Wolfgang Nickel dan baik-baik saja. Karena program ini masih baru (belum juga 3 tahun), aku masih belum bisa menemukan azubi yang sampai lulus.

Yang namanya kerja, sekolah, kalau di negara orang, itu pasti susahnya berkali-kali lipat dari pada di negara sendiri. Gaji yang ditawarkan pun kalau memang sudah jadi pegawai tetap, juga berkali-kali lipat. Makanya, susahnya juga jangan diharap tidak berkali-kali lipat. :D.

So, sebelum ke Jerman, siapkan mental kalian. Siapkan bahasa Jerman, banyak membaca tentang adab dan budaya orang Jerman agar tidak kaget nantinya, terus berlatih, dan terus berusaha. 🙂

Baca juga: Jerman Vs Indonesia: Cuek Vs SKSD

*

Semoga artikel ini cukup bermanfaat, silakan berdiskusi di kolom komentar atau jika kalian ingin bertanya lebih lanjut, mohon buka topik di forum diskusi yang aku sediakan di blog ini, caranya: Klik Forum di sini. Registrasi dan ingat password kalian, kemudian klik ‘HOME’ >> ‘GENERAL DISCUSSION’ >> NEW TOPIC. Dengan menggunakan fasilitas forum ini, pertanyaan dan jawaban kalian akan terkunci dan mungkin akan berguna bagi siapa pun yang ingin mencari pertanyaan serupa, jadi tanpa perlu menjawab berulang-ulang, pertanyaan dan jawaban dapat diakses dengan mudah.

*
*

Youtube channel belajar bahasa Jerman dan seputar Jerman: Youtube Denkspa

Liebe Grüße

Baca juga: Ausbildung ke Jerman Lewat Agen? Testimoni Harga Berdasarkan Survey

 

 

18 Comments

  1. Artikel yg bagus banget Girindra 🙂 . Buat sebagian orang yang ada dipikiran mereka yg penting bgm caranya ke Jerman duluan, mikir lainnya di Jerman aja, mikirnya di Jerman bakalan senang, bisa dapat banyak duit, jalan2 ke negara2 eropa, masalah apa yg dihadapi nanti saja dipikirin, eh sampai Jerman kalang kabut 😀 . Bener tuh minijob yg 400 eur tuh minim banget, ga cukup buat sebulan. Kalau A2 sih belum cukup buat ke Jerman. Semoga yg mau ke Jerman berpikir matang, jangan sampai habis uang buat berangkat 😉 .

  2. hai,

    kebetulan aku FSJ di jerman, dan banyak teman2ku aku dari indonesia yang ikut ausbildung perantara pak agus dan wolfgang nickel di tahun ini.
    beberapa teman2 sy ini adalah teman2 kursus aku yg berusia 18 thn keatas dan bnyak yg berasal dari keluarga gak mampu, keluarga mereka gak sanggup bayar mereka kuliah, nah setahu aku persaingan kerja di indonesia aja tuh susahnya minta ampun, jangankan sarjana dapat pekerjaan apalagi yg baru tamat SMA.
    dari cerita2 teman aku ini, mereka mmg ngeluh terutama kendala bahasa di jerman hingga mreka dpt nilai jelek, dsb. tapi menurut mreka dan aku sndiri, ini jauh lebih baik dan layak ketimbang mreka balik ke indonesia, gak ikut ausbildung sm skali, dan melamar jadi tki di arab atau di negara lain.
    meskipun uang saku mreka dari perusahan jerman gitu2 aja, ini lebih baik daripada di indonesia yg org tua mereka sm skali gak bisa kuliahin, jd boro2 dpt kerja bagus, paling ujung2nya jd kasir alfamart dan kuli bangunan. jadi kadang2 anak2 ini udah gak mikir 2 kali lg utk ikut ausbildung di jerman daripada mreka hidup di indonesia yg knyataannya jauh lebih susah. just share.

    • Iyaah di dmana tuh kak yg tmpt kursus di bawah naungan wolfgang nickel ? Mohon reply.annya terimakasih kak 🙏🙏

        • Wolfgang nickel Pak Agus Hutapea di Medan sudah ditutup? Saya berencana ikut agen Wolfgang itu soalnya sangat murah dibandingkan agen lain biaya ausbildung hanya 6 juta dan aupair 3 juta..
          Tapi ngomong-ngomong kenapa ditutup? Apakah Wolfgang aman?

  3. Hi Girindra,

    Tulisan yg sangat bagus dan benar adanya ketika banyak orang terlena dengan tawaran para agen yg sangat menggiurkan. Bukan salah mereka 100% juga.
    Saya sempat datang ke salah satu lembaga kursus sekaligus agen Ausbildung di kota Bandung. Di sana saya bicara dan bertanya langsung dengan pemiliknya, kemudian lihat beberapa poin keuntungan Ausbildung di Jerman. Saat itu posisi saya sebagai pekerja di kapal pesiar milik perusahaan Amerika. Ya, pastinya banyak yg bertanya kenapa mau ke Jerman? Kan di kapal gajinya besar. Hmmm…gaji besar, kerja juga berat, apalagi di bidang hospitality yg mengharuskan kita berdiri dan jalan setidaknya 8 jam setiap hari tanpa libur. Ya, tanpa libur.
    Akhirnya tak lama selang berkunjung ke lembaga kursus tsb, saya kembali bekerja di kapal untuk terakhir kalinya karena saya memang ingin pindah ke sana. Biasa, pacar saya di sana..hehee. Sudah saya rayu sebelumnya gimana kalo dia kerja di kapal, kan enak bisa keliling dunia, ga ada pajak juga. Dia tidak mau. Ok saya mengalah.

    Beberapa bulan di kapal saya mulai kontak lagi agen tsb dan memutuskan untuk posting pertanyaan di grup facebook AFA. Dari banyak respon yg bermunculan, saya mulai berpikir ulang untuk memakai jasa agen. Bahkan saya sempat minta tolong pacar untuk mencari tahu tentang agen2 tertentu.

    Singkatnya, saya memutuskan untuk batal ikut program Ausbildung di agen yg ada di Bandung tersebut. Pertama, biaya kursusnya cukup mahal, belum ditambah biaya jasa untuk agen dan biaya wajib ke agen di Jerman. Kedua, setelah flashback ke proses bagaimana saya akhirnya bisa kerja di kapal, memang kalau mau kerja di luar negeri itu tidak ada yg mudah. Semua butuh usaha ekstra dan pengorbanan dari segi waktu, uang, dan pikiran. Belum lagi masalah dokumen dan perasaan ga karuan ketika datang ke kedutaan untuk wawancara.
    Saat ini saya sedang menjalani kursus privat level A1 dan ingin berusaha bahwa saya memiliki kualifikasi yg layak untuk bekerja di Jerman.

    Sekian sharing dari saya.
    Salam

  4. ada sedikit pertanyaan mengenai para pekerja/pelajar/ apalah itu yang ingin ke Jerman, saya sudah memiliki teman yang baru beberapa bulan disana. Dia mengatakan bahwa kesulitan terbesar disana memang hanya pada bahasa saja.

    Tapi untuk tidak tersedianya tempat tinggal atau kekurangan, katanya justru tempat tinggalnya sudah free dari perusahan yang memperkerjakan. Mana yang harus dipercaya ?Atau Teman saya berbohong atau setiap perusahaan memang memiliki system yang berbeda? Atau bisa jadi semua tergantung Agen yang membawanya? Mohon pencerahannya.

    • Kesulitan terbesar memang pada bahasa… tempat tinggal ada yang free ada yang harus cari dan bayar sendiri… tergantung tempat kerja dan agennya juga

  5. biasa saja sih , hidup itu ya harus berjuang, kalau gak mau hidup susah ya belajar jangan mengeluh.
    terimakasih artikelnya

  6. Hai, ada info yg aku anggap masih salah. Tentang jalur visa di jerman itu aupair lalu fsj atau bfd lalu ausbildung dan sebaliknya tidak bisa. Itu semua tergantung lokasi tempat tinggal atau emang lucky sih. Aku tinggal di Baden-Württemberg dan salah satu temenku datang untuk mengikuti program FSJ, lalu karna tidak dapat tempat untuk Ausbildung akhirnya dia sempat setahun jd Aupair sebelum skrg melanjutkan Ausbildungnya. Sekian info dariku. Terima kasih 🙂

  7. Ka aku punya pertanyaan,
    Bagaimana yang tidak lulus Ausbildung hingga 2 kali percobaan, apalah masih bisa tinggal di Jerman dan mendapatkan pekerjaan?

    Contohnya
    Ada teman saya dia mengikuti program Ausbildung dibidang gastronomie sebagai Koki, tetapi dia tidak lulus Abschlussprüfungs hingga 2 kali percobaan.

    Apakah dia bisa lanjut tinggal diJerman dan mendapatkan pekerjaan setidaknya sebagi küchenhilfe?

    • Bisa kok, pasti ada solusi, banyak temanku yg gagal dan bahkan pindah jurusan tapi tetep gigih dan berhasil di akhir. Semangattt

  8. 1. org Jrmn kbnykn kesannya kasar krn mereka to the point ngmgny, dgn muka yg serius dan suara yg menggelegar, klo tahan diteriakin sehari2 wkt ausbildung y gpp tutup kuping aja
    2. org Indo sangat2 sopan dan bahasanya halus ( yg dr Jawa) kbnykn suka sakit hati dan nangis krn g terbiasa ngmg lngsg di dpn 🤪
    3. jangan baper, siapkan mental baja!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


x

Related Posts

Daftar Ausbildung Dari Indonesia Ke Jerman Secara Mandiri? Bisa? Caranya?
Tahun lalu saat menulis tentang kesempatan ke Jerman untuk Ausbildung, aku selalu bertanya-tanya bagaimana caranya kita melamar ausbildung dari I...
Selamat Tinggal Jerman!!!
Di luar sana, banyak yang membayangkan betapa enaknya kerja dan hidup di luar negeri. Hidup di Eropa adalah mimpi terbesarku sejak kelas 6 SD dan...
Stop!Jangan Mau Membayar Mahal untuk ke Jerman! (6 Alasan)
Mau ngapain ke Jerman?? Mau jadi Au Pair? (Klik di sini untuk tau apa itu au pair) Mau FSJ? (Klik di sini untuk tahu lebih lanjut tentang F...
powered by RelatedPosts
Ada yang ingin ditanyakan?