Etos kerja Jerman dan Indonesia sangatlah berbeda. Aku sendiri sampai sekarang masih sering terkagum-kagum oleh ketepatan waktu dan kedisiplinan orang Jerman. Meski terkadang kita jumpai juga, ada orang Jerman yang molor, malas, dan tidak tertib, namun, selama tinggal di Jerman, aku selalu merasa peraturan yang di bangun dari pusat akan menjadi sebuah fatwa yang akan ditaati oleh semua orang, sehingga banyak orang bilang, “Tak ada orang yang taat peraturan seperti orang Jerman mentaati peraturan pemerintahnya”, ada juga komedian dari timur tengah (Benaissa), yang sering membandingkan budaya Jerman dan budaya orang Arab (karena dia dari Arab). Dia berkata, “Di Jerman, Undang Undang itu kitab suci penduduknya, sangat dipatuhi dan dijalankan, namun di Arab, kitab suci (Al-Qur’an) itu Undang-Undang penduduknya, apapun yang tidak tertera di Qur’an, tak harus dijalankan!” 😀
Baca juga: Kerja di Jerman?
Jika kalian saat ini berencana untuk tinggal di Jerman, menetap, bekerja di Jerman. Tips bekerja bersama orang Jerman ini akan membantu kalian memahami etos kerja orang Jerman itu sendiri, sehingga nantinya kalian tidak bingung atau tidak kaget saat sudah berhadapan langsung dengan mereka.
- TEPAT WAKTU!
Di Jerman, ketepatan waktu adalah nomor satu. Jika jam kantor bilang jam 08.00, artinya jam 08 tet sudah harus di sana! Bagaimana jika telat atau ada masalah dengan kendaraan? Telpon kantor, meminta maaf dan bilang kalian akan telat berapa menit, datang kira-kira jam berapa, dsb, biasanya mereka akan memaklumi, jelaskan juga alasan kalian, misalnya bangun kesiangan, kereta atau bus nggak jalan, dsb, orang Jerman menghargai kejujuran.
Ketepatan waktu ini tak hanya berlaku di tempat kerja, namun di segala aspek kehidupan, seperti janjian dengan teman, dokter, reservasi meja di restoran, dsb. Tinggal di Jerman, kita akan benar-benar merasa bahwa waktu adalah uang.
Baca juga: Mengapa meskipun jam kerjanya sedikit, Jerman jauh lebih produktif dibandingkan dengan negara lain?
2. KEDISIPLINAN, KECERMATAN, DAN FOKUS
Saat tinggal di Jerman, satu hal yang membuatku dan teman-teman Indonesia yang lain tak berhenti kagum adalah, daya pikir manusianya yang begitu cermat, teliti, dan fokus. Misalnya, bagaimana mereka membangun stasiun kereta bawah tanah dan Subway dengan menggali puluhan meter menjadi 5 tingkat yang dilewati jalur kereta yang berbeda-beda, bagaimana mereka mengaturnya agar tidak bertabrakan satu sama lain, lebih dari itu, agar tidak mengganggu lalu lintas mobil, ditambah dengan ratusan kabel penyalur listrik telepon, internet, saluran air, WC, dsb yang semuanya dibangun di bawah tanah.
Orang Jerman sangat disiplin. Kerja ya kerja! Bahkan mereka rata-rata TIDAK BERTEMAN DENGAN REKAN KERJANYA. Mengapa? Banyak alasan, salah satunya, mereka memang tidak mencampur adukkan teman dan punya kategorisasi pertemanan sendiri-sendiri. Selain itu, mereka berpikir jika berteman, suatu saat, salah satu akan direkomendasikan menjadi bos dan temannya menjadi anak buah. Takutnya, jika hal itu terjadi, akan memicu keirian, atau kalau tidak, yang menjadi anak buah akan meminta tambahan gaji kepada bos (yang notabene temannya sendiri) dengan gampangnya, sehingga situasi akan menjadi tidak mengenakkan jika si bos tidak mengabulkannya, karena mereka sudah berteman, dsb. Wow, sedetail itu loh mereka memikirkan masa depan karir mereka!
Baca: 10 macam pertemanan ala Orang Jerman
3. DEDIKASI bukan hal yang MUTLAK
Tergantung di mana kalian kerja, di Jerman ada juga saingan di tempat kerja, ada juga yang saling bekerja sama dengan tim. Namun, menurut pengalamanku sendiri selama aku pindah-pindah kerja, aku selalu bekerja di tim yang solid. Mereka tidak membully juniornya, malah mengajarkan dengan telaten dan sabar.
Satu hal yang perlu dipahami dari etos kerja orang JERMAN: Mereka sadar betul saatnya kerja, saatnya istirahat, saatnya libur! Berbeda dengan di Indonesia yang masih lekat dengan budaya sungkannya, di Jerman, Dedikasi kepada pekerjaan bukanlah hal yang mutlak. Kalau kalian sudah kerja 8 jam dan ingin pulang: PULANG SAJA! Ada aturan buruh yang melindunginya. Kecuali situasi tidak memungkinkan dan rekan kerja sudah meminta kalian untuk lembur, dsb.
Orang Jerman memang pekerja keras, namun mereka sadar betul batasan-batasan dedikasi terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka tidak akan dengan sukarela lembur jika tidak dibayar, tidak akan rela kerja 1 jam saja di saat libur dan tidak mau kerja saat sakit (sekalipun sakit ringan). Bagi mereka, kerja ya kerja, jika mereka mati atau keluar dari perusahaan, pasti akan ada penggantinya. Pekerjaan memang menghidupinya, namun bukan menjadi prioritas satu-satunya.
4. KOMUNIKASI dan DISKUSI
Ini yang harus diperhatikan oleh orang Indonesia, karena aku sering mendengar anak azubi yang dipecat oleh arbeitsgeber karena miskomunikasi.
Di Jerman, orang suka berdiskusi. Kalau kamu diam, artinya semua baik-baik saja (alles in Ordnung). Jika tidak mengerti apa yang disampaikan, katakan saja dengan tegas, “Entschuldigung, Ich habe nicht verstanden, können Sie bitte wiederholen?” (maaf, saya tidak mengerti, bisakah anda mengulanginya lagi?).
Orang Indonesia cenderung berpura-pura mengerti karena takur dianggap bodoh dan lelet. Orang Jerman memahami bahwa mempelajari sebuah pekerjaan butuh waktu (es komt nach und nach, semua akan teratasi seiring berjalannya waktu). Oleh karena itu, mereka tidak akan menyalahkan kamu jika kamu bertanya atau menyuruh mengulangi. Justru mereka senang.
Komunikasikan semuanya! Ada masalah, bilang, tidak puas dengan sesuatu, bilang! Semua harus didiskusikan. Jika kalian hanya diam, mereka nggak ngerti apa yang ada di otak kalian dan menganggap semua baik-baik saja. Tapi begitu mereka melihat cara kerja kalian kok serampangan dan sok ngerti, tapi tidak mau tanya, kerja salah mulu. Mana ada yang mau mempertahankan kalian?
5. TRANSPARAN dan KEJUJURAN
Aku sangat kagum akan kejujuran dan rasa saling mempercayai atas sesama kolega di Jerman. Misalnya aku yang bekerja hanya paruh waktu di sebuah institusi penyandang cacat ini, diberikan kunci masuk dengan akses brankas penyimpanan uang dan penyimpanan dokumen penting lainnya. Aku atau kollega lain bisa saja mencuri uang kantor atau penghuni rumah yang cacat tersebut. Namun, aku tidak pernah mendengar kasus tersebut. Mereka juga sangat transparan mendokumentasikan pengeluaran uang. Aku kadang masih sungkan jika menghabiskan puluhan euro untuk makan di restoran bersama salah satu orang cacat, tapi mereka meyakinkan aku bahwa selama aku menikmati pekerjaan ini dan mencatatnya di dokumen pengeluaran, tidak akan menjadi masalah, toh pemerintah Jerman yang membayarnya, dan sirkulasi uang tsb berputar melalui pajak, tak ada yang rugi, katanya.
Apakah itu artinya semua orang Jerman jujur? Tentu saja tidak semua. Di mana-mana pasti ada orang yang tidak benar cara kerjanya. Kolega ku yang baru juga pernah ketahuan mencuri makanan dari tempat kerja. Dia akhirnya dipecat karena terdeteksi ternyata dia punya gangguan mental.
Cerita seputar kejujuran orang Jerman dalam bekerja, bisa dibaca juga: Sebuah Cerita Tentang Etos Kerja Orang Jerman
6. TO THE POINT
Berbeda dengan orang Indonesia yang cenderung muter-muter karena takut menyinggung perasaan, orang Jerman cenderung tidak peduli dengan perasaan orang lain. Terkadang aku merasa orang Jerman itu semacam robot. LOL. Mereka akan langsung bilang, “Tono, dari pengamatan kami selama 3 bulan masa percobaan ini, kami rasa kamu tidak cocok dengan pekerjaan ini!”
Bedakan dengan orang Indonesia, terlebih orang Jawa, “Tono, sebenarnya kamu orang baik, berpotensi, lulusan sarjana, mungkin sebaiknya kamu tidak kerja di sini, kerjaan ini tidak cocok untuk kamu, di luar sana masih menanti bla bla bla….”
Orang Jerman tidak suka muter-muter, oleh karena itu: IKUTI PERMAINAN MEREKA! Jika kalian tidak cocok, tidak suka. Katakan langsung, terus terang!
Jika suka, mereka tidak segan memuji dan orang Jerman termasuk kolega yang pandai memuji dan menghargai kerja kolega lainnya.
7. KEMANDIRIAN dan KREATIVITAS
Sekalipun aku bekerja sebagai bawahan dan kurang bisa berkomunikasi dalam bahasa Jerman dengan baik saat FSJ dulu,namun aku termasuk karyawan yang mandiri dan kreativ. Jika sudah mengerti apa yang aku lakukan, aku tak menunggu untuk disuruh, dan aku selalu punya plan (rencana) setiap harinya, apa yang ingin aku lakukan mulai senin sampai Jumat, yang aku diskusikan dengan rekan kerja yang lainnya. Mereka akan memberi saran, apakah yang akan lakukan baik atau tidak. Jika ideku diterima, mereka tak ragu untuk memuji dan berkata senang sekali punya kolega seperti aku yang rajin, mandiri, dan kreativ. Termasuk membuat ide-ide kerajinan tangan yang laku dijual atau ide-ide kreativ lain yang aku lakukan, mereka sangat antusias dan selalu mendukung.
Begitu pun dengan kalian, jangan ragu untuk mencoba dan memperhatikan sistem kerja kolega kalian. Kadang ada juga kolega yang kurang peka dan kurang menghargai juga. Namun, bekerja bukanlah untuk mencari muka dan mencari pujian semata, kan? Kita bisa belajar hal lain untuk menambah pengalaman. Jadi, seperti orang Jerman saja! Kalau kerja ya kerja, selesai kerja ya selesai, tak ada yang dibawa ke rumah.
8. JANGAN SUNGKAN DAN RAGU MEMINTA HAK!
Masing-masing orang tentunya punya tingkat kreativitas yang berbeda, jika kalian merasa kurang kreativ dan kering ide, poin-poin penting yang aku sebutkan diatas mungkin akan sangat membantu. Terlebih jika kalian tegas dan tidak sungkan. Orang Asia memang selalu dipandang ramah dan rajin, oleh karena itu mereka suka bekerja dengan orang Asia karena membawa atmosfer yang positif. Namun, kita juga jangan lemah dan mau dimanfaatkan. Tunjukkan bahwa kita berkarakter, ramah namun juga punya pendirian. Misalnya, kalau kalian ingin bekerja pakai jilbab, katakan terus terang. Jika mereka tidak menerima, tegaslah untuk mundur dan mencari lowongan lain.
Termasuk jika kalian sakit, ada undang-undang yang melindungi juga. Kalian tak harus bekerja saat sakit. Pergi ke dokter, minta surat keterangan sakit. Bahkan jika hamil, pemerintah juga melarang perusahaan memecat karyawam saat hamil, sebaliknya, mereka malah memberi tunjangan dan keistimewaan. Baca: Tunjang Ibu dan Anak di Jerman
Kita harus tahu bahwa pemerintah Jerman punya Regeln (aturan) untuk melindungi pekerja dan hak-haknya. Jika kalian merasa berhak untuk sesuatu, katakan. Jika mereka tidak mau memberikan, laporkan. Paling tidak bilang kalau kalian akan melaporkannya.
Dulu, saat menerima gaji, aku pernah kurang 6 euro saja. Kolega ku sudah ngotot agar aku ke HRD meminta 6 euroku itu, padahal aku nya biasa saja. Namun, akhirnya karena dipaksa dan dibilangi bahwa itu hakku, aku minta juga. Akhirnya aku dapatkan 6 euroku kembali.
Terlebih jika itu ratusan euro! Pikirkan!
Jika kalian kesulitan, google saja Amtsgerict terdekat di kota tempat kalian tinggal untuk meminta nasehat. Biasanya gratis kalau kalian memang tidak punya uang untuk membayar. Kalau diperlukan pengacara, mereka akan memberi tahu terlebih dahulu berapa biayanya, dan apakah worth it jika menuntut gaji yang tidak seberapa. Namun, jika mereka tahu situasi kita, biasanya kita hanya disuruh membayar 10 euro, sisanya dibayar oleh pemerintah.
Baca juga: Orang Jerman: Termin! Termin! Termin!
Semoga artikel ini bermanfaat. Kalau kalian punya perspektiv sendiri dan berbeda, silakan komentar, pastinya pengalaman dan pandangan masing-masing orang berbeda satu sama lain.
Mbak kebanyakan nulis Jerman ya. Aktiv dan perspektiv dalam Bahasa Indonesia pakai “f”, mbak bukan “v” hehehe… Jadi aktif dan perspektif.
Poin-poinnya bagus orang Jerman etos kerjanya bagus juga. Nggak mau berteman dengan rekan kerja biar nggak dikit-dikit baper kali, ya… Tapi supaya profesionalitas tetap terjaga. Kesannya dingin banget di lingkungan kerja Jerman tuh.
Wah terima kasih Intan atas koreksinya,,, iya nih suka kecampur2 bahasa-bahasa itu. Nanti saya perbaiki… thanks komentarnya
mba… bantu dong mba… saya pgn bgt punya pengalaman kerja di sana… saya mau deh kerja apa aja…. langkah pertama saya apa y?