Sekalipun jadwal kuliah dan bekerja sedikit padat, aku akan menyempatkan menulis dengan menjawab beberapa pertanyaan menarik yang diajukan oleh salah satu pembaca denkspa, yakni seputar ke Jerman bersama pasangan.
Selama ini, yang aku tahu, kita bisa memboyong keluarga jika kita ke Jerman sebagai pelajar atau pekerja. Pertanyaannya, kalau FSJ, apakah kita juga bisa?
1. Apakah kita boleh FSJ atau BFD jika kita sudah menikah?
Coba baca: Seputar FSJ dan BFD di Jerman
Tidak ada hukum atau ketentuan yang melarang orang yang sudah menikah melakukan FSJ atau BFD (kalau au pair, setahuku harus single). Tapi ketentuan umur yang menjadi perbedaannya.
Kalau FSJ, idealnya diperuntukkan bagi remaja umur 18-27 tahun, jadi di Jerman sendiri jarang pemuda di usia segitu sudah menikah, bahkan anak Jerman yang melakukan FSJ ini masih dapat Kindergeld (tunjangan anak). Namun, aku dulu pernah berkenalan dengan gadis Spanyol yang menikah dengan orang Jerman dan melakukan FSJ di Hamburg. Namun, belum pernah menemui kasus jika menikahnya saat belum ke Jerman. Jadi, mereka rata-rata sudah di Jerman dan menikah dengan orang Jerman atau warga EU.
Jika kasusnya kalian ke Jerman karena menikah dengan orang Jerman dan tidak tahu mau ngapain dan berusaha meniti karir, FSJ atau BFD adalah start yang paling brilliant karena kalian bisa improve bahasa Jerman dan belajar integrationskurse secara cuma-cuma.
Di Jerman, pernikahan itu tidak simpel, semua berhubungan dengan birokrasi, kelas pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Kalau menikahnya di Indonesia, kemungkinan bisa daftar FSJ tapi tidak perlu mencantumkan status perkawinannya. Baru kalau sudah di Jerman, boleh tinggal bersama, tapi tidak perlu mengurusi asuransi, nomor pajak tingkat 3 dan 5. Toh, pacar pun bisa tinggal bersama di satu atap, jadi bilang saja dia pasangan saya.
Baca juga: 6 tingkatan pajak penghasilan di Jerman
Kalau BFD, karena untuk melakukan BFD tidak ada batasan umur (idealnya untuk orang yang berumur 27-99 tahun), jadi, tentu saja boleh mendaftar sekalipun sudah menikah, punya anak, dsb.
2. Suami saya cari FSJ yang ada unterkunft (akomodasi)nya. Denger-denger biasanya sekamar 1 orang aja ya boleh nya? Nah berhubung saya nggak dapet unterkunft apakah boleh saya bersama suami saya tinggal di unterkunft suami?
Kalau tinggal satu kota, kemungkinan boleh dengan alasan keluarga. Di Jerman, tidak boleh hukum menghalangi orang yang sudah menikah atau pasangan untuk tinggal satu atap. Namun, di sini kita harus lihat dulu apakah pihak Träger penyedia akomodasi itu mengijinkan, apakah suaminya tinggal bersama dengan orang-orang lain di satu apartemen tersebut dan apakah mereka semua oke kalau kamu tinggal bareng, apakah Vermieter (yang punya apartemen) memperbolehkan?
Untuk itu, semua harus ditanyakan. Tapi aku rasa bisa diusahakan.
3. Bila di tengah FSJ saya hamil/lahiran apakah juga dapat tunjangan kehamilan hingga melahirkan dari pemerintah jerman? Karena FSJ kami hanya sebagai batu loncatan suami lanjut kuliah di Jerman dan memang berencana tinggal Lebih lama.
Bila di tengah FSJ, anda hamil, anda berhak mengambil cuti hamil, kalau di tempat FSJ nya ada larangan bekerja untuk wanita hamil, maka anda harus segera diberhentikan. Namun, yang saya tahu, pihak pemberi kerja tidak boleh memecat wanita hamil. Jika anda sakit sampai 3 bulan, pihak pemberi kerja akan tetap membayar gaji anda. Namun, jika sakitnya lebih lama dari itu, maka pemerintah atau Träger melalui asuransi kesehatan yang akan mengurus dan membayar gaji anda (tidak penuh biasanya).
Nah, hamil pun juga demikian. Katakanlah anda hamil di saat bulan ke 3 FSJ dan langsung disuruh berhenti kerja. Selama 3 bulan berikutnya, kemungkinan anda akan tetap mendapat gaji FSJ (kurang tahu apakah gaji yang anda terima penuh atau sebagian, itu tergantung kebijakan masing-masing institusi), nah setelah 3 bulan sampai lahiran, kemungkinan anda mendapatkan bantuan yang minim (dari asuransi), namun TIDAK DAPAT TUNJANGAN APAPUN dari pemerintah. Mengapa?
Pertama, anda dan suami datang ke Jerman sebagai FSJ dan tidak (belum) membayar pajak. Jika anda hamil saat kuliah (dan suami juga kuliah), juga tetap tidak dapat, karena dengan kuliahnya anda dan suami, kalian memanfaatkan fasilitas PAJAK dari pemerintah Jerman dan belum menguntungkan pemerintah Jerman dari pajak yang anda bayarkan.
Tunjangan diberikan jika kita sudah bekerja bertahun-tahun dan membayar pajak (kalau tidak salah minimal 3-5 tahun). Pemerintah Jerman tidak sedermawan itu :D. Mereka selalu mempertimbangkan untung rugi. Kalau kalian menguntungkan ya diuntungkan. 🙂
Tapi kabar baiknya. Hamil, melahirkan dsb tidak perlu bayar karena anda pasti punya asuransi kesehatan yang mengurusinya. Hanya saja, gaji dan tunjangan anak, anda belum berhak mendapatkannya.
Baca juga: 5 Tunjangan Ortu dan Anak di Jerman
3. Apakah dengan punya bayi kita harus cari hunian baru? Secara punya bayi kan berisik ya mba, ganggu tetangga kamar. Kalau iya cara nyari hunian gimana ya, suami saya tetep lanjut FSJ tapi saya kan uda ga boleh FSJ kalau uda sudah punya anak kan?
FSJ atau BFD tidak boleh dilakukan lebih lama dari 18 bulan. Cepat atau lambat, punya bayi atau tidak, kalian toh akan pindah dari tempat yang disediakan Träger. Jika kalian menyewa tempat tinggal sendiri (bukan fasilitas dari Arbeitsgeber atau Träger), dengan keberadaan sang buah hati, kalian tidak perlu risau atau cepat-cepat pindah, karena nyari apartemen di Jerman itu susah. Pasti Vermieter dan tetangga akan memberi jangka waktu beberapa bulan (biasanya 3 bulan) untuk mencari hunian baru.
Saat mulai kuliah, kalian bisa daftar di studenwohnheim yang untuk keluarga. Bayarnya lebih murah dan apartemennya cukup untuk bertiga. Jika anaknya masih satu, 2 kamar pun cukup. Kalau anak sudah agak besar, pasti suami sudah lulus juga dari kuliah, serta sudah punya cukup pengalaman untuk mencari apartemen di kota sekitar atau nyambi kerja ds, jadi bisa mencari hunian untuk bertiga.
Untuk mencari hunian bagi pelajar, tinggal google aja: studentenwohnheim (kota tempat tinggal kalian), kirim email kepada staffnya untuk daftar atau ikuti prosedur pendaftaraannya bagaimana, pasti di sana tertera dan masing-masing STW (Studentenwohnheim) di masing-masing kota punya ketentuan yang berbeda.
Untuk mencari hunian saat bekerja: banyak situsnya: immobilienscout.de, immonet, ebaykleinanzeigen, dsb. Tinggal aja ketik di google: Wohnung suchen (kota tempat tinggal), pasti banyak situs yang muncul. Kontak mereka (vermieter atau yang penghuni lama untuk wohnung beschichtigung (liat-liat). Memang keliatannya ga susah, tapi nyari wohnung di Jerman itu susah luar biasa, jadi sebaiknya jauh-jauh hari sudah diusahakan.
4. Klo saya sudah tidak fsj smntara suami masih fsj padahal masing” kita kan apply visa 1 tahun. Nah nasibnya saya apakah harus balik ke Indo atau saya masih bisa stay di Jerman sampe visa habis? Asal bisa membuktikan bahwa saya juga ga kurang 400 euro per bulan? Soalnya kami baru nikah, hanya mengandalkan uang dari FSJ aja dan saya mungkin mau coba nebenjob yang mba pernah posting itu.
Kalau hanya mengandalkan uang dari FSJ saja, saya rasa akan sangat sulit untuk kalian. Jika anda tidak punya jaminan orang Jerman atau tabungan minimal 8750 euro selama setahun, saya rasa semua akan serba sulit. Pertama, untuk mendaftar hunian baru, kalian akan butuh deposit ribuan euro, kedua, untuk daftar kuliah, sekalipun kuliah gratis, tapi kalian harus punya uang minimal 8750 per orang per tahun di block account.
Kalau visa kalian habis dan memang tidak (belum) punya uang untuk stay. Kuliah di Jerman bukan ide yang bagus. Karena kuliah di Jerman butuh biaya yang besar dan perkuliahannya juga lumayan menyita waktu. Terlebih jika kalian punya anak.
Saranku: tunda punya anak, setelah FSJ, ausbildung saja dulu. Setelah ausbildung, mungkin bisa punya anak, kuliah, duales studium, dan lain sebagainya.
Jika pun kalian mau punya anak, suami sebaiknya ikut ausbildung di jurusan yang banyak gajinya, sambil kerja sambilan (misalnya di Rumah Sakit, nyambi kerja di Restoran dsb). Kalau suami ausbildung di jurusan yang sedikit gajinya atau bahkan tidak dibayar, bisa susah lagi.
Baca juga:
Kalau kalian masih terus ngotot pengen kuliah, orang tua harus membantu, atau kalian harus punya uang minimal 8750 selama setahun.
5. Dan kalo lahiran di Jerman harus urus visa lagi berarti ya, gimana ya mba kebijakannya?
Visa apa yang di maksud? Kalau anda melahirkan saat FSJ ya visanya masih FSJ, jika anak sudah lahir, dan suami masih FSJ, anda sebaiknya mencari aktifitas untuk bisa memperpanjang visa: kursus bahasa contohnya, namun ini pun anda harus punya uang ribuan euro untuk memperpanjang Visa. Kalau anda tidak punya aktifitas, tidak punya penjamin orang Jerman dan tidak punya uang ribuan euro di bank, terpaksa anda harus kembali ke Indonesia. Mungkin bisa kembali ke Jerman saat suami sudah bekerja, karena dengan adanya anak, jika suami kuliah dan tidak dapat beasiswa, dia harus benar-benar mati-matian banting tulang. Jerman mahal untuk kebutuhan 3 kepala. Hitung saja satu kepala perbulan 650 euro minimal. Sebulan, suami anda harus punya paling tidak 2000 euro. Dengan demikian, jika kalian tinggal di Jerman, setahun, anda akan diminta uang jaminan sekitar 24.000 euro.
Sepertinya sangat absurd kalau anda merencanakan untuk tinggal di Jerman program KB seperti di Indonesia. Kalau saya jadi anda, saya akan FSJ bersama suami sampai selesai, lalu ausbildung sampai selesai, baru punya anak setelahnya. Baru kuliah, kerja dan segala macamnya, karena dengan begitu, keberadaan kalian di Jerman tidak beresiko dan tidak terlalu mahal.
Demikian. Terima kasih atas pertanyaannya dan Semoga artikel ini memberikan informasi seputar Jerman. Jangan lupa like facebook fanpage Denkspa untuk mengetahui info harian seputar Jerman, terutama Hamburg (tempat aku tinggal sekarang). Klik di sini untuk like facebook fanpage Denkspa. Vielen Dank (Banyak terima kasih)
Baca juga: Kuliah di Jerman: Gratis tapi Mahal
Liebe Grüße
wah ide bagus kalau mau memboyong keluarga ke jerman…