Kalau ditanya, negara mana yang menjadi favoritku saat keliling Eropa di musim panas 2014 lalu, tanpa ragu, aku akan menjawab Belgia. Negara kecil yang menjadi ibu kota serta markas Uni Eropa ini berbatasan dengan negara Belanda, Prancis, dan Jerman.

Mengenang kembali apa yang kita lakukan hari itu di Belgia, rasanya seperti mimpi. Pasalnya, kami mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan predikat gembel yang melekat selama perjalanan ini.

Kisah-kisah seru perjalanan kami sebelumnya, bisa disimak di:

Berlin dan Kenangan Yang Terendap Di Sana
Düsseldorf-Köln: Se-mengenaskan itukah Kami Ini?
Köln: Petir dan Sempitnya Dunia Ini
Amsterdam: Menculik Anjing Dari Bapak Yang Aneh
Hitchike Amsterdam-Rotterdam: Minyak Goreng Pengganti Bensin
Rotterdam: Serasa Pulang Kampung
Delft-Den Haag: Tuhan Menciptakan Dunia, Orang Belanda Menciptakan Belanda
Masih Di rotterdam: Kota Yang Sempat Hancur
Taman Nasional Velowezoom: Abang Gerobak Dorong
Belanda-Belgia, Antwerp: Tinggal di Gang Dolly

Selasa, 16 September 2014

Setelah beberapa hari sebelumnya dimanja oleh Mbak Evi dan Johan di Rotterdam, kini kita harus rela menggembel kembali di Antwerp dengan menumpang menginap di sesama Couchsurfer
Philip sudah berangkat ke kantor saat kita bangun tidur pukul 8 pagi. Kami sepakat untuk Hitch hike hari ini dan mencoba peruntungan numpang mobil di Belgia.

Berbekal google map yang sudah kami pelajari kemarin dan peta kota yang kami dapatkan dari Philip, segera saja kami menuju ke stasiun Antwerp dan naik tram menuju pintu tol terluar Antwerp yang menuju Gent.

Tram itu berhenti dan kami pun menyebrang jalan ke kanan untuk mencari spot yang bagus sambil mengeluarkan kertas besar bertuliskan: BRUGES. Sebenarnya, tujuan kami hari itu adalah Gent lalu Bruges. Bruges terletak lebih jauh dari pada Gent, jadi kalau kami dapat tumpangan sampai Gent saja, nggak masalah. Kami juga menyiapkan kertas bertuliskan Gent kalau-kalau ke Bruges takdapat tumpangan.

Entah itu hari keberuntungan kami atau memang di Belgia gampang nyari tumpangan, tak lebih dari 10 menit menunggu, kami ditawari sebuah mobil yang akan meluncur ke Gent. Pengemudi itu bilang, “Aku sebenarnya nggak ke Gent, tapi kalau kalian mau, aku bisa bawa ke perbatasan kotanya, lalu nanti aku turunkan kalian di sana untuk mencari tumpangan ke Gent, bagaimana?”

Bapak setengah baya tersebut terlihat ramah dan simpatik, kami pun setuju. Di dalam mobil, bapak itu hanya bertanya beberapa pertanyaan seperti dari mana kita berasal dan kagum akan keberanian kami gadis Asia yang ber-hitch hike di Eropa seperti ini.

Kami diturunkan di pom bensin di jalan tol yang tak diketahui di mana. Yang jelas sudah hampir sampai di Gent.

Pom bensin  jalan tol juga merupakan spot paling baik untuk nayari tumpangan. Kami pun segera nyamperin orang-orang yang mengisi bensin dan bertanya sambil menunjukkan kertas yang sudah kami tukar dengan tulisan: Gent.

Setelah sekitar 7 orang yang kami tanyai, seorang pria berjas, berdasi, tampan yang mengendarai mobil sedan mewah malah menawari kami tumpangan. Dia akan ke Gent juga. Asiiiiikkkk

Kita berharap eksmud tampan tersebut menculik kami saja 😀 tapi rupanya dia tak tertarik pada gadis gembel seperti kami ini. Pria tersebut dengan baik hati menurunkan kami di dekat kota supaya kami tak harus naik tram untuk berjalan-jalan ke kotanya.

Kami pun berkeliling kota kecil Gent yang sangat indah itu….

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 saat kami selesai menelusuri Gent. Rencana awal, kami akan hitch hike seharian ini. Tapi setelah mempertimbangkan ulang, kami akhirnya naik kereta dari Gent ke Bruges yang bisa ditempuh dalam waktu setengah jam saja. Harga tiketnya tentu saja terbilang mahal, kalau nggak salah 6,5 euro, tapi demi efisiensi waktu, kami beli saja.  Sebagai konsekuensinya, sekembalinya dari Bruges, kami kudu numpang-numpang sampai kembali ke rumah Philip di Antwerp.

Kami pun sampai di Kota Bruges:

Bruges yang kata-katanya mirip Venesia di Italy ini memang menawan. Setelah puas keliling-keliling kota, kami pun bertekat nyari tumpangan pulang.

Bersambung…..

Cerita selanjutnya adalah kisah paling seru, baca: Bruges-Gent-Antwerp: Benar-Benar Gembel Sejati

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *